tag:blogger.com,1999:blog-4496660970000707842024-02-19T11:08:12.868-08:00Kumpulan Cerita DewasaUnknownnoreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-68532787519159794932017-02-13T16:41:00.000-08:002017-02-13T16:41:03.786-08:00Bermacam Gaya Cinta yang telah Saya Pelajari<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmyMQVDCI6RkqOB7JVhJaWlvaYKulbHB-pnf8I_y6doggkVhvGo60OxC-ngSdVGqQfKr0z6TYNLZxLt-hFnwpjDJOVE5yPLWcnwBAfSIb0cESImOreRezp-6TvPB74WJYkxaLEnCnLodGn/s1600/Bermacam+Gaya+Cinta+yang+telah+Saya+Pelajari.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://ceritasexterseru.blogspot.com/" border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmyMQVDCI6RkqOB7JVhJaWlvaYKulbHB-pnf8I_y6doggkVhvGo60OxC-ngSdVGqQfKr0z6TYNLZxLt-hFnwpjDJOVE5yPLWcnwBAfSIb0cESImOreRezp-6TvPB74WJYkxaLEnCnLodGn/s400/Bermacam+Gaya+Cinta+yang+telah+Saya+Pelajari.png" title="Bermacam Gaya Cinta yang telah Saya Pelajari" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Bermacam Gaya Cinta yang telah Saya Pelajari</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa – Ia mengangkat mukanya dan tersenyum kearahku sambil menjilati air mani yang masih tersisa di bibirnya. Gila ini orang! “Enak kan?!” Tanyanya. Saya tidak menjawab, tapi hanya mengacungkan jempolku. Ia lalu menarik tanganku, menyuruhku berdiri. Saya berdiri dan ganti ia duduk bersandar. Tak berkedip aku menatapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Tubuhnya begitu putih, indah, padat dan menggairahkan. Payudaranya montok menggantung dan menantang dengan putting yang mungil ditengah lingkaran kecoklatan. “Gantian” katanya. Hah?! “Apa?” tanyaku tak percaya. “Gantian dong. Sekarang situ yang kenyot nonok saya” katanya. Gila! Ini persetubuhanku yang pertama, tapi sudah disuruh menghisap vagina perempuan. Bagaimana caranya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Supaya ia tidak kecewa saya lalu berlutut diantara kakinya. Kuusap kedua pahanya yang putih mulus dengan kedua tangan. Tak percaya rasanya malam ini saya benar-benar menyetubuhi wanita. Sebelumnya saya hanya menyaksikan tubuh wanita lewat film-film BF. Ia tertawa melihat kemaluan saya yang mengecil. Saya lalu mendekati kemaluannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya lihat jembutnya begitu tebal dan indah menghiasi barangnya. Tapi kemudian ia memegang kepala saya dan menariknya ke arah dadanya. “Ini dulu” katanya. Saya tidak menolak. Saya meremas kedua teteknya yang kenyal dan dan kencang itu dengan lembut dan mulai mengulum pentil kanannya. “Ahhh… ” lirihnya lembut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya memutar lidah menggelitik putting itu. Ia menggelinjang kegelian. Lalu kusedot-sedot seperti bayi menyusu. “Ahh… ahhh.. terus …yang kiri..” Akupun pindah, menyedot pentil sebelah kiri, sambil terus meremas. Tangan kanannya memegang kepalaku sedang yang kiri menjamah batangku, mengurutnya dengan gemas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kontan batangku yang tadinya kecil mulai mengeras lagi. “Asyiiik… keras lagi… ah… ah” lirihnya girang sambil menikmati hisapanku di buah dadanya. Ia semakin semangat mengurut penisku. Cairan mulai keluar lagi dari ujung helmnya. Aku kemudian berganti- ganti kiri dan kanan menghis! ap teteknya. Ia menikmatinya dan matanya terpejam saking nikmatnya. “Turun” katanya pendek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayapun menurunkan kepala saya ke arah perut dan terus kebawah. Tangannya terlepas dari batang kemaluanku. Tangan saya mengelus pinggangnya kiri kanan. Kini saya berada tepat di atas kemaluannya yang berambut tebal itu. Bau aneh saya rasakan tapi saya tidak perduli. Nafsu saya sudah naik lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini kesempatanku untuk tahu bagaimana rasanya menghisap kemaluan perempuan. Saya menyibak rambut hitam lebat yang menutupi vaginanya. Karena gelap, saya tidak bisa melihat dengan jelas. Karena itu saya coba merabanya. “Ooooh…” ia mengerang lembut. Terasa ada cairan basah di bawah belahan vaginanya. Saya mengusap-usap bibir labianya. Pinggulnya bergoyang menahan geli. “Jilat dong… ooohh..” pintanya lirih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mulai menyentuh bibir vaginanya yang basah itu. Terasa lembut, asin dan kenyal. “Nahhh… gitu… hhh… aw… geli… enak… oooohh…” rintihnya. Kini bibirku yang mengecup, mengulum dan menyedotnya seperti mencium dan memagut bibir wanita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia menggelinjang, menggoyang pantatnya, kegelian. “Terusssh… ahhh… ahhh… ahh” Tangannya turun membantu menarik selangkangannya, sehingga bibir vaginanya ikut terjewer. “Atasnya… atasnya… hisaaap… ohhh” Aku tidak tahu yang mana yang atasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang aku tahu adalah ujung atas bibir kemaluannya. Kecil, sebesar biji kacang. Mungkin ini yang disebut kelentit. Kumainkan dengan telunjuk, kuhisap dan kukenyot-kenyot. Ternyata benar, reaksinya luar biasa. “Aaawww… ahh.. iya.. ituu… ahh.. teruuuuss… ssstt… enaaaak…” rintihnya keras sambil menggoyang pinggulnya. Ia lalu menaikkan kakinya dan kedua belakang lututnya mampir dipundakku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku semakin hot. Lalu silih berganti, kujilat vaginanya dan kuhisap kelentitnya. Rasa asin ! cairan yang keluar dari vaginanya itu tidak kuperdulikan lagi bahkan kadang kutelan karena napsuku yang membara. Kemaluanku sudah tegang lagi, siap untuk babak berikutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba ia menurunkan kakinya dan menarik kepalaku dengan tangannya. “Nggak tahan…” katanya. Lalu bangkit berdiri dan menyuruhku duduk menyandar seperti tadi. Aku menurut saja. Batang penisku kelihatan berdiri tegak dan garang seperti menara. Ia lalu duduk menghadapku mengangkangi pinggulku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dicengkeramnya penisku dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang bahu kiriku. Lalu digosok-gosok ujung penisku itu di permukaan kemaluannya dan kelentitnya. Aku terangsang hebat dan meremas kedua payudaranya yang bergelayut di depan mukaku. Kuhisap dan kukenyot pentilnya berganti-ganti. Dengan penuh napsu ia mulai menurunkan badannya dan membimbing batang penisku masuk ke dalam vaginanya. “Blesss… ” Penisku langsung amblas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku merasakan lubang kemaluannya hangat dan berdenyut hebat. Nikmat sekali. Antara geli dan hangat. Ia mengangkat pantatnya perlahan lalu menurunkannya lagi. Akhirnya ia seperti main kuda-kudaan, mengangkat dan menurunkan pantatnya dengan cepat, hin! gga selangkangannya beradu dengan selangkanganku dan mengeluarkan suara keras. “Plok …plok… plak… plak…” Mulutnya merintih-rintih dan mencari mulutku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Segera kusambut dengan pagutan penuh napsu. Lidahnya meliuk- liuk ke dalam mulutku. Kadang-kadang bibirku dikenyotnya. Napsu kami sudah begitu membara dan hanya itu cara melampiaskannya. Aku merasakan penisku seperti diurut-urut. Apalagi ketika pinggulnya melakukan gerakan memutar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya ampun nikmatnya. Terasa dipilin-pilin. Tanganku pun jadi liar, meremas-remas pantatnya yang kencang dan padat itu. Kadang-kadang mengusap badan belakangnya. Ia memegang kedua payudaranya dan memasukkan mukaku diantaranya. Hangat dan kenyal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku gesek-gesekkan kedua pipiku di antara dua bukit daging itu. Ia pun semakin napsu menggoyang pantatnya. Kepalanya sering terkulai kebelakang saking nikmatnya. “Ahh.. ahh.. ooo… aww… kontolnya… besaar… enaakk…” Tiba-tiba ia berhenti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa mencabut kemaluanku, badannya berputar dan kini membelakangiku. Dengan bertumpu ke kedua lututku ia menggenjot lagi pantatnya turun naik. Mulutnya merintih lagi.. “Ahh… ahh… enaak… nikmaat… aww… terussshh…” Gila. Kini kemaluanku terasa sekali menggesek dinding vaginanya. Rasanya menggerinjal memijit-mijit kulit atas batang penisku. Pemandangan didepankupun demikian indahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pantatnya yang putih dan montok menghadap wajahku. Ditengahnya lubang dubur yang kehitam-hitaman dan dibawahnya lubang kemaluannya sedang asik menghisap-hisap batang penisku. Aku meremas-remas pantat montok itu dan kedua ibu jariku menarik kedua bibir pantatnya didekat vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelihatan penisku sedang mengebor lubangnya maju mundur dengan gagah dan garang. Batangnya licin dan mengkilat karena dibasahi cairan kami yang sudah bercampur jadi satu. Nikmatnya sulit dilukiskan kata-kata. Lalu ia menegakkan badannya dan melipat kakinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Posisinya jadi berlutut membelaka! ngiku. Dengan santai ia merebahkan badannya ke belakang, ke arah dadaku. Dengan bertumpu kedua tangannya ia mengayuh lagi. “Ahh… nikmatnyaa… uhhh… kontolnya…. besarr… hh…. enaaak…” Batang kemaluanku kini keluar masuk dengan ujung helmnya menelusuri dinding depan lobang vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak terkatakan betapa geli dan enak bersetubuh seperti ini. Pantatnya kini beradu dengan selangkanganku dan menimbulkan suara keplok, menambah semangatku untuk menggenjotnya.. Cewek ini benar-benar profesional dan tahu banyak cara bersetubuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanganku meraih buah dadanya dari bawah ketiaknya. Kuremas-remas dengan gemas dan penuh napsu. Ia memalingkan kepalanya keaarah wajahku dengan bibir terbuka. Segera kusambut dengan bibirku. Kami berpagutan sekenanya karena kepalanya bergoyang-goyang mengikuti irama pinggulnya. Benar-benar nikmat. Beberapa saat kemudian dia berhenti lagi. Tepat saya hampir mencapai klimaks. Ia seperti tahu bahwa aku mau keluar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mau apa lagi ni orang , fikirku. Ternyata ia berdiri dengan cepat dan meninggalkan batang kemaluanku yang bergoyang seperti bandulan. Tegak dan keras, tapi mengkilat dan basah oleh cairan. Ia menarik tanganku sebagai isyarat agar bangun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pun berdiri mengikuti tarikannya. Lalu ia bersandar di dinding gerbong dan mengangkat kaki kirinya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menarik bahuku. “Ayo masukin…hhh …” perintahnya pendek. Diamput! Ini benar-benar malam istimewa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baru pertama kali bersetubuh sudah diajari bermacam-macam gaya untuk mendapat kenikmatan. Akupun merendahkan tubuhku agar burungku bisa masuk dari bawah. Kaki kirinya melingkar ke pinggulku dibantu oleh tangan kirinya. Tangan kanannya melingkar di bahuku dan mulutnya mencari-cari bibirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan menuntun batangku dengan tangan kananku kutempelkan ujung helm penisku itu di depan liang vaginanya. “Bless… clep… clep…” Dalam sekejap batang penisku langsung menancap sarungnya. “Aaaawww….” jeritnya merintih, merasakan kenikmatan yang dialaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini batangku merasakan seluruh dinding vaginanya seperti memijit mijit. Geli dan nikmat. Sedangkan bulu-bulu kemaluannya menggelitik selangkanganku. Aku tidak perduli. Aku merasa dorongan dalam diriku seperti tidak tertahan. Aku mungkin akan orgasme.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memagut bibirnya dengan kuat. Kembali lidahnya meliuk-liuk liar dalam mulutku. Ketika lidahnya ditarik, ganti lidahku yang menjelajah dalam mulutnya. Begitu terus. Kedua tanganku meraih pantatnya yang kencang dan menekannya kearah selangkanganku. Lalu kugenjot dengan irama yang teratur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Matanya terpejam, tak kuasa menahan rasa enak yang datang dari vaginanya. “Mmmmfff… mmmfff…” Ia merintih tertahan, karena mulutnya tersumpal lidah dan bibirku. Ini tidak berlangsung lama karena kaki kanannya mulai bergetar. Akupun merasa lututku lelah. Gejolak menuju puncak kenikmatan jadi tertahan karena pegal. Perlahan-lahan kucabut batangku dan iapun menurunkan kaki kirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mulutnya masih memagut bibirku, seperti takut kehilangan. Akupun tak mau melepaskannya dan memeluknya erat-erat. Mesra sekali rasanya. Batang kemaluanku tertekan diantara perutku dan perutnya. Ia lalu menggoyang badannya kiri dan kanan, menggesek batang penisku keperutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Amboi! Ia lalu melepaskan ciumannya dan merebahkan badannya celentang dengan kaki terbuka lebar. Vaginanya jadi terlihat jelas dibawah rimba hitamnya. “Ayoh.. hhh… terusin… ” katanya. Ia pun nampaknya sudah hampir mencapai klimaks. Tanpa menunggu perintah dua kali akupun menindihnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
This is the real ecstasy, fikirku. Dengan memagut bibirnya dan mendekap erat tubuhnya aku berusaha memasukkan penisku yang masih tegang itu ke dalam vaginanya. Tanpa dituntun, kali ini batang kemaluanku nampaknya sudah hafal menuju tujuannya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Blesss……….” Amblas lagi, tanpa rintangan sedikitpun. “Ahhh…. ” rintihnya lepas. Kedua kakinya melingkar di belakang pinggulku. Aku berhenti sejenak untuk melepskan pegal, tapi ia menggoyang-goyang pinggulnya, tanda ingin digenjot. Akupun menggenjotnya turun naik. Makin lama makin cepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ciuman dibibirkupun makin menggila. Aku jadi ikut memutar pinggulku mengiringi putaran pinggulnya. Suara yang timbul pun ramai. “Plak.. plok… plak… plok…” ! Kali ini aku tidak tahan lagi. Nampaknya iapun begitu. “Aaaaaw…. ah! ah! ah!” Tiba- tiba ia mengejang dan mendekapku kuat- kuat. Tangannya mencengkeram rambutku. Bibirnya memagutku liar. Kedua kakinya yang melingkar di pinggulku menekan kuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Vaginanya seprti menyedot batangku dengan kuat. Seiring dengan itu Cret! Cret! Cret! Cret! Kurasakan batangku tersiram cairan hangat didalam vaginanya. “Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….!” jeritnya. Aku membalasnya dengan menghunjam penisku sedalam-dalamnya. Aku orgasme! Cret! Cret! Cret! Nikmat! “Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kutembakkan seluruh air maniku ke dalam vaginanya. Aku terhempas dalam lautan kenikmatan yang tiada duanya. Aku terkapar dengan kepuasan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Diatas tubuh molek dan montok tak tertutup selembar benangpun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hampir tertidur di atas tubuh bugilnya jika ia tidak membangunkanku dengan sebuah ciuman mesra di pipiku. “Puas?!” tanyanya berbisik. “He-eh” hanya itu jawabku. “Mau diterusin?!” tanyanya menantang, sambil menggoyang pinggulnya kedepan. Penisku masih tertanam dalam vaginanya, tapi sudah mulai mengkerut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ampun deh!” jawabku. Ia tertawa. “Kalo gitu bangun dong” pintanya. “Ntar dulu ah, masih enak nih” kataku manja. Ia tak berkata-kata lagi. Hanya tangannya mengelus rambutku, mesra. Sesekali ia mencium pipiku. Kemudian kami berpakaian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya menyelipkan uang lima puluh ribu, bukan duapuluh ribu seperti yang dimintanya. Ia bertanya kenapa, saya jawab bayaran itu memang pantas untuk layanan yang telah diberikan. Ia berterima kasih sambil berkata bahwa saya tidak perlu sedermawan itu, karena ia sendiri mencapai kepuasan yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebanyakan pelanggannya langsung pergi setelah klimaks, tanpa memperdulikannya. Yang penting dibayar, pikir mereka. Ia bertanya apakah saya mau pulang, saya jawab ya. Ia lalu minta diantar dulu ke tepi jalan untuk cari kendaraan umum. Ia juga ingin pulang. Saya tanya kenapa tidak cari langganan lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia bilang sudah puas, untuk apa lagi. Saya tanya apakah minggu depan ia ada disini, ia jawab ya dan ia akan tunggu di tempat yang sama, jika saya mau datang. Sebelum keluar gerbong ia memeluk dan menciumku, lama sekali. Seperti tidak mau berpisah denganku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Minggu depannya saya datang lagi kesitu, dan menunggu di bangku stasiun. Lama saya menunggunya, tetapi ia tidak muncul. Saya tanyakan kepada teman-temannya kemana dia pergi, kata mereka ia sudah tidak “jualan” lagi sejak malam bersama saya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tanya apakah ada yang tahu rumahnya, mereka bilang dia sudah pindah entah kemana. Mereka menggoda agar salah satu dari mereka dijadikan pengganti, tapi saya tidak mau. Sejak itu saya tidak pernah menemuinya lagi sampai saya kawin dan berkeluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terima kasih Marni… Kau telah memberikan kenikmatan sekaligus pelajaran yang pertama buatku.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-59936395434044664252017-02-13T16:37:00.001-08:002017-02-13T16:37:32.416-08:00Istriku dan Mertuaku sama-sama Selingkuh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitmCoazDySC7_hUgJ0HxUuI6Mp9RvJK7bP7v0pjdIaVrpJCSoikQ04eXibcTvd9iZbVrPAEYdbRAhkiDpFOiQKTgUKjOwUmpm09y4NxGV08qk45Kq2bSzlEKvwThmEUTHL5r8oMxTlim75/s1600/Istriku+dan+Mertuaku+sama-sama+Selingkuh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://ceritasexterseru.blogspot.com/" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitmCoazDySC7_hUgJ0HxUuI6Mp9RvJK7bP7v0pjdIaVrpJCSoikQ04eXibcTvd9iZbVrPAEYdbRAhkiDpFOiQKTgUKjOwUmpm09y4NxGV08qk45Kq2bSzlEKvwThmEUTHL5r8oMxTlim75/s400/Istriku+dan+Mertuaku+sama-sama+Selingkuh.jpg" title="Istriku dan Mertuaku sama-sama Selingkuh" width="300" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Istriku dan Mertuaku sama-sama Selingkuh</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa – Perselingkuhan ibu mertuaku berlangsung berkali-kali, diantaranya sering sekali nekad.. entah mungkin mereka makin bernafsu bila resiko ketahuan makin tinggi.. Sering kulihat ibu mertuaku mengusap-ngusap batang yusup padahal suaminya sedang didepan mereka yang tengah mengerjakan sesuatu.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Berkali-kali aku berpikiran untuk memanfaatkan kameraku untuk bisa ikut mengentot mertuaku, tetapi rasa takut dan sayangku pada istriku berkali-kali itu juga menghalangi niatku. Hingga terjadinya peristiwa itu… Seperti biasa, setiap hari sabtu-minggu aku ngga kerja dan biasanya diisi dengan kegiatan bermalas-malasan dan tidur-tiduran dikamar sambil nonton tipi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti juga sabtu itu, sementara itu istriku masuk kerja. Karena malamnya begadang nonton tipi hingga pagi hari, otomatis pagi hingga siang kuisi waktu dengan tidur. Bangun tidur, rumah dalam kondisi sepi, mertuaku mungkin sedang ditoko. Ingat mertuaku aku jadi penasaran apakah ada kejadian yang seru hari itu yang terekam dalam kameraku. Aku mulai memainkan rekaman video dari berbagai ruangan rumahku pada hari itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kulihat mertuaku tidak ada, cukup mengecewakan, yang ada hanya ruangan yang kosong. Tetapi tidak lama kulihat pintu rumah terbuka dan terlihat istriku masuk ke rumah, dan ternyata dia tidak sendiri, dia bersama 3 orang lainnya, 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. mereka cukup kukenal sebagai teman kantor istriku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teman wanita istriku bernama Indri dan Fitri, mereka cukup menarik, Indri agak tinggi dengan kulit putih mulus dengan dada yang padat, sementara Fitri lebih pendek tapi jauh lebih montok dengan dada berukuran ekstra. Tetapi yang paling cantik tetap istriku, dengan tinggi yang pas serta dada yang montok membuatku merasa menjadi pria yang sangat beruntung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka menggunakan seragam kerja blazer dan rok span selutut kecuali istriku yang menggunakan pakaian yang menutup dari mulai rambut hingga tumit kaki. Sementara Johan kulihat lebih pendek dari istriku dan berbadan kurus. Tampaknya mereka sedang mendiskusikan pekerjaan mereka, istri dan kedua teman wanitanya tampak membacakan sesuatu dan Johan, satu-satunya laki-laki yang ada kebagian mengetik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah berdiskusi beberapa lama, kulihat kedua teman wanita istriku tampak pamit untuk pergi, hingga tinggal istri dan johan yang ada di ruangan itu. Aku mulai berdebar, karena menduga-duga hal yang akan terjadi selanjutnya. Johan masih sibuk mengetik, sementara istriku tampak menyiapkan minuman untuknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Johan tampak celingukan melihat-lihat keluar, kemudian ngomong sesuatu pada istriku. Istriku terlihat tersenyum kemudian menuju pintu rumah kemudian menutupnya!. Jantungku makin berdebar-debar, terutama setelah kulihat istriku duduk merapat pada johan yang masih mengetik. Adegan selanjutnya membuatku terkesiap !.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Johan memegang telapak tangan istriku kemudian menariknya dan menaruhnya diselangkangannya. Istriku menarik tangannya.. tetapi kulihat Johan tampaknya membujuk istriku, istriku terlihat bimbang, kemudian beranjak dari tempatnya pergi menuju kamar, ya kekamarku, dia membuka pintu sebentar kemudian menutupnya kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu, siang tadi aku tertidur dengan lelapnya hingga tidak menyadari yang terjadi di ruang tamu. Dari kamar, istriku kembali ke ruang tamu tempat Johan berada. Melihat istriku datang, tampak Johan menanyakan sesuatu pada istriku dan entah dijawab apa karena aku tidak bisa mendengar suara mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Istriku kembali duduk disamping Johan, dan laki-laki itu mengulang kembali perbuatannya tadi, dia menarik tangan istriku kemudian mengusap-usapkan tangan istriku ke tonjolan selangkangannya! Kali ini istriku tidak menariknya tetapi malah bergerak mengusap-usap tonjolan selangkangan Johan. Merasakan nikmat, Johan berhenti mengetik sesaat kemudian melanjutkan pekerjaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gila.. Johan mengetik di laptop sementara istriku memberi servis tambahan yaitu mengusap-usap batang kejantanan Johan yang kulihat semakin menonjol seolah-olah meronta ingin dikeluarkan dari celananya. Sesaat kemudian Johan membuka resletingnya, dan muncullah batang penis yang kulihat cukup gemuk apalgi bila dibandingkan badannya yang kurus. panjangnya tidak seberapa, bahkan bila kubandingkan masih jauh lebih besar dan panjang punyaku !</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tangan istriku bergerak mengambil bantal kursi untuk menutup penis Johan, dan meminta johan memegang bantal itu. Kemudian terlihat tangan istriku naik turun mengocok penis Johan. Jantungku berdegup kencang dan tubuhku gemetaran melihat pemandangan itu, Istriku mengocok penis lelaki lain! bukan cuman itu dia melakukannya di rumah!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak tahan dengan kocokan istriku, Johan berhenti mengetik kemudian bersandar dikursi matanya terpejam menikmati servis yang dilakukan istriku. Tangan johan mulai bergerak, mengelus-elus punggung istriku yang masih dalam posisi duduk dan celingukan melihat-lihat keadaan mulai dari melihat ke arah jendela rumah hingga sesekali melihat ke kamarku, mungkin untuk memastikan aku tidak bangun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak berhenti hanya dipunggung, tangan johan bergerak ke depan kemudian mengelus-elus toket istriku dari luar bajunya. Istriku terlihat sesekali merem kemudian membuka matanya untuk kembali melihat-lihat keadaan. Tangan johan sudah bergerak masuk ke balik bajunya, kemudian merogoh toket dibalik Bra dan meremas-remasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena kesulitan, Johan bergerak membuka kancing kemeja seragam PNS istriku, istriku semula menahan tetapi kemudian Johan membisikan sesuatu hingga akhirnya membebaskan Johan membuka 2 kancing atasnya, dan menyingkap bajunya, hingga terlihat toket istriku yg masih terbungkus bra hitam berendra sehingga tampak sangat kontras dengan toket istriku yang putih mulus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Toket kenyal dan montok yang merupakan toket kebanggaanku itu kini diremas-remas oleh lelaki lain!!! Karena ukurannya yang besar, serta tersumpal oleh baju, toket itu tampak membusung dan sangat menggairahkan!.. dan johan pun tau itu.. tidak sabar dia segera membuka kait bra istriku yang terletak didepan. sehingga toket istriku menyembul dengan bebasnya. Johan langsung menjilat dan menghisap toket istriku, sementara penisnya masih dikocok oleh tangan mulus istriku. Kedua toket istriku dijilat dan dihisap secara bergantian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Istriku semakin merem keenakan, perasaan waspada yang tadi ada sepertinya sudah hilang, dia sudah tidak peduli lagi dengan sekelilingnya. Bibir merahnya merekah karena kenikmatan yang diperolehnya, yang kemudian disambut oleh deep kiss oleh Johan yang diiringi oleh permainan lidah. Ciuman mereka cukup intens dan lama. Tangan johan bergerilya ke arah selangkangan istriku, mengusap-usapnya, istriku terlihat sangat menikmati usapan johan, terlihat dari pahanya yang dibuka semakin melebar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Istriku kemudian mendorong badan Johan hingga bersender ke kursi, kemudian istriku menunduk ke arah penis johan yang semakin tegak berdiri. yang kemudian tenggelam dalam lumatan mulut istriku. Istriku mengulum, menghisap dan menjilati penis gemuk dan hitam Johan, seolah-olah menikmati penis itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal denganku, suaminya, istriku sering sekali menolak untuk menghisap penisku. Istriku bergerak naik ke atas badan johan kemudian menyingkapkan rok panjangnya ke ujung paha hingga terlihat jelas paha putih mulus istriku, kemudian dia melucuti sendiri celana dalam yang dia pakai. Penis johan digenggam dan dikocok perlahan kemudian diarahkan menuju liang vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Istriku menggesek-gesekan penis itu ke mulut vaginanya, seolah-olah vaginanya gatal dan penis itu digunakan untuk menggaruknya. dan kemudian bless.. penis itu amblas masuk seluruhnya ke vaginanya, kemudian terdiam, badan istriku melengkung menikmati gesekan penis johan kedalam vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Johan yang bersender di kursi dengan rakusnya melahap kedua bukit kembar istriku, sementara tangannya memegang pantat istriku untuk menaik turunkan pantat itu. Istriku pun menyambutnya dengan menaik-turunkan pantatnya, hingga terlihat jelas sodokan-sodokan ****** johan yang dibenamkan ke dalam memek istriku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sementara tangan istriku bertahan pada senderan kursi sehingga keseimbangan badannya terjaga. Istriku bergerak makin cepat begitupun Johan yang menaikan pantatnya, menginginkan penisnya terhujam makin dalam ke liang memek istriku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gerakan naik turun pantat istriku untuk mengeluar masukan ****** Johan yang diiringi juga dengan gerakan johan, berlangsung semakin cepat dan cepat..! hingga mereka akhirnya terdiam dengan membenamkan kelamin mereka semakin dalam.. untuk menjemput puncak kenikmatan..! Istriku masih berada diatas johan untuk beberapa saat mereka berciuman…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pandanganku berkunang-kunang, kepalaku terasa berat melihat Istriku yang selama ini kubanggakan, baru saja bersetubuh sedang dengan lelaki lain.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-57614619383597202242017-02-13T16:27:00.001-08:002017-02-13T16:33:03.268-08:00Tubuhku yang sudah kotor oleh Adik Ipar Bejat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij0i9pSnoo2O7V-RjDJ3lqs_n_QBQs3L8zHzBLxXkY2GJJEyrSGuT_P5GWgwiejw-BX7EXpuX0l9Rsl3AaWyM40YFq9Yu8cXBjZ8QTjs-fCdSvo0a7VCN07cKcD6g9ZY7Rx7YVjaNAE-S2/s1600/Tubuhku+yang+sudah+kotor+oleh+Adik+Ipar+Bejat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://ceritasexterseru.blogspot.com/" border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij0i9pSnoo2O7V-RjDJ3lqs_n_QBQs3L8zHzBLxXkY2GJJEyrSGuT_P5GWgwiejw-BX7EXpuX0l9Rsl3AaWyM40YFq9Yu8cXBjZ8QTjs-fCdSvo0a7VCN07cKcD6g9ZY7Rx7YVjaNAE-S2/s400/Tubuhku+yang+sudah+kotor+oleh+Adik+Ipar+Bejat.jpg" title="Tubuhku yang sudah kotor oleh Adik Ipar Bejat" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Tubuhku yang sudah kotor oleh Adik Ipar Bejat</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa – Ketika aku mulai sadar, kurasakan kedua puting susuku seperti ada yang mengulum dan menyedoti dengan kuat. Vaginaku masih terasa sedikit sakit, tapi sudah tak terasa sesak, artinya Arman sudah selesai memompa liang vaginaku. Becek sekali rasanya liang vaginaku, aku tahu si brengsek itu pasti mengeluarkan spermanya di dalam sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><span style="text-align: justify;">Untungnya aku sedang dalam masa tidak subur, jadi aku tak perlu takut hamil. Tapi kini aku sadar, ada dua orang sekaligus yang mengulum puting susuku, yang berarti ada orang lain selain Arman. Dan aku mulai mengenali mereka berdua ini, bahkan Arman bukan salah satu dari mereka. Ternyata Anto dan Seto yang kini sedang menyusu pada kedua payudaraku.</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangaaaan”, aku menjerit ngeri. Aku tak bisa berbuat apa apa, kedua tanganku yang terentang ini tak bisa kugerakkan sedikitpun, sementara mereka berdua dengan santai meneruskan perbuatan mereka. “Lepaskan aku… Armaaan kamu bajingaaaan…”, aku mengumpat dalam keputus asaanku. Dan kudengar tawa yang membuatku bergidik ngeri. Kemudian aku melihat Arman masuk, dan memegang handycam. Ia merekamku! Merekamku yang sedang pasrah tak berdaya saat kedua puting susuku disedot oleh kedua kacungnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Biadab kamu Arman… Kamu kan sudah janji..”, aku langsung terdiam. Bajingan ini memang tak pernah berjanji apa apa. “Kenapa Elly? Kok diam? Apa aku salah? Aku memang tak pernah berjanji kalau kamu tak akan kuberikan pada mereka bukan? Hahahaha…”, Arman tertawa dengan memuakkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya bisa menangis. Habislah aku, aku sudah dalam cengkeraman Arman sepenuhnya. Entah seperti apa nasibku di hari hari berikutnya. Sementara kedua kacung Arman ini tertawa senang, dan mereka kembali mencucup kedua puting susuku dengan bersemangat, tak lupa tentunya mereka juga meremasi payudaraku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa saat kemudian, dengan gaya yang menjijikkan, mereka membuka mulut mereka yang penuh air susuku ke arah kamera. “Wow.. air susu Elly”, kata Arman sambil menyorot mulut kedua kacungnya. Kedua orang itu menelan air susuku. “Bagaimana rasanya Anto? Seto? Enak tidak?”, tanya Arman penasaran. “Gurih abis bos, susu amoy gini”, kata Anto.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lebih enak dari susu sapi”, sambung Seto. Kurang ajar sekali mereka ini. Dan Arman kelihatannya penasaran, lalu ia menaruh handycamnya. “Aku juga ingin coba”, gumannya. Ia mendekati payudaraku, dan setelah memberikan beberapa jilatan yang membuatku mau tak mau merasa terangsang, tiba tiba ia sudah mencucup puting susuku. Beberapa sedotan dilakukannya, sementara aku hanya bisa mendesah keenakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bos, susunya diremas”, kata Anto. “Bisa tambah banyak keluarnya”, Seto menyambung. Maka Arman menyedot puting susuku sambil meremasi payudaraku. Aku sedikit menggeliat kesakitan. Ia terus melakukannya sampai puas, sementara aku hanya bisa menggigil menahan nikmat. “Susu yang enak, Elly”, kata Arman dengan nada puas. “Nanti aku minta lagi”, sambungnya sambil kembali mengambil handycamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lanjutkan”, perintah Arman pada Anto dan Seto. Mereka berdua yang sudah melepaskan semua baju mereka hingga telanjang bulat selagi menunggu Arman mencicipi susuku. Mereka tentu saja kembali mengerubutiku dengan kesenangan. Handycam itu kembali merekamku. Kini Anto dan Seto berniat memuaskan diri mereka sendiri, bisa terlihat dari mereka mengocok penis mereka sendiri untuk makin menegangkan ereksi penis mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat ukuran penis mereka berdua ini, aku makin ngeri. Baik panjang maupun diameternya semuanya lebih dari ukuran milik Arman. Aku berusaha mematikan semua perasaanku. Kini aku digumuli oleh dua kacung si Arman. Kedua pahaku dilebarkan oleh Anto. Aku masih terlalu lemas untuk mencoba menghindar. Akibatnya, bless… kembali liang vaginaku tertusuk oleh sebatang penis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menggigit bibir, menahan segala perasaan malu dan sakit ini, air mataku terus mengalir. Handycam yang dipegang Arman terus menyorot ke arah vaginaku yang sedang dipompa oleh Anto. Mukaku rasanya panas sekali membayangkan aku sedang membintangi film porno amatir ini. Perlahan Arman mengarahkan sorotan handycamnya ke arah tubuhku bagian atas, dan sempat berhenti agak lama ketika menyorot kedua payudaraku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seto sempat meremasi kedua payudaraku dan semua itu disorot oleh Arman. Sementara itu tubuhku harus terus menggeliat karena menerima rangsangan dua orang sekaligus. Liang vaginaku dipompa dengan gencar oleh Anto sementara kedua payudaraku diremas dengan gemas oleh Seto. Aku sendiri antara mendesah keenakan dan merintih kesakitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Liang vaginaku masih belum beradaptasi sepenuhnya dengan ukuran penis Anto, tapi sudah mendatangkan nikmat yang membuatku serasa melayang. “Sudah… hentikaaan…”, aku mengerang dan mulai menggelepar, karena kurasakan liang vaginaku kembali ngilu dipompa segencar itu. Anto sendiri kelihatannya sudah akan berejakulasi, tubuhnya bergetar hebat saat menggenjotku, dan tak lama kemudian ia mengerang panjang dan meneriakkan namaku,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooouuuhhh… bu Ellyyy…”. Tubuhnya berkelojotan di atasku, dan kurasakan penisnya berdenyut keras di dalam sana. Beberapa semprotan lahar panas kurasakan membasahi liang vaginaku, dan Arman segera bergerak ke tempat yang bagus untuk menyorotan handycamnya ke arah vaginaku. Kurasakan Anto mencabut penisnya perlahan, dan Arman terus menyorot daerah vaginaku, aku malu sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejolak yang sempat membuatku hampir orgasme kini mereda. Tapi gilanya, si Seto langsung bersiap menggilirku, ia sudah mengarahkan penisnya ke liang vaginaku. Aku memang tak bisa apa apa, hanya bisa menggigit bibir saat kurasakan liang vaginaku tertusuk oleh penisnya Seto. Hanya saja sekarang rasanya tak begitu sakit, dan setelah beberapa genjotan, Arman menyorot mukaku, karena si Anto sudah menempelkan penisnya ke mulutku. “Elly, ayo kulum”, perintah Arman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya bisa menurut, toh aku sudah tak ada gunanya lagi membantah. Daripada aku mendapat tamparan atau siksaan lain, aku lebih baik mengikuti kemauan bedebah ini. Perlahan kubuka mulutku, dan penis Anto yang masih belepotan sperma dan cairan cintaku, menerjang masuk ke dalam mulutku. Rasanya amis dan asin, membuatku ingin muntah. Tapi aku berusaha tak memikirkan rasanya, dan ingin cepat menyelesaikan tugasku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terus mengulum penis si Anto ini, kubersihkan cepat cepat dan kutelan semua sisa spermanya dan cairan cintaku sendiri. Anto yang sudah tak tahan mengerang panjang dan menarik penisnya dari mulutku. Penderitaanku belum selesai. “Buka mulutmu, Elly”, perintah Arman sambil menyorotkan handycamnya ke mulutku. “Perlahan!”, perintahnya lagi. Aku mulai membuka mulutku perlahan, dan Arman terus menyorot mulutku. “Bagus”, katanya dengan puas. Aku malu sekali, pasti aku terlihat layaknya seorang wanita nakal dalam handycam itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama kemudian tubuhku terguncang guncang, rupanya Seto mulai menikmati liang vaginaku. Dengan bersemangat ia menggenjot liang vaginaku, sementara aku tak tahu bagaimana sekarang raut wajahku saat menahan malu dan nikmat dan disorot oleh handycam milik Arman. Panas sekali wajahku rasanya, untungya Arman kemudian ganti menyorot tubuhku bagian bawah. Kini aku tinggal memusatkan perhatianku pada si Seto.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diam diam aku melakukan gerakan kegel, sejenis gerakan menahan buang air kecil, sambil pura pura merintih keenakan, supaya Seto cepat ejakulasi dan semua ini segera berakhir. Sesuai harapanku, tak lama kemudian Seto yang terangsang habis habisan, melolong lolong dan meneriakkan namaku. “Aaaaarrrrghh… Bu Ellyyyyy…”, jeritnya dan kemudian ia menarik penisnya, tentu saja setelah di dalam sana liang vaginaku dibasahi lahar panasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Arman dengan giat terus menyorot liang vaginaku yang tentunya tak mampu menampung sperma kedua pemerkosaku ini. Jari tangannya ditusukkan ke liang vaginaku mengorek sisa sperma Anto dan Seto. Seto sendiri segera beranjak ke arah wajahku, aku tahu ia hendak menagih jatah servis oral dariku. Seperti tadi, Arman yang buru buru mengarahkan handycamnya ke wajahku memberikan instruksi instruksi padaku hingga membuatku kembali terlihat seperti pelacur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi aku hanya bisa menurutinya, walaupun dengan hati pedih. Setelah semua selesai, Arman mematikan handycamnya. “Arman, sudah, lepaskan aku… please”, aku memohon. Tapi Arman tak menjawab, malah ia dengan bernafsu melihat ke arah payudaraku. Aku langsung tersadar dan teringat keinginan Arman tadi, yaitu ingin merasakan air susuku lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan memang benar, Arman segera melumat puting susuku, ia menyedot susuku sepuas puasnya. Aku mendesah keenakan, memang rasanya nikmat sekaligus amat merangsangku. Aku menggigit bibir, apalagi Anto ikutan melakukan hal yang sama pada puting susuku yang sebelah. Kini dua orang dewasa menyusu pada kedua payudaraku seperti bayi, dan aku hanya bisa memejamkan mata berharap mereka segera selesai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku melamunkan suamiku… maafkan aku Albert… aku bahkan sempat orgasme ketika diperkosa adikmu… — Tak terasa sampai si Seto juga sudah puas menyusu, dan akhirnya ikatanku dilepaskan. Lega rasanya, walaupun terasa sakit pada bekas ikatan di kedua pergelangan tanganku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku duduk dan mengurut kedua pergelangan tanganku, dan aku memandang Arman dengan benci sekaligus takut, karena dengan rekaman handycam itu, ia pasti akan menggunakannya untuk mengancamku agar menurutinya kelak kalau ia menginginkan tubuhku lagi. Ia tersenyum dengan penuh kemenangan ketika bersama dua kacungnya melihat hasil rekaman film porno tadi. Aku malu sekali, dan aku mencari cari pakaian luarku yang ternyata berserakan tak jauh dari tempat aku digangbang tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudah puas kalian?”, bentakku dengan jengkel dan menahan tangis. Aku memakai pakaianku tanpa bra dan celana dalam. Keduanya memang sudah tak bisa aku pakai karena tadi direnggut paksa dari tubuhku hingga robek. Mereka tertawa tawa dan beberapa saat lamanya mereka menonton rekaman pemerkosaan terhadap diriku, kemudian Arman mematikan handycamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia menghampiriku dan tiba tiba melumat bibirku. Aku menarik wajahku ke belakang untuk melepaskan diri dari ciumannya, lalu aku menamparnya, keras sekali. “Bajingan kamu Arman! Kamu tega sekali melakukan ini semua… sekarang antarkan aku pulang!”, kataku lirih, sambil menangis. Arman mengelus pipinya yang baru kutampar keras itu dan memandangku dengan aneh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku bergidik ditatap oleh Arman seperti itu. Lalu Arman melangkah ke arah luar diikuti oleh kedua kacungnya. Aku mengikuti mereka, dan dengan tegang aku masuk ke dalam mobil Kijang Innova pembawa petaka itu. Aku duduk di kursi penumpang depan, Arman yang menyetir, sementara Anto dan Seto duduk di belakang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perjalanan, kami semua diam, sedangkan aku sendiri dalam ketegangan yang luar biasa, karena aku berada semobil dengan para pemerkosaku. Tapi untungnya mereka tak melecehkanku lebih lanjut, dan mobil sialan ini mengarah ke rumahku. Ketika aku turun dari mobil, aku mendengar Arman berkata, “Elly, sampai ketemu lagi, kapan kapan kita main main lagi ya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan muak aku membanting pintu mobil, dan aku segera masuk ke dalam rumah sambil menahan tangis. Aku segera melihat anakku. Agak lega melihatnya masih tertidur pulas. Aku segera mandi dan keramas, membersihkan tubuhku yang sudah ternoda oleh adik iparku yang bejat itu, yang tega menyerahkanku pada dua kacungnya. Aku memang rindu bermain cinta, tapi itu adalah dengan suamiku sendiri, bukan dengan Arman, bukan dengan mereka ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apalagi diperkosa seperti tadi, sakit sekali hatiku rasanya. Tanpa sadar aku kembali menangis. Aku tahu hari ini adalah hari pertama aku mengalami penghinaan seperti ini, dan ini bukan hari terakhir. Terbukti dua hari kemudian, aku mendapat kiriman DVD dari Arman, yang berisi rekaman pemerkosaan terhadap diriku oleh dua kacungnya itu, dengan sebuah surat bertuliskan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Elly, lain kali kita bermain tanpa ikatan pada kedua tanganmu… kamu pasti akan lebih menikmatinya”</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-13565035137969504522017-02-13T16:20:00.001-08:002017-02-13T16:22:25.448-08:00Menjadi Asisten Rumah Tangga sekaligus Pemuas Nafsu Tuan Mudaku <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfvkOsAojYPpGGi809cZj1z-43pOS_gwF6f2MBrHFhjmVadNEyCQykm-bTVpkCTedJ_slIjAXPlBketbwVKDsnme2ZZ-zys6DWNVV0CHvxHpxob321e3l59EXrPcMh_XDbLsm12kgSjiDS/s1600/Menjadi+Asisten+Rumah+Tangga+sekaligus+Pemuas+Nafsu+Tuan+Mudahku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://ceritasexterseru.blogspot.com/" border="0" height="257" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfvkOsAojYPpGGi809cZj1z-43pOS_gwF6f2MBrHFhjmVadNEyCQykm-bTVpkCTedJ_slIjAXPlBketbwVKDsnme2ZZ-zys6DWNVV0CHvxHpxob321e3l59EXrPcMh_XDbLsm12kgSjiDS/s400/Menjadi+Asisten+Rumah+Tangga+sekaligus+Pemuas+Nafsu+Tuan+Mudahku.jpg" title="Menjadi Asisten Rumah Tangga sekaligus Pemuas Nafsu Tuan Mudaku " width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Menjadi Asisten Rumah Tangga sekaligus Pemuas Nafsu Tuan Mudaku </b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa – Aku Dina, saat itu aku sedang berkelana di Bali, sebabnya adalah karena aku bertengkar dengan ayahku (ibuku sudah meninggal). Ayahku mengatakan bahwa aku tidak produktif, karena tiap ari kerjaku hanya menghambur2kan uangnya saja dengan belanja sana sini. Memang aku ini maniak blanja, laper mata sehingga melihat apa saja yang bagus kubeli, padahal aku gak butuh2 amat.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Kebetulan kondisi keuangan ayahku mendukung kebiasaan maniakku itu. Ayah sering menegurku karena kebiasaanku yang tidak produktif itu. Aku tersinggung, sehingga timbul keinginanku untuk hidup mandiri, dan lokasi yang kupilih adalah Bali, kata temenku disana banyaklah kerjaan kalo mau kerja apa saja. Begitulah, akhirnya aku terdampar di kota Bali, seorang diri, tanpa sodara dan teman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mula-mula bingung juga aku mo ngapain. aku settle di satu losmen yang mur mer, untuk menghemat pengeluaranku. Mencari makan juga di warung2 sederhana yang mur mer juga. Cukup sengsara hidupku diawal-awalnya karena aku sudah terbiasa dengan kehidupan yang serba kecukupan di rumah ayahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi tekadku untuk mandiri, lepas dari ayahku kupelihara teguh, rasa sengsara, perlahan-perlahan menjadi biasa karena aku berusaha keras untuk menikmatinya. Segala macam usaha untuk mendapatkan uang walaupun sedikti aku lakukan, demikianlah aku kerja serabutan, apa saja kulakoni, kecuali yang satu itu, jual diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terus terang saja, waktu tinggal dengan ayahku, aku mempunyai banyak pacar, dan dengan pacar2ku itu aku sering sekali mereguk kenikmatan sex. Ini yang kadang menyiksaku, ampir gak tahan aku menahan diri untuk tidak ngesex dengan lelaki yang banyak seliweran disekitarku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka suka dengan kecantikanku yang alami, warna kulitku yang putih mulus, tubuhku proporsional, toketku gak besar tapi gak bisa dibilang tocil. Pinggulku agak besar, sehingga kalo lelaki melihat aku memakai celana ketat baik panjang maupun pendek, dari belakang pasti napsu melihat gerakan pinggulku yang seirama dengan langkahku. Pinggulku menggeyol indah kekanan kekiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada juga lelaki bule yang ngganteng banget, kaya aktor hollywood, yang terang-terangan ngajakin aq bercinta, malah dia menjanjikan segepok dolar amrik kalo aku bisa meladenin napsunya, tapi aku masih coba bertahan untuk tidak menerima tawaran yang sangat2 menggiurkan itu, dapet uang dan dapet kepuasan sex , palagi kan katanya kon tol bule tu gede panjang. kon tol pacar2ku ya standard ukuran orang kitalah, walaupun harus diakui aku mendapat kenikmatan juga dari penis-penis standard itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampe suatu siang, ketika aku berjalan didepan sebuah rumah makan, tiba-tiba ada sebuah sedan mewah yang memotong didepanku, sehingga aku terjatuh. Dari dalem mobil mewah itu keluar lelaki. Melihat wajahnya, rasa marah yang meluap2 karena aku diserempet sampe jatuh (kaya Cici Paramida aja ya) walaupun gak sampe lecet2, sirna seketika. Lelaki itu sangat tampan, bodinya sangat atletis. Dia segera menolongku bangkit sambil minta maaf dengan sangat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wah mbak, maaf sekali ya, saya sedang terburu2, sehingga gak liat mbak lagi jalan. Ada yang luka mbak, ay0 saya antar ke rumah sakit”. “Gak kok mas, cuma kaget saja”. Dia mengeluarkan hp nya, dia berbicara dengan seseorang untuk mengcancel pertemuannya siang ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wah mbak, sebagai permintaan maaf dan bersyukur karena mbak gak sampe luka, gimana kalo saya traktir makan siang di resto ini”. Aku melihat nama restonya, wah ini resto mewah yang makanannya mahal2, di deket rumah ayahku juga ada resto ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya deh mas, atau saya manggil apa enaknya”. “Saya … (dia menyebutkan namanya), mo manggil mas bole, manggil nama juga bole kok. Kalo mbak?” “Aku panggil mas aja deh ya, kayanya mas jauh lebi tua dari aku. Aku Dina, mas”. Aku digandengnya masuk restoran yang terletak dipinggir pantai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelihatannya dia sudah menjadi pelanggan resto ini, kelihatan dari banyaknya waiter yang eknal dia. Dia milih tempat menghadap kelaut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“MO makan apa mbak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan panggil mbak ah, Dina aja”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya deh, Dina mo makan apa”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku ikutan mas aja deh, mas kan yang tau menu yang enak2 dari restoran ini”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Doyan seafood kan?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Doyan mas, aku apa juga aku makan, kecuali batu ma kayu ma beling”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Bisa aja kamu, kok beling”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Soalnya aku belon blajar ilmu kuda lumping”. Tertawanya berderai mendengar guyonanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bener kan tadi gak apa2 kamu Din”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Gak apa kok mas, aku cuma kaget”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sekarang masih kaget?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Masih mas”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lo kok masi kaget”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya mas, kaget, kok ada ya lelaki didunia ini yang seganteng mas”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Bisa aja kamu”. Demikianlah selama makan, kami bercanda2.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah makan selesai, dia bertanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu ke bali dalam rangka apa Din?”. aku menceritakan kondisiku dengan ringkas.</div>
<div style="text-align: justify;">
“O, kamu lagi cari kerjaan toh, ditempatku aja, mau?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jadi apa mas”. Aku perlu asisten buat koordinir kerjaan di rumahku, ya kerjaan rumah tangga lah”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jadi pembantu gitu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“O enggaklah, masak prempuan secantik dan seseksi kamu dijadiin pembantu. Kaya kepala house keeping gitu, mau gak, bole tinggal dirumahku kok, gratis, makan minum juga gratis”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi gak dapet gaji?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya dapet lah, mau ya. butuhnya urgetnt neh, kalo gak kasian asistenku yang sekarang ini, dia dah bantu aku di pekerjaan, masih juga ketiban kerjaan ngurus rumahku”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya deh, buat mas yang ganteng apa si yang enggak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oke kalo gitu mulai hari ini ya, abis makan kita ambil barang2 kamu dari losmen, dan kerumahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku akan kasi kamu …. sebulan (dia menyebutkan satu angka yang besar).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mau mas”. Demikianlah aku pindah dari losmen murahan kerumahnya yang lebih besar lagi dari rumah ayahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku diperkenalkan kepada sejumlah pembantu, ada yang urusan membersihkan rumah, cuci mencuci, masak memasak dan membersihkan dan merawat kebunnya yang luas, disamping ada seorang driver. Mereka semua hormat padaku, karen aku diperkenalkan sebagai kepala house keeping. Aku diajak ke satu kamar, besarnya seperti kamarku dirumah ayahku, ada soundsystem dan tv besar, pake ac pula (dilosmen aku bermandi kringet tiap malem karena so pasti murah ya tanpa fasilitas apa2, termasuk ac).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wah mas, enak banget ya kerja ma mas”. “Ya udah, kamu sosialisasi ma para pembantu, aku mesti pergi ke kantor ya”. Aku ditinggal bersama sejumlah pembantu, aku mencoba akrab dengan mereka semua dengan bersikap merendah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ibu bapak, aku cuma kebetulan disuru jadi kepala house keeping, tapi aku tu pasti kala pengalaman ma ibu bapak, jadi kerjaan kita kroyok rame2 ya, aku bersedia kok melakukan kerjaan ibu bapak juga”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka senang karena aku gak sok2an, mentang2 ditunjuk jadi kepala, sebentar saja aku dah bisa berakrab2 dengan mereka semua, ngatur kerjaan dengan mereka semua. Cuma mereka sungkan kalo aku mbantu melakukannya. Ya udah akhirnya ya kalo mereka sibuk banget aku bantu, kalo enggak ya aku santai saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di halaman belakang rumah ada kolam renang yang lumayan luas, kerjaan pak bon yang membersihkan kolam yang jarang sekali dipake seminggu sekali. Aku dengan segala senang hati mbantu pak bon yang dah berumur itu membersihkan kotoran yang nempel didinding kolam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan pak sopir, aku juga bisa berakrab2, palagi pak sopirlah yang mengantarkan aku membeli semua keperluan rumah tangga, dan diriku sendiri, dengan catatan si mas gak make mobilnya. Kadang karena tau aku perlu banget pergi, si mas rela nyetir sendiri kekantornya supaya pak sopir bisa nganterian aku kesana kemari dengan mobil satunya lagi, gak semewah mobil si mas yang pasti, tapi cukuplah untuk beli2 ini itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maklumlah si mas itu pengusaha yang sukses dalam bisnis mobil mewah import build up. Demikianlah aku menjalani hari2ku dengan segala senang hati, kerjaan gak berat2 amat, uang berlimpah karena semua kebutuhan hidupku dipenuhi si mas, malah kadang si mas membelikan aku pakaian kalo aku harus ikut bantu di kantor. Kadang ada event besar dimana aku juga harus turut bantu asisten yang satunya lagi. nyaman sekali kan. Sampe suatu malem, si mas ngetok kamarku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Napa mas?” “Aku lagi bete Din, temenin aku keluar yuk”. Tumben dia ngajak aku keluar, biasanya aku liat di kantor, banyak prempuan2 muda yang cantik2 yang seliweran disekitarnya. “Lo, kan biasanya mas jalan ma mbak ajeng apa mbak Lina”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku bosen ma mreka Din, mreka tu cuma ngincer uangku aja, makanya penuh basabasi dan kaya pake topeng”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“rus koq mas ngajak aku”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“sejak aku ketemu kamu, kamu kayanya memperlakukanku apa adanya. Kamu kliatan sekali melakukan kerjaan kamu dengan senang ati”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Laiyalah mas, mana ada kerjaan yang lebi asik dari mbantu mas ngurus rumah besar ini, santai, trus mas ngasi duwitnya besar lagi, utuh lagi, karena semua kebutuhanku mas penuhi. Makanya buru2 cari permaisuri dong mas, jadi mas gak sepi dirumah besar ini”. “ada kamu koq yang bisa bikin aku tentram, ngobrol ma kamu kayanya ngobrol ma orang yang dah lama aku kenal, padahal kamu baru 3 bulan ya dirumahku”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku dibawanya ke dermaga dipinggir laut, sambil berjalan2 menikmati angin laut yang cukup kencang, kami ngobrol saja sambil berjalan menyusuri dermaga yang menjorok kelaut. Sampe diujung, kamu duduk ditangga yang turun ke bebatuan ditengah laut, angin cukup kencang menyapu ombak, sehingga ketika ombaknya memecah di bebatuan, airnya memercik tinggi sekali, demek deh pakean kami. “Mas dingin ni lama2 disini, bisa basah semua bajuku”. Aku saat itu memakai jins ketat dan tanktop ketat sehingga lekakliku bodiku keliahatn dengan jales.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
aku kadang melihat juga sebersit kesan napsu di pandangan mata si mas. Biar aja, lelaki normal pasti juga gitu kalo ngeliat aku. “Ya udah, balik yuk, kita cari miuman anget aja ya, dipntai kayanya ada deh warung kopi atau semacam itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembalinya dia menggandenga tanganku, karena dia sering menggandeng tanganku kalo sedang berjalan berdua aku, aku diem saja. Sesampai dipantai, kami mampir di warung kopi itu. Ramai juga suasana. ada beberapa prempuan muda yang menyapa si mas, tapi begitu melihat ada aku, mreka gak jadi mendekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mas, terkenal ya, banyak temennya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya mreka kan pake topeng, yang disapa itukan duitku”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pulang kerumah, dia bilang,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Din aku mo brenang, mo ikutan gak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dah malem gini koq brenang si mas, kan dingin”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Justru kalo malem gini brenang airnya anget, bisa bikin relax, jadi gampang tidurnya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“aku gak punya pakean renang, mas”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“aku punya bikini, kamu mo pake?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Siapa punya mas, cewek2 mas ya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ah enggak, aku perna beli buat ole2 tapi akhirnya gak jadi aku kasi, buat kamu ja ya”. Dia masuk kekamarnya dan keluar membawa bikini itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
‘Seksi amat mas bikininya”, kataku karena bikininya minim sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Prempuan seksi kudu pake pakean seksi dong”. Karena saat itu dah malem, para pembantu dah istirahat.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tu ganti ja dikamar bilas”, katanya menujuk ke satu bangunan pondokan yang merupakan kamar bilas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku masuk kesana, membuka pakeanku dan mengenakan bikini minim itu. Ketika aku keluar si mas dah nunggu aku didipan memakai celana gombrong. “Wah seksi kamu Din”. Karena minim makanya sebagain besar bodiku terpampang dengan jelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Toketku gak tertutup bra semuanya sehingga belahannya kelihatan dengan jelas. Palagi jembutku yang lebat, ngintip dari belahan kaki cd nya. Kupikir ya biarlah dia menikmati tubuhku, cuma ngeliat ja gak apa, pikirku. Kami berenang mondar mandir beberapa kali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Din, kamu napsuin deh”, bisiknya ketika kami istirahat dipinggir kolam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wah signal2 gak beres neh, pikirku. tapi aku diem aja,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“udahan yuk mas, dingin lama2”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“aku mau koq ngangetin kamu”, katanya sambil memelukku dan mencium bibirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Din, dah lama aku suka ma kamu, terangsang ma bodi kamu. kamu ma ya Din ngeladenin aku malem ini”. Ciumannya asik, kumisnya menggesek bibirku, palagi selama dia mengulum bibirku, tangannya asik memerah toketku dari luar braku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
bendunganku bobol juga, sekian lama aku menahan napsuku untuk gak mikirin sex akhirnya gak ketahanan juga. aku diem saja ketika dia menggandengku masuk ke kamarnya. Pakean luar ku dan dia punya cuma kutenteng masuk kekamarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dikamar, kembali dia memeluk aku dan mencium bibirku, lembut dan lama. Aku agresif sekali menyambut ciumannya, maklum deh aku dah nahan napsuku lama sekali, sekarang ada yang kasi kesempatan, aku gak bisa nahan diri lebih lama lagi. Dia terus mencium bibirku dan mulai dilumatnya dengan penuh napsu. Aku membalas lumatannya juga. “Din, aku suka sama badanmu yang montok”, katanya sambil menciumi leherku. Aku diam saja, cuma mengusap2 pinggungnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
tangannya mulai meremas2 toketku. Gak lama kemudian dia melepaskan braku. Ciumannya menjalar menyusuri leherku dan belakang kupingnya. Aku menggelinjang kegelian, “Geli mas “. Aku makin menggeliat ketika lidahnya menyelusuri toketku dan turun di belahannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia terus memainkan lidahnya di toketku tapi tidak sampai ke pentilnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“mas diisep pentilnya dong, nanti Dina isep kon tol mas juga”, aku mendesah2.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia terus saja menjilati daerah sekitar pentilku, tapi pentilnya tidak disentuh. Kemudian ciumannya turun ke arah perutku sambil tangannya mengusap2 daerah me mekku. Aku gak tahan lagi, kepalanya kutarik dan kudekatkan ke pentilku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Diisep dong mas “, rengekku. Dia segera mengisap pentilku dan tangannya meremas toketku. “Terus mas , diisep yang keras mas , enak mas akh”, erangku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia mengemut pentilku bergantian, demikian pula toketku diremasnya bergantian. Sesekali tangannya mengelus2 it ilku dari luar CDku. Aku bangkit, kulepas semua yang menempel dibadannya. kon tolnya yang besar dan panjang sudah ngaceng dengan kerasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“kon tol mas besar dan panjang ya mas , keras banget lagi”, kataku sambil menciumi kon tolnya dan kukenyot kepalanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kepalanya kemudian kujilati dan jilatanku turun ke arah bijinya. Seluruh kon tolnya kujilati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Enak Din terusin dong emutannya”, katanya. CDku langsung dilepasnya, “Ni jembut lebat banget”, katanya sambil mengelus2 jembutku yang tambah basah karena lendir me mekku. Aku dibaringkan diranjang dan kemudian dia memutar tubuhnya sehingga posisinya menjadi 69. Dia mulai menjilati me mekku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Enak mas , terus”, erangku keenakan. Aku makin menggelinjang ketika lidahnya menyentuh it ilku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
kon tolnya kuemut dengan keras, kepalaku mengangguk2 mengeluar masukkan kon tolnya dimulutku. Karena napsuku yang sudah berkobar, akhirnya aku gak bisa bertahan lebih lama lagi, aku nyampe kerana it ilku dikenyot2nya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“mas , aku nyampe mas , aakh”. kon tolnya kukocok dengan cepat keras sambil menikmati nyampeku. “Din, aku mau ngecret juga Din”, katanya terengah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Segera kepala kon tolnya kuemut lagi dan kukenyot dengan keras, tanganku terus mengocok kon tolnya sampai akhirnya dia ngecret dimulutku. Banyak banget pejunya nyembur sampe meleleh keluar dari bibirku. kon tolnya terus kukenyot sampe denyutan ngecretnya hilang baru kulepas. Pejunya kutelan tanpa rasa jijik,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Din nikmat banget ya emutanmu, pastinya emutan me mekku lebih nikmat lagi ya”, katanya terengah. Aku berbaring disebelahnya, kupeluk badannya. Belum di entot saja dia sudah menggiring aku ke kenikmatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu kami membersihkan diri di kamar mandi. Didalam kamar mandi pun kami saling membersihkan badan pasangan. kon tolnya mengeras lagi ketika kukocok2 pelan2, aku jongkok didepannya dan mengemut kon tolnya lagi, langsung saja kon tolnya ngaceng dengan kerasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kepalaku bergerak maju mundur memasuk keluarkan kon tolnya dimulutku. DIa gak bisa menahan diri lagi, langsung dia duduk di toilet, aku dipangkunya menghadap dirinya, sambil mengarahkan kon tolnya ke me mekku. Segera kon tol besarnya nancep dime mekku, terasa sekali me mekku melebar untuk menampung kon tolnya yang dienjotkan pelan2 sehingga makin nancep di me mekku,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Enak mas , ssh”. Aku mengenjotkan badanku maju mundur supaya kon tolnya bisa nancep dalem di me mekku, diapun mengenjotkan kon tolnya juga sehingga terasalah gesekan kon tolnya dime mekku. Nikmat banget rasanya. Sedang nikmat2nya, tiba2 dia berhenti mengenjotkan kon tolnya. Dia menyuruhku memutar badanku tanpa mencabut kon tolnya dari me mekku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku disuruhnya nungging sambil berpegangan di wastafel. Mulailah dia mengenjotkan kon tolnya dari belakang. Sambil mengenjot, toketku yang mengayun2 seirama enjotannya diremas2nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Akh mas , nikmat banget mas . kon tol mas nancepnya dalem banget mas. Sesek me mek aku rasanya, gesekan kon tol mas kerasa banget, enjot terus yang cepet mas , aku udah mau nyampe lagi”, erangku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Cepet banget Din”, katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Abis nikmat banget sih mas kon tolnya, jadi aku gak bisa nahan lagi”, erangku. Dia makin cepat mengenjotkan kon tolnya keluar masuk sampe akhirnya aku menggelinjang dengan hebat,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Akh mas , aku nyampe lagi, aku lemes mas “, erangku terengah2. Karena aku mengeluh lemes, dia mencabut kon tolnya yang masih perkasa dan minta diemut lagi. Dia kembali duduk di toilet dan aku berlutut didepannya. Kembali kon tolnya kuemut2 sambil kukocok2 dengan cepat dan keras, sampe akhirnya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Din, aku ngecret lagi Din”. Dia mengecretkan pejunya lagi didalem mulutku. Walaupun ini yang kedua, pejunya tetep saja banyak ngecretnya. Seperti tadi pejunya kutelen sambil terus mengemut kon tolnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami balik keranjang dan berpelukan, gak lama kami tertidur, penuh rasa kenikmatan terutama buat aku. Subuh aku terbangun, segera aku memakai pakeanku dan kleuar kamarnya, kalo maen lagi bisa keterusan tidurnya, nanti jadi bahan gosip orang serumah lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mas lanjutin nanti malem lagi ja ya, biar gak ada yang tau”, kataku sambil meninggalkan kamarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belum ada yang bangun sehingga aku mengendap2 menuju kamarku. Dikamarku, aku melepas semua yang kukenakan, berbaring dan meraba2 seluruh badanku, masih terasa bagimana besarnya kon tolnya menyesaki me mekku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Napsuku timbul lagi, aku menahannya, nanti malem kan bakalan ada ronde berikutnya. Hari itu berlalu dengan sangat lambat rasaku. Dia bilang, nanti malem kita create alesan miting di hotel sore sampe malem, jadi gak pulang kerumah, biar bisa muas2in maen ampe pagi. Aku mah hayu ja</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-68058494912566811342017-02-13T16:17:00.001-08:002017-02-13T16:17:28.714-08:00Seks dengan Guruku didalam Hutan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9jyxc0HUNMlsNFFD7mjJeHHyBsmonyqwb7I75M9Rzu-gr2_YPeNrPN8eH-T-dwTANXN7C04rZrtm17jIVhIpuJYI_fbTo3tVXkuW8pMAalT2pHWFos8AVXfU758Jm70K0ErmNLEExS_Jh/s1600/Seks+dengan+Guruku+didalam+Hutan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://ceritasexterseru.blogspot.com/" border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9jyxc0HUNMlsNFFD7mjJeHHyBsmonyqwb7I75M9Rzu-gr2_YPeNrPN8eH-T-dwTANXN7C04rZrtm17jIVhIpuJYI_fbTo3tVXkuW8pMAalT2pHWFos8AVXfU758Jm70K0ErmNLEExS_Jh/s400/Seks+dengan+Guruku+didalam+Hutan.jpg" title="Seks dengan Guruku didalam Hutan" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Seks dengan Guruku didalam Hutan</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa – Pada suatu liburan sekolah yang panjang, kami dari sebuah SMA mengadakan pendakian gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5 laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal musim hujan. Tapi kami tidak sedikitpun gentar menghadapi ancaman cuaca itu. Ada yang sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru Anisa ( saya memanggilnya Anisa ) yang terkenal galak dan judes itu dan anti cowok ! denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bu Anis usianya belum 30 tahun, sarjana, cantik, tinggi, kulit kuning langsat, full press body. Sedangkan teman – teman cewek lainnya terdiri dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah raga kami itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya rombongan berangkat menuju ke sasaran melalui jalan setapak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai tengah hari, kami mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat dengan satwa liarnya, yang sebagian besar terdiri dari monyet-monyet liar dan galak. Menjelang sore, setelah rombongan istirahat sebentar untuk makan dan minum, kami berangkat lagi. Kata pak Martin sebentar lagi sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan mulai berkelompok dua-dua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebetulan aku berjalan paling belakang menemani si bawel Anisa dan disuruh membawa bawaannya lagi, berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan betisnya yang putih itu mulai membengkak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami kebingungan sekali, bahkan berteriak memanggil-manggil mereka yang berjalan duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang terdengar hanya raungan monyet-monyet liar, suara burung, bahkan sesekali auman harimau. Anisa sangat ketakutan dengan auman harimau itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak yang biasa dilalui orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun, udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan turun rintik-rintik. Anisa minta istirahat dan berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga hari gelap kami tersasar dan belum bertemu dengan rombongan di depan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian batu cadas yang sedikit seperti goa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku basah kuyup, demikian juga baju Anisa. Dia menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa sadar Anisa saking kedinginan dia memeluk aku. “Maaf” katanya. Aku diam saja, bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat, seiring dengan kencangnya deras hujan yang dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami berpelukan menahan dingin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah hujan reda, kami membuka ransel masing-masing. Tujuan utamanya adalah mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Anisa basah kuyup, aku hanya punya satu jaket parasut di ransel. Anisa minta aku meminjamkan jakaetku. Aku setuju.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi apa yag terjadi ? wow…Anisa dalam suasana dingin itu membuka seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH nya, wah aku melihat seluruh tubuh Anisa. Dia cuek saja, payudaranya nampak samar-samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dingin banget” katanya. “Terang dingin , habis kamu bugil begini” jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein aku jeketmu dong ?” pinta Anisa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh Anisa. Tanganku bersentuhan dengan payudaranya, dan aku berguman</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
” Maaf Nisa ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Enggak apa-apa ?!”: sahutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa penyebabnya. Anisa merangkulku, “Dingin” katanya, aku peluk saja dia erat-erat. ” Hangat bu ?” tanyaku ” iya, hangat sekali, yang kenceng dong meluknya ” pintanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Otomatis aku peluk erat-erat dan semakin erat. Aneh bin ajaib, Anisa tampak sudah berkurang merasakan kedinginan malam itu, seperti aku juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium bibir Anisa. Lalu aku menghindar. “Kenapa?” tanya Anisa</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
” Maaf Nisa ? ” Jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
” Tidak apa-apa Rangga, kita dalam suasana seperti ini saling membutuhkan, dengan begini kita saling bernafsu, dengan nafsu itu membangkitkan panas dalam darah kita, dan bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga tanpa sadar aku memegang payudaranya Anisa yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk dan memegang penisku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami masih berciuman, tangan Anisa melakukan gerakan seperti mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku. Tanganku mulai merogoh ‘Ms. Veggy’nya Anisa, astaga ! dia rupanya sudah melepas celana dalamnya sedari tadi. Karena remang-remang aku sampai tak melihatnya. ‘Ms. Veggy’nya hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anisa sepontan melepas seluruh pakaiannya, dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas semak-semak, kami melakukan hubungan badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti posisi, Anisa meminta aku dibawah, dia diatas. Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ? kan belum kawin ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
” Kamu kuat ya?” bisiknya mesra.</div>
<div style="text-align: justify;">
” Lumayan sayang ?!” sahutku setengah berbisik.</div>
<div style="text-align: justify;">
” Biasa main dimana ?” tanyanya</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada apa sayang?” tanyaku kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
” Akh enggak” jawabnya sambil melepas ‘Ms. Veggy’nya dari ‘Mr. Penny’ku, dan dengan cekatan dia mengisap dan menjilati ‘Mr. Penny’ku tanpa rasa jijik sedikitpun. Anisa meminta agar aku mengisap payudaranya, lalu menekan kepalaku dan menuntunnya ke arah ‘Ms. Veggy’nya. Aku jilati ‘Ms. Veggy’ itu tanpa rasa jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi, lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sempat bertanya, “Bagaimana jika kamu hamil ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
” Don’t worry !” katanya. Dan setelah dia memebersihkan ‘Ms. Veggy’nya dari spermaku, dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut, hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan nampak bersinar terang benderang. Paras Anisa tampak anggun dan cantik sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami ngobrol ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam, tepat pukul 3 malam, Anisa minta bersetubuh denganku lagi, katanya nikmat sekali ‘Mr. Penny’ku. Aku semakin bingung, dari mana dia tahu macam-macam rasa ‘Mr. Penny’, dia kan belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia lesbi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menuruti permintaan Anisa. Dia menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan pemanasan sex (foreplay). Mainan Anisa bukan main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami tak peduli lagi dengan dinginnya malam, gatalnya semak-semak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami bergumul dan bergumul lagi. Anisa meraih tanganku dan menempelkan ke payudaranya. Dia minta agar aku meremas-remas payudaranya, lalu memainkan lubang ‘Ms. Veggy’nya dengan jariku, menjilati sekujur bagian dagu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak kalah pula dia mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku yang sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami saling goyang menggoyang dan hingga kami saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai lemas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anisa minta agar aku tak usah lagi menyusul kelompok yang terpisah. Esoknya kami memutuskan untuk berkemah sendiri dan mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai yang bening, tapi rimbun dan nyaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Anisa layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah hutan. Sebab seluruh baju yang kami bawa basah kuyup oleh hujan. Anisa hanya memakai selembar selayer yang dililitkan diseputar perut untuk menutupi kemaluannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku telanjang bulat, karena baju kami sedang kami jemur ditepi sungai. Anisa dengan busana yang sangat minim itu membuat aku terangsang terus, demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami lalui kami hanya makan mi instant dan makanan kaleng.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya ngobrol dan bermesraan saja. Kami memutuskan esok pagi kami harus pulang. Di hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu, Anisa minta aku mandi bersama di sungai yang rimbun tertutup pohon-pohon besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama lagi. Anisa menuntun ‘Mr. Penny’ku masuk ke ‘Ms. Veggy’nya. Dan di menggoyangkan pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku demikian pula, semakin menekan ‘Mr. Penny’ku masuk kedalam ‘Ms. Veggy’nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di atas batu yang ceper nan besar, Anisa membaringkan diri dengan posisi menantang, dia menguakkan selangkangngannya, ‘Ms. Veggy’nya terbuka lebar, disuruhnya aku menjilati bibir ‘Ms. Veggy’nya hingga klitoris bagian dalam yang ngjendol itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia merasakan nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang ‘Ms. Veggy’nya, dan menekannya dalam-dalam. Mata Anisa merem melek kenikmatan. Tak lama kemudian dia minta aku yang berbaring, ‘Mr. Penny’ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu diisapnya dengan memainkan lidahnya, Anisa minta agar aku jangan ejakulasi dulu,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tahan ya ?” pintanya. ” Jangan dikeluarin lho ?!” pintanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu dia menghisap ‘Mr. Penny’ku dalam-dalam. Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku dan memasukkan ‘Mr. Penny’ku di ‘Ms. Veggy’nya, wah, goyangnya hebat sekali, akhirnya dia yang kalah duluan. Anisa mencubiti aku, menjambak rambutku, rupanya dia ” keluar”, dan menjerit kenikmatan, lalu aku menyusul yang “keluar” dan oh,,,,oh…oh….muncratlah air maniku dilubang ‘Ms. Veggy’ Anisa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jahat kamu ?!” kata Anisa seraya menatapku manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku tersenyum saja. ” Jahat kamu Rangga, aku kalah terus sama kamu ” Ujarnya lagi. Kami sama-sama terkulai lemas diatas batu itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji, bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke tempat itu. Kami pulang dengan mengambil jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat agar tidak bertemu dengan rombongan yang terpisah itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari kota kecil itu kami pulang ke kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi. Tak sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Anisa menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata ” Aku suka kamu ” Aku juga membalasnya dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya. Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-jari Anisa tak henti-hentinya merogoh celana dalamku, dan memegangi ‘Mr. Penny’ku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Anisa tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali aku ” keluar” karena tangan Anisa selalu memainkan ‘Mr. Penny’ku sepanjang perjalanan di Taxi itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
” Aku lemas sayang ?!” bisikku mesra</div>
<div style="text-align: justify;">
” Biarin !” Bisiknya mesra sekali. ” Aku suka kok !” Bisiknya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah raga yang dipakai Anisa. Astaga, dia tidak pakai celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok ‘Ms. Veggy’nya, dia tersenyum, bulunya ku tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ? astaga lagi, Anisa sudah ‘keluar’ banyak,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
‘Ms. Veggy’nya basah oleh semacam lendir, rupanya nafsunya tinggi sekali, becek banget. Tangan kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan. Ketika sampai di rumah Anisa, aku disuruhnya langsung pulang, enggak enak sama tetangga katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku dengan Anisa guru biologiku, nampak wajar-wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam suatu liburan kami ke Bali selama 12 hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SLTA, Anisa minta agar aku tak melupakan kenangan yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan. Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia, menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Anisa malam itu, dia nampak cantik, lembut dan mesra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak rela rasanya aku kehilangan Anisa. Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang cukup mencolok, tapi aku mau menikah dengannya. Anisa memberikan cincin bermata berlian yang dipakainya kepada aku. Aku memberikan kalung emas bermata zamrud kepada Anisa. Cincin Anisa hanya mampu melingkar di kelingkingku, kalungku langsung dipakainya, setelah dikecupinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anisa berencana berhenti menjadi guru, “sakit rasanya” ujarnya kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku. Anisa akan melanjutkan S2 nya di USA, karena keluarganya ada disana. Setelah itu kami berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu saat, ada surat undangan pernikahan datang ke Apartemenku, datangnya dari Dra. Anisa Maharani, MSC. Rupanya benar dia menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta, karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah hotel bintang lima.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku datang bersama kakakku Rina dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang, Anisa tak tahan menahan emosinya, dia menghampiriku ditengah kerumunan orang banya itu dan memelukku erat-erat, lalu menangis sejadi-jadinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku rindu kamu Rangga kekasihku, aku sayang kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah kamu, alangkah bahagianya aku ” Kata Anisa lirih dan pelan sambil memelukku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kamu jadi perhatian para hadirin, Rina dan Papa saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus Anisa. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan melanjutkan S2 di USA, dan aku berjanji akan membangun laboratorium yang kuberi nama Laboratorium “Anisa”. Dia setuju dan masih menenteskan air mata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah menikah dan punya anak wanita yang kuberi nama Anisa Maharani, persis nama Anisa. Ku kabari Anisa dan dia datang kerumahku di Bandung, dia juga membawa putranya yang diberi nama Rangga, cuma Rangga berbeda usia tiga tahun dengan Anisa putriku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku masih merasakan getaran-getaran aneh di hatiku, tatapan Anisa masih menantang dan panas, senyumnya masih menggoda. Kami sepakat untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan mengijinkannya. </div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-11031070374849389992017-02-13T16:14:00.001-08:002017-02-13T16:14:05.215-08:00Istri Teman jadi sasaran pelampiasan Nafsu Birahiku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYKpyYsvTxKgJFQNbMkE_6gZ0Tj4J1X3iyrHQrAGQPFZtzuqd8E1rUFAEPjVTaR4gPtUNK2sSq9Wey3D5ANKNA54OKTww2V0EHK4rzOTpOgbsDZrY4ARzyMo3il2ZWO4rpXU6X8a6B3jQP/s1600/Istri+Teman+jadi+sasaran+pelampiasan+Nafsu+Birahiku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://ceritasexterseru.blogspot.com/" border="0" height="317" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYKpyYsvTxKgJFQNbMkE_6gZ0Tj4J1X3iyrHQrAGQPFZtzuqd8E1rUFAEPjVTaR4gPtUNK2sSq9Wey3D5ANKNA54OKTww2V0EHK4rzOTpOgbsDZrY4ARzyMo3il2ZWO4rpXU6X8a6B3jQP/s320/Istri+Teman+jadi+sasaran+pelampiasan+Nafsu+Birahiku.jpg" title="Istri Teman jadi sasaran pelampiasan Nafsu Birahiku" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Istri Teman jadi sasaran pelampiasan Nafsu Birahiku</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa – Aku adalah seorang eksekutif muda yang baru diangkat menjadi manajer di sebuah perusahaan swasta di Surabaya. Sebut saja namaku Aldi, tinggi 175 cm kata orang aku mirip pemain bulu tangkis Ricky S. Kisah ini terjadi hampir setahun yang lalu.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Umurku saat itu 30 tahun. Aku sudah pernah ngentot istri orang yang beristri dan beranak 2, berumur 3 tahun dan yang bungsu baru 1 bulan. Isteri dan anakku masih tinggal di Malang karena saat melahirkan anak kedua tinggal di rumah orang tuanya dan belum pulang ke Surabaya. Kisah ini terjadi saat pulang dari kerja lembur sekitar pukul 11:00 malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan mobil kesayanganku, aku menyusuri Jalan di kawasan perumahan elit yang mulai sepi karena kebetulan hujan gerimis. Ditengah perjalanan aku melihat perempuan setengah baya berdiri di bawah pohon di pinggir jalan. Aku merasa kasihan lalu aku menghentikan mobil dan menghampirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku bertanya, “Ibu sedang menunggu apa?” Dia memandangku agak curiga tapi kemudian tersenyum. Dalam hati aku memuji, Manis juga ibu ini walaupun umurnya kelihatannya di atasku sekitar 34 -36 tahun kalau digambarkan seperti artis Misye Arsita dan saat itu perutnya agak membuncit kecil kelihatan sedang hamil muda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau ke manukan naik angkot apa ya Dik?” “Wah jam segini sudah habis Bu angkotnya, Gimana kalo saya antar?” Dia kelihatan gembira. “Apa tidak merepotkan?” “Kebetulan rumah saya juga satu arah dari sini, mari naik!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah dia ikut mobilku, Ibu itu bercerita bahwa dia berasal dari Jawa Tengah, dia sedang mencari suaminya yang kebetulan baru 2 minggu kerja sebagai sopir bis jurusan Semarang-Surabaya, keperluannya ke sini hendak mengabarkan kalau anaknya yang pertama yang berumur 15 tahun kecelakaan dan dirawat di rumah sakit sehingga butuh uang untuk perawatan anaknya. Kebetulan alamat yang di tulis oleh suaminya tidak ada nomer teleponnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di alamat yang dituju kami berhenti. Setelah di depan rumah ketika akan mengetuk pintu ternyata pintunya masih digembok, lalu kami bertanya pada tetangga sebelah yang kebetulan satu profesi. “Suami Ibu paling cepat 2 hari lagi pulangnya. Baru saja sore tadi bisnya berangkat ke Semarang. Kebetulan kami satu PO.” Kemudian kami permisi pergi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelihatan di dalam mobil dia sedih sekali. “Terus sekarang Ibu mau ke mana?” tanyaku. “Sebenarnya saya pengin pulang tapi.. pasti saya nanti di marahi mertua saya kalau pulang dengan tangan kosong, lagian uang saya juga sudah nggak cukup untuk pulang.” “Begini saja, Ibu kan rumahnya jauh, capek kan baru nyampek trus pulang lagi.. apalagi kelihatanya ibu sedang hamil, berapa bulan?” “Empat bulan ini Dik, trus saya harus gimana?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dalam dua hari ini Ibu tinggal saja di rumah saya, kan nggak jauh dari manukan nanti setelah dua hari ibu saya antar ke sini lagi, gimana?” “Yah terserah adik saja yang penting saya bisa istirahat malam ini.” “Oh ya, boleh kenalan.. nama Ibu siapa dan usianya sekarang berapa?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Panggil saja aku Mbak Menik, dan sekarang aku 35 tahun.” Malam itu, dia kusuruh tidur di kamar samping yang biasanya dipakai untuk kamar tamu yang mau menginap. Rumahku terdiri dari 3 kamar, kamar depan kupakai sendiri dan isteriku, sedang yang belakang untuk anakku yang pertama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu aku tidur nyenyak sekali, kebetulan malam sabtu dan di kantorku hanya berlaku 5 hari kerja jadi sabtu dan minggu aku libur. Sebenarnya aku ingin pergi ke Malang tapi karena ada tamu, kutangguhkan kepergianku minggu depan. Sekitar jam 8 pagi aku bangun, kulihat sudah ada kopi yang sudah agak dingin di meja makan serta beberapa kue di piring.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkinkah ibu itu yang menyajikan semua ini. Lalu setelah kuteguk kopi itu aku bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan kencing.Karena agak ngantuk aku kurang mengawasi apa yang terjadi, saat aku selesai kencing aku tidak sadar kalau di bathup Mbak Menik sedang telanjang dan berendam di dalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Matanya melotot melihat kemaluanku yang menjulur bebas, ketika aku membalik ke samping aku kaget dan sempat tertegun melihat tubuh telanjang Mbak Menik, tubuh yang kuning langsat dan mulus itu terlihat mengkilat karena basah oleh air dan buah dadanya.. wow besar juga ternyata, 36B. Pasti empunya gila seks. Lalu mataku berpindah ke sekitar pusarnya, di atas liang senggamanya tumbuh bulu kemaluannya yang lebat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak sadar kemaluanku tegak berdiri dan aku lupa kalau belum mengancingkan celana, Dan Mbak Menik sempat tertegun melihat kejantananku yang lumayan besar, panjangnya 17 cm tapi kemudian.. “Aouuww, Dik itunyaa!” kata Mbak Menik sambil menutup buah dadanya dengan tangan serta mengapitkan kakinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku baru sadar lalu buru-buru keluar. Di kamar aku masih membayangkan keindahan tubuh Mbak Menik. Andai saja aku bisa menikmati tubuh itu… aku malah berpikiran ngeres karena memang sudah lama aku tidak mendapat jatah dari isteriku, ditambah lagi situasi di rumah itu hanya kami berdua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu timbul niat isengku untuk mengintip lagi ke kamar mandi, ternyata dia sudah keluar lalu kucari ke kamarnya. Saat di depan pintu samar-samar aku mendengar ada suara rintihan dari dalam kamar samping, kebetulan nako jendela kamar itu terbuka lalu kusibakkan tirainya perlahan-lahan. Sungguh pemandangan yang amat syur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kulihat Mbak Menik sedang masturbasi, kelihatan sambil berbaring di ranjang dia masih telanjang bulat, kakinya dikangkangkan lebar, tangan kirinya meremas liang kewanitaannya sambil jarinya dimasukkan ke dalam lubang senggamanya, sedang tangan kanannya meremas buah dadanya bergantian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesekali pantatnya diangkat tinggi sambil mulutnya mendesis seperti orang kepedasan, wajahnya kelihatan memerah dengan mata terpejam. “Ouuuhh… Hhhmm… Ssstt…” Aku semakin penasaran ingin melihat dari dekat, lalu kubuka pintu kamarnya pelan- pelan tanpa suara aku berjingkat masuk. Aku semakin tertegun melihat pemandangan yang merangsang birahi itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Samar- samar kudengar dia menyebut namaku, “Ouhhh Aldiii.. Sss Ahhh..” Ternyata dia sedang membayangkan bersetubuh denganku, kebetulan sekali rasanya aku sudah tidak tahan lagi ingin segera menikmati tubuhnya yang mulus walau perutnya agak membuncit, justru menambah nafsuku. Lalu pelan-pelan kulepaskan pakaianku satu-persatu hingga aku telanjang bulat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Batang kemaluanku sudah sangat tegang, kemudian tanpa suara aku menghampiri Mbak Menik, kuikuti gerakan tangannya meremasi buah dadanya. Dia tersentak kaget lalu menarik selimut dan menutupi tubuhnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sedang apa Anda di sini!, tolong keluar!” katanya agak gugup. “Mbak nggak usah panik.. kita sama-sama butuh.. sama-sama kesepian, kenapa tidak kita salurkan bersama,” kataku merajuk sambil terus berusaha mendekatinya tapi dia terus menghindar. “Ingat Dik, saya sudah bersuami dan beranak tiga,” Dia terus menghiba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mbak, saya juga sudah beristri dan punya anak, tapi kalau sekarang terus terang saya sangat terpesona oleh Mbak.. Nggak ada orang lain di sini.. cuma kita berdua.. pasti nggak ada yang tahu.. Ayolah saya akan memuaskan Mbak, saya janji nggak akan menyakiti Mbak, kita lakukan atas dasar suka sama suka dan sama-sama butuh, mari Mbak!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi saya sekarang sedang hamil, Dik.. kumohon jangan,” pintanya terus. Aku hanya tersenyum, “Saya dengar tadi samar-samar Mbak menyebut namaku, berarti Mbak juga inginkan aku.. jujur saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
” Dan aku berhasil menyambar selimutnya, lalu dengan cepat kutarik dia dan kujatuhkan di atas ranjang dan secepat kilat kutubruk tubuhnya, dan wajahnya kuhujani ciuman tapi dia terus meronta sambil berusaha mengelak dari ciumanku. Segera tanganku beroperasi di dadanya. Buah dadanya yang lumayan besar itu jadi garapan tanganku yang mulai nakal. “Ouughh jangaan Diik.. Kumohon lepaskaan..” rintihnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanganku yang lain menjalari daerah kewanitaannya, bulu- bulu lebatnya telah kulewati dan tanganku akhirnya sampai di liang senggamanya, terasa sudah basah. Lalu kugesek-gesek klirotisnya dan kurojok-rojok dinding kemaluannya, terasa hangat dan lembab penuh dengan cairan mani. “Uhhh… ssss..” Akhirnya dia mulai pasrah tanpa perlawanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nafasnya mulai tersengal- sengal. “Yaahhh… Ohhh… Jangaaann Diik, Jangan lepaskan, terusss…” Gerakan Mbak Menik semakin liar, dia mulai membalas ciumanku bibirku dan bibirnya saling berpagutan. Aku senang, kini dia mulai menikmati permainan ini. Tangannya meluncur ke bawah dan berusaha menggapai laras panjangku, kubiarkan tangannya menggenggamnya dan mengocoknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku semakin beringas lalu kusedot puting susunya dan sesekali menjilati buah dadanya yang masih kencang walaupun sudah menyusui tiga anaknya. “Yahh… teruuuss, enaakkk…” katanya sambil menggelinjang. Kemudian aku bangun, kulebarkan kakinya dan kutekuk ke atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku semakin bernafsu melihat liang kewanitaannya yang merah mengkilat. Dengan rakus kujilati bibir kewanitaan Mbak Menik. “Aaahh.. Ohhh.. enaakkk Diik.. Yaakh.. teruusss..” Kemudian lidahku kujulurkan ke dalam dan kutelan habis cairan maninya. Sekitar bulu kemaluannya juga tak luput dari daerah jamahan lidahku maka kini kelihatan rapi seperti habis disisir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Klirotisnya tampak merah merekah, menambah gairahku untuk menggagahinya. “Sudaahhh Dikk.. sekarang.. ayolah sekarang.. masukkan.. aku sudah nggak tahan..” pinta Mbak Menik. Tanpa buang waktu lagi kukangkangkan kedua kakinya sehingga liang kewanitaannya kelihatan terbuka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian kuarahkan batang kejantananku ke lubang senggamanya dan agak sempit rupanya atau mungkin karena diameter kemaluanku yang terlalu lebar. “Pelan-pelan Dik, punya kamu besar sekali.. ahhh…” Dia menjerit saat kumasukkan seluruh batang kemaluanku hingga aku merasakan mentok sampai dasar rahimnya. Lalu kutarik dan kumasukkan lagi, lama-lama kupompa semakin cepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oughhh.. Ahhh.. Ahhh.. Ahhh..” Mbak Menik mengerang tak beraturan, tangannya menarik kain sprei, tampaknya dia menikmati betul permainanku. Bibirnya tampak meracau dan merintih, aku semakin bernafsu, dimataku dia saat itu adalah wanita yang haus dan minta dipuaskan, tanpa berpikir aku sedang meniduri istri orang apalagi dia sedang hamil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ouuhh Diik.. Mbak mau kelu.. aaahhh…” Dia menjerit sambil tangannya mendekap erat punggungku. Kurasakan, “Seerrr… serrr..” ada cairan hangat yang membasahi kejantananku yang sedang tertanam di dalam kemaluannya. Dia mengalami orgasme yang pertama. Aku kemudian menarik lepas batang kejantananku dari kemaluannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku belum mendapat orgasme. Kemudian aku memintanya untuk doggy style. Dia kemudian menungging, kakinya dilebarkan. Perlahan-lahan kumasukkan lagi batang kebanggaanku dan, “Sleeep..” batang itu mulai masuk hingga seluruhnya amblas lalu kugenjot maju mundur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mbak Menik menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan batang kejantananku. “Gimaa.. Mbaak, enak kan?” kataku sambil mempercepat gerakanku. “Yahhh.. ennakk.. Dik punyaa kamu enak banget.. Aahhh.. Aaah.. Uuuhh.. Aaahh.. ehhh..” Dia semakin bergoyang liar seperti orang kesurupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanganku menggapai buah dadanya yang menggantung indah dan bergoyang bersamaan dengan perutnya yang membuncit. Buah dada itu kuremas-remas serta kupilin putingnya. Akhirnya Aku merasa sampai ke klimaks, dan ternyata dia juga mendapatkan orgasme lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Creeett.. croottt.. serrr..” spermaku menyemprot di dalam rahimnya bersamaan dengan maninya yang keluar lagi. Kemudian kami ambruk bersamaan di ranjang. Aku berbaring, di sebelah kulihat Mbak Menik dengan wajah penuh keringat tersenyum puas kepadaku. “Terima kasih Dik, saya sangat puas dengan permainanmu,” katanya. “Mbak, setelah istirahat bolehkah saya minta lagi?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sebenarnya saya juga masih pengin, tapi kita sarapan dulu kemudian kita lanjutkan lagi.” Akhirnya selama 2 hari sabtu dan minggu aku tidak keluar rumah, menikmati tubuh montok Mbak Menik yang sedang hamil 4 bulan. Berbagai gaya kupraktekkan dengannya dan kulakukan di kamar mandi, di dapur dan di meja makan bahkan sempat di halaman belakang karena rumahku dikelilingi tembok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tanah kubentangkan tikar dan kugumuli dia sepuasnya. Pada istriku kutelepon kalau aku ada tugas luar kota selama 2 hari, pulangnya hari Senin. Mbak Menik bilang selama 2 hari itu dia betul-betul merasakan seks yang sesungguhnya tidak seperti saat dia bersetubuh dengan suaminya yang asal tubruk lalu KO.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Dia berjanji kalau sedang mengunjungi suaminya, dia akan menyempatkan meneleponku untuk minta jatah dariku</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-220573753005423242017-02-13T15:57:00.002-08:002017-02-13T15:57:21.633-08:00Mama dan Tante bersetubuh dengan Aku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoJSZIwkBgV97A4YbK0Hzk3zkgE1balYyXT5f__rcwrtvdGmx7MRYzwK6LD4dwhCpa6PT1D6BvXf42I2Zwv-EZegmYffJLd5hVtqx9dF8txQ6SXL9XsFNUDvnWyfy87_sHc28ScZzWuxMD/s1600/Mama+dan+Tante+bersetubuh+dengan+Aku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://ceritasexterseru.blogspot.com/" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoJSZIwkBgV97A4YbK0Hzk3zkgE1balYyXT5f__rcwrtvdGmx7MRYzwK6LD4dwhCpa6PT1D6BvXf42I2Zwv-EZegmYffJLd5hVtqx9dF8txQ6SXL9XsFNUDvnWyfy87_sHc28ScZzWuxMD/s400/Mama+dan+Tante+bersetubuh+dengan+Aku.jpg" title="Mama dan Tante bersetubuh dengan Aku" width="300" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Mama dan Tante bersetubuh dengan Aku</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa – Pagi itu ketika aku aku sedang santai dirumah karena libur kuliah tiba-tiba aku mendapatkan telpon dari tanteku Ulfa untuk menemaninya dirumahnya karena suaminya sedang ada dinas luar kota dan harus menginap beberapa hari. Karena pada pagi itu aku sedang duduk santai dengan mamah, aku lalu mengajak mamah untuk sekalian tidur dirumah tante Ulfa. Dan akhirnya mamah pun setuju dan sore harinya aku dan mamahku langsung berangkat menuju rumah tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Namaku Vian, aku berumur 22 tahun, dan tanteku Ulfa adalah adik kandung dari papahku. Tante Ulfa sendiri memiliki wajah yang lumayan cantik dengan bodi tubuhnya yang sangat menggoda. Umurnya belum terlalu tua siih, sekitar 36 tahunan, namun bodinya gak kalah dengan cewek-cewek kuliahan jaman sekarang. Lanjut lagi ceritanya, setelah aku sampai dirumah tanteku dengan mamahku, aku disambut dengan pemandangan yang sangat menggoda sekali, dengan pakaian yang dikenakan tanteku sungguh sangat menggoda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan celana ¾ yang dikenakannya yang berbahan legging sangat membuatku nafsu, ditambah dengan kaos ketat yang tanpa lengan sangat membuatku ingin sekali meremas payudaranya yang berukuran kira-kira 36B itu. Arrrrgghh…aku hanya bisa menelan ludah melihat pemandangan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kami masuk rumah tante, Aku diam di rumah bersama mama dan tante Ulfa. Sore itu, sekitar jam 4 sore, kulihat mama baru selesai mandi. Mama keluar dari kamar mandi memakai handuk menutupi dada dan setengah pahanya yang putih mulus. Mama berusia 40 tahun, Sangat cantik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu entah secara tidak sengaja aku melihat mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat buah dada mama walau tidak terlalu besar tapi masih bagus bentuknya. Yang terutama jadi perhatian aku adalah memek mama yang dihiasi bulu hitam tidak terlalu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena mama rajin merawatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mama sepertinya tidak sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan terbayang terus pemandangan tubuh mama tadi. Aku dekati pintu, lalu aku intip dari lubang kunci. Terlihat mama sedang membuka lilitan handuknya lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh mama sangat menggairahkan. Terutama memek mama yang aku fokuskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara otomatis tangan aku meraba penis dari luar celana, lalu meremasnya pelan-pelan sambil menikmati keindahan tubuh merangsang mama. Karena sudah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil membayangkan menyetubuhi mama. Sampai akhirnya.. Crot! Crot! Crot! Aku orgasme.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sore harinya, waktu aku sedang tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara mama memanggil aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian..!” panggil mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada apa, Ma?” tanya aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Pijitin badan mama, Vian. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya, Ma…” jawab aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu itu mama memakai daster. Aku mulai memijit kaki mama dari betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih…” tanya aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Emang kamu mau mijitan apa aja, Vian?” tanya mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Seluruh badan mama,” jawab aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya sudah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayo lanjutkan, Vian!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mama tidak malu buka baju depan Vian?” tanya aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku berdebar. Tanganku mulai memijit paha mama. Sebetulnya bukan meimijit, istilah yang tepat adalah mengusap agak keras. Aku nikmati usapan tangan aku di paha mama sambil mata terus memandangi pantat mama yang memakai celana dalam merah. Setelah selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat mama, tapi langsung naik memijit pinggang mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kok dilewat sih, Vian?” protes mama sambil menggoyangkan pantatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mm.. Vian takut mama marah…” jawab aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena sudah mendapat angin, aku mulai meraba dan agak meremas pantat mama dari luar celana dalamnya. Nyaman rasanya memijit dan meremas pantat mama yang bulat dan padat. penis aku sudah mulai mengeras. Mama tetap terpejam menikmati pijitan aku. Karena birahi aku sudah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana dalam mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jari tengah aku mulai menyusuri belahan pantat mama sampai ke belahan memek mama. Jari aku diam disana. Aku takut mama marah. Tapi mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai menggerakan jari tengah aku di belahan memek mama. Mama tetap diam. Terasa memek mama mulai basah. Dan aku tahu kalau mama agak menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin mama merasa enak menikmati jari aku di belahan memeknya. Itu perkiraan aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena sudah basah, aku nekad masukkan jari aku ke lubang memek mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi pantatnya mulai bergoyang agak cepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian, kamu ngapain?” tanya mama sambil membalikkan badannya. Aku kaget dan takut mama marah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sini berbaring dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sini berbaring Vian,” ujar mama lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di samping mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mama menatapku sambil membelai rambut aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa bernafsu dengan mama, Vian,” tanya mama lembut.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mama marahkah?” tanya aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mama tidak marah, Vian.. Jawablah jujur,” ujar mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Melihat tubuh mama, Vian tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Berarti anak mama sudah mulai dewasa,” kata mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu benar-benar mau sayang?” tanya mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Maksud mama?” tanya aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut mama sambil tangannya meraba penis aku dari luar celana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku kaget sekaligus senang. Mama mencium bibir aku, dan akupun segera membalasnya. Kami berciuman mesra sambil tangan kami saling meraba dan meremas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Buka pakaian kamu, Vian,” kata mama. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
“penis kamu besar, Vian…” kata mama sambil meraih penis aku dan meremas serta mengocoknya. Enak rasanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil menikmati enaknya dikocok penis aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu mama menarik pantat aku hingga penis aku hampir mengenai wajahnya. Lalu mama mulai menjilati penis aku mulai dari batang sampai ke kepalanya. Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat lagi ketika mama memasukkan penisku ke mulutnya. Hisapan dan permainan lidah mama sangat pandai. Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut mama dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Tiba-tiba mama menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap mengocok penisku perlahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Enak sayang?” tanya mama sambil menengadah menatapku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sini sayang. penismu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menarik tanganku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mama lalu telentang di tempat tidur sambil membuka lebar pahanya. Tanpa ragu aku naiki tubuh mama. Aku arahkan penisku ke lubang memeknya. Tangan mama membimbing penisku ke lubang memeknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayo, Vian.. Masukkan…” ujar mama sambil terus memandang wajahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tekan penisku. Lalu terasa kepala penisku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu batang penisku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang entah bagaimana aku menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluarmasukkan penisku di memek mama. Aku cium bibir mama. Mamapun membalas ciuman aku sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Enak, Vian?” tanya mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan penis aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa mama mau melakukan ini dengan Vian?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama kelihatan berkaca-kaca.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Karena mama sayang kamu, Vian…” jawab mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sangat sayang…” lanjutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lagipula saat ini mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan penis aku menyetubuhi mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian juga sangat sayang mama…” ujarku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ohh.. Vian.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mama mau keluar…” desah mama lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama kurasakan tubuh mama mengejang lalu memeluk aku erat-erat. Goyangan pinggul mama makin keras. Lalu..</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ohh.. Enak sayangg…” desah mama lagi ketika dia mencapai orgasme.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terus menggenjot penisku. Lama-lama kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dari penis aku. Rasanya sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh mama..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ma, Vian gak tahann…” ujarku sambil memeluk tubuh mama lalu menekan penisku lebih dalam ke memek mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Keluarin sayang…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik mama mesra.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mmhh…” desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu kamipun segera berpakaian. Setengah jam kemudian Papa pulang. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam harinya, sekitar jam 11 malam, ketika mama dan Papa sudah tidur, aku dan tante Ulfa masih nonton TV. Tante Ulfa memakai kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena sudah biasa melihat seperti itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba tante Ulfa bertanya sesuatu yang mengejutkan aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
”ngapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama mama kamu di kamar?” tanya tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hayo, ngapain..?” tanya tante Ulfa lagi sambil tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Ulfa sambil tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Ulfa lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Maaf dong, Vian. Tante becanda kok…” ujar tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu mau kemana?” tanya tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mau tidur,” jawabku pendek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Temenein tante dong, Vian,” pinta tante.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku kembali duduk dikursi di samping tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada apa sih tante?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu sudah punya pacar, Vian?” tanya tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Vian?” tanya tante Ulfa pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ni tante lagi horny kayaknya…” pikir aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa banyak kata, aku cium bibir tante Ulfa. Tante Ulfapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara tanganku segera masuk ke balik kimono tante Ulfa. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu ku remas-remas buah dadanya dengan mesra sambil ujung jari aku memainkan puting susunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mmhh..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suara tante Ulfa mendesah tertahan karena kami masih tetap berciuman. Tangan tante Ulfapun tidak diam. Tangannya meremas penisku dari luar celana kolorku. penisku langsung tegang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiba di kamar, tante Ulfa dengan tak sabar segera melepas kimono dan BH serta celana dalamnya. Akupun segera melepas semua pakaian di tubuh aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayo Vian, tante sudah gak tahan…” ujar tante Ulfa sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku segera menindih tubuh telanjang tante Ulfa. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Ulfa sambil meremas buah dada yang satu lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ohh.. Mmhh.. Viann.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah tante Ulfa sambil tangannya memegang kepala aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu ketika mulai turun ke selangkangan, tante Ulfa segera melebarkan kakinya mengangkang. memek tante Ulfa bersih tidak berbau. Bulunya hanya sedikit sehing nampak jelas belahan memeknya yang bagus. Aku segera jilati memek tante Ulfa terutama bagian kelentitnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus sayang…” desah tante Ulfa sambil badannya mengejang menahan nikmat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak berapa lama tiba-tiba tante Ulfa mengepitkan kedua pahanya menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memeknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh, Vian.. Tante keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku bangkit, mengusap mulut aku yang basah oleh air memek tante Ulfa, lalu aku tindih badannya dan kucium bibirnya. Tante Ulfa langsung membalas ciumanku dengan mesra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Isep dong penis Vian, tante…” pintaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tante Ulfa mengangguk sambil tersenyum. Lalu aku kangkangi wajah tante Ulfa dan ku sodorkan penisku ke mulutnya. Tante Ulfa langsung menghisap dan menjilati penisku dan mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak rasanya. Cara menghisap dan menjilat penisnya lebih pintar dari mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Udah tante, Vian udah pengen setubuhi tante…” kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tante Ulfa melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan penis aku ke memeknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayo, Vian.. Tante sudah tidak tahan…” bisik tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. penisku keluar masuk memek tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kenikmatan…” kata tante ditengah-tengah persetubuhan kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Ulfa mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian, terus setubuhi tante.. Mmhh.. Ohh.. Tante mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama tubuhnya mengejang. Pahanya erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus memompa penisku di memeknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tente udah keluar, sayang…” bisik tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Terus setubuhi tante, Vian.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera orgasme. Kupertcepat gerakanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian mau keluar, Tante…” kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Cabut dulu…” ujar tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sini tante isepin…” katanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku cabut penisku dari memeknya, lalu aku arahkan ke mulutnya. Tante Ulfa lalu menghisap penisku sambil mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku keluar di dalam mulut tante Ulfa banyak sekali. Aku tekan penisku lebih dalam ke dalam mulut tante Ulfa. Tante Ulfa dengan tenang menelan air maniku sambil terus mengocok penisku. Lalu dia menjilati penisku untuk membersihkan sisa air mani di penisku. Sangat nikmat rasanya besetubuh dengan tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku segera berpakaian. Tante Ulfa juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan celana dalam.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu hebat, Vian.. Kamu bisa memuaskan tante,” ujar tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kapan saja tante mau, Vian pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Terima kasih, sayang,” ujar tante Ulfa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas penisku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Besoknya, setelah Papa pergi ke kantor, mama duduk di sampingku waktu aku makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian, semalam kamu ngapain di kamar tante Ulfa sampe subuh?” tanya mama mengejutkanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi mama. Mama tersenyum. Sambil mencium pipiku, mama berkata, “Jangan sampai yang lain tahu ya, Vian. Mama akan jaga rahasia kalian. Kamu suka tante kamu itu ya?” tanya mama. Plong rasanya perasaanku mendengarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya, Ma.. Vian suka tante Ulfa,” jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalian hati-hatilah…” ujar mama lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Karena mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Terima kasih ya, Ma…” kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian sayang mama,” kataku lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap penisku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Vian akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak saat itu hingga saat ini aku menikah dan punya 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan tante Ulfa dan Mama kalau ada kesempatan. Walau sudah agak berumur tapi kecantikan dan kemolekan tubuhnya masih tetap menarik. Baik itu di rumah tante Ulfa kalau tidak ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di hotel</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-65043208350555860172017-02-13T15:51:00.000-08:002017-02-13T15:51:00.416-08:00Pembantuku memberikan keperawanannya kepadaku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwhUddZpU2JmZgoHy5BfNJmTr7Oe6_Dvbu_YBINK1krpXhFByM-hc0PbVoDba78QAer0ShanR0qS7YfNac1Zp46vxzt_BIg-mJBltjmF6zV6bZKfS7S4L2LIsJ0yr4BJez69Fzx-Ig0ZN3/s1600/Pembantuku+memberikan+keperawanannya+kepadaku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://ceritasexterseru.blogspot.com/" border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwhUddZpU2JmZgoHy5BfNJmTr7Oe6_Dvbu_YBINK1krpXhFByM-hc0PbVoDba78QAer0ShanR0qS7YfNac1Zp46vxzt_BIg-mJBltjmF6zV6bZKfS7S4L2LIsJ0yr4BJez69Fzx-Ig0ZN3/s400/Pembantuku+memberikan+keperawanannya+kepadaku.jpg" title="Pembantuku memberikan keperawanannya kepadaku" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Pembantuku memberikan keperawanannya kepadaku</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa ini berawal ketika ane di mutasi perusahaan ke daerah Bogor karena kinerja ane di tempat asal kurang bagus..ane sempet putus asa dan yang lebih sedih ane harus pisah ma bokin yang ane sayangi.. Tapi karena kebutuhan akhirnya ane ambil juga itu keputusan untuk mutasi.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Sesampai di Bogor ane dapet fasilitas kontrak rumah dari perusahaan,dan ane dapet di daerah pinggiran kota,lumayan lah type 36,ada 2 kamar plus perabotan udah ada di sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah 1 bulan berlalu ane kewalahan ngurusi itu rumah,maklum ane berangkat pagi,pulang malam,minggu pulang ke Bandung ketemu bokin ya jadinya itu rumah acak-acakan dan kotor banget.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane ngerasa ga nyaman,dan ane mutusin untuk nyari orang buat ngurusi rumah. Ane sempatkan datangi salah satu yayasan penyalur di kota Bogor,ane pilih 1 orang yang ane pikir bisa kerja,orangnya biasa aja,masih muda,umur 20 tahun,aslinya dari daerah di Jawa Tengah,dan satu yang bikin ane pilih dia, dia kelihatan cekatan saat ane melihat cara praktek di beberapa orang yang di tawarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya kalau ane emang niat macem-macem,ane bisa aja pilih yang genit, karena ada beberapa orang yang matanya tuh menunjukan kalo “pilih gw aja” dan sedikit centil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane minta Susi (sebut aja begitu) diantar ke rumah hari sabtu,karena ane pikir hari minggu ane akan pergi dan ane minta Susi untuk bersihin rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari sabtu malam orang yayasan datang mengantar Susi,dan ane lunasi biaya administrasi,lalu jadilah Susi bekerja di rumah ane.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari minggu ane tinggal dia di rumah, untuk bersih-bersih dan cuci baju ane yang udah menggunung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari senin pagi ane datang ke rumah,ane seneng banget rumah udah bersih,rumput-rumput di bersihin depan rumah. Baju ane pun udah pada wangi disetrika ma doi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena ane puas,ane kasih doi uang jajan 50 ribu, dia seneng banget, ane bilang itu diluar gaji dan uang makan. Ane kasih dia uang makan karena ane ga pernah makan di rumah,jadi di rumah gak pernah masak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari-hari berlalu, ane emang tidak pernah memandang status orang dari pekerjaannya, walaupun Susi adalah pembantu, tapi dia sering cerita tentang pribadi, tentang orang tua di kampung dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari situ ane tau bahwa ortu Susi cerai,dan Susi di paksa bekerja untuk menghidupi keluarga, ane juga tahu bahwa Susi di kampung punya pacar, dan pacarnya itu sering telepon tiap hari, Susi kadang mengeluh juga karena pacarnya ini sering minjem duit tapi ga di bayar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane sering nasihati dia supaya lebih hati-hati dalam pacaran, lebih-lebih cowok kayak gitu. Dan dia pun mengangguk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami tiap malam nonton tv bareng,kadang becanda,bahkan ke mall bareng untuk belanja sabun dsb..kadang kalau ane lagi ada duit ane beliin dia baju karena ane tahu bajunya itu2 aja..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak terasa sudah 3 bulan Susi kerja di rumah,dan kelihatan dia sangat betah,terlihat dari badan dia yang sekarang jd lebih gemuk di banding saat pertama datang..tp hal itulah yang mengganggu pikiran ane..body nya justru bikin ane gusar..toketnya yang dulu kelihatan kecil tp sekarang malah kelihatan nyembul…bokongnya yang dulu biasa aja sekarang jd menarik…haduh…ane pikir bahaya ni..tp ane buang jauh2 perasaan itu..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diam2 ane suka ngintip dia kalo habis mandi…kadang ane juga curi2 pandangan ke arah pahanya kalau dia lg pake baju daster dan duduk sembarangan…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu hari ane dapet tugas dari kantor untuk mengurus proyek di kalimantan,ane pun harus pergi selama 2 minggu..ane pergi dan sebelumnya ane pamit ke Susi berpesan supaya hati2 jaga rumah selama ane pergi..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di kalimantan ane sms menanyakan kabar,dan ane beranikan untuk sms yang bernada memancing..seperti “km udah mandi belum Susi manis?”…dan dia pun membalas dengan “udah aa sayang”…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ane pancing2 dia denga sms bahwa sebenarnya ane suka ma dia…tp takut di tolak karena Susi udah punya cowok..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak di sangka Susi membalas dengan sms yang sangat mengagetkan “aa kenapa ga bilang,Susi juga suka banget ma aa,tp Susi takut,Susi kan cuma pembantu”..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
wah..ini yang ane tunggu…ane tlp dia..dan kita pun ngobrol panjang lebar tentang seringnya ane curi2 pandang…dll…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane pun pulang ke Bogor,ane langsung menuju rumah..Susi menyambut dengan senyuman malu…ane pun mencubit lengannya..tanda kangen..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane beranikan mengajak Susi ngobrol malam itu…kami pun ngobrol..tp terlihat sekali Susi sangat kaku dan tidak seperti biasanya…ane bertanya “kenpa sus”…”ga apa2 a” Susi menjawab..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane duduk mendekati Susi..dia sangat terlihat gelisah..ane dekatkan bibir ane ke bibir Susi..Susi sedikit menghindar..tp ane udah pengen banget mencium Susi..ane sedikit memaksa dan kami pun berciuman…ane mainkan lidah ane di di bibir Susi…kami pun bergumul mesra dengan hangatnya…di temani hujan bibir kami saling bermain…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu tak terjadi apa2..ane ga ingin buru2 melakukan sesuatu..ane takut Susi akan minta pertanggungan jawab bila ane exe dia malam itu..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
esok hari nya sepulang kerja ane langsung mandi…kami pun ngobrol..sudah mulai tenang…suasananya udah mulai seperti biasa lg..Susi nonton tv,ane di sebelahnya,yang berbeda adalah sekarang susi udah berani duduk dekat2 nempel ke ane..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane membuka pembicaraan..ane bertanya tentang hubungan Susi dengan pacarnya di kampung sejauh apa hubungan yang mereka lakukan..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Susi bercerita bahwa mereka memang sering berciuman..dan Susi juga pernah pegang punya cowoknya..begitu pula sebaliknya…sambil berpura2 cemburu aku pun pergi ke kamar..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Susi mengejar ane ke kamar..dia minta maaf..dan bilang bahwa Susi masih perawan…</div>
<div style="text-align: justify;">
Ane bilang gak percaya…karena blm membuktikannya..kami pun sedikit ngadu argument..dan ane minta pembuktian kalo Susi memang masih benar perawan..</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak di sangkan Susi langsung membuka daster yang di pakainya…”Susi akan buktikan kalau Susi memang masih perawan”..kata Susi</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“jangan sus,aku ga berani tanggung jawab kalo sampai terjadi sesuatu”ane bilang begitu</div>
<div style="text-align: justify;">
“aa ga usah mikirin tanggung jawab,yang penting Susi kan buktikan kalau memang Susi masih perawan”,Susi mendekati ane hanya mengenakan BH dan CelDam…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane konak gan…ga tahan..melihat secara langsung apa yang selama ini ane inginkan…oh shit…ane bingung..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
di tengah kebingungan ane,bibir Susi sudah melumat bibir ane…kita berciuman di pinggir tempat tidur…tangan ane secara replex mulai bergerilya menuju gunung kembar Susi…ane ga kuaaaaaat (dalam hati ane menahan nafsu ini)..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane terus belai toket Susi…ane buka bra yang membungkusnya..ane rebahkan Susi di ranjang..Susi tersenyumm..oh..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ane mulai melumat pentil susunya…tangan ane mulai bergerilya di paha Susi…Susi pun melenguh “ohhh”…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
tangan ane menuju selangkangan Susi…bermain si pinggiran celana dalam yang masih membungkus meki Susi..ane terus benjilati puting susu Susi yang mulai keras…tangan ane pun membuka celana dalam yang di pkai Susi…Susi melenguh kembali..”oooohhhh”….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane secara cepat membuka celana pendek dan kaos ane…ane pun membuka CD yang ane pakai…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
kembali ane lumat bibir Susi…tangan ane mulai mengelus pinggiran meki Susi…Susi pun men desah “aaaaahhhh”…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tangan ane mulai menyibak meki Susi yang di tumbuhi bulu yang tidak terlalu tebal…jari ane menari2 mengelus klitoris Susi…Susi pun tambah mendesah “AAAAAAHHHH”…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jari ane bermain2 di bibir lobang meki Susi…bibir ane bermain di toketnya…dan tangan Susi pun mulai mengeleus2 konto ane yang udah keras n panas…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“aa..punya aa gedee…” Susi berbisik..</div>
<div style="text-align: justify;">
Ane tersenyum sambil kembali melumat bibir Susi dan memainkan jari di mekinya…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bibir ane pindah ke toketnya….lalu turun menjilati perutnya…dan sampailah di pertigaan selangkangan Susi…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane buka perlahan belahan paha Susi…ane pun mulai merunduk…ane sibak kedua belahan meki Susi…dan lidah ane mulai bermain di bibir meki Susi…oooh…mantapnya meki perawan…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“AA..AAAAAhhh”..Susi mendesah ketika bibir mekinya ane jilati…lidah ane mulai menusuk2 lobang mekinya…dan sekali2 lidah ane bermain di klitoris Susi…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“aa”ooooooughhhh…..”..Susi mendesah semakin keras…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ane menjilati mekinya -+ 15 menit..ane pun kembali melumat toket Susi….pentilanya ane jilati melingkar..jari ane terus bermain di bibir meki Susi yang mulai basah di bajiri cairan kenikmatan…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Susi terus mendesah..”ouwgh..aa…ouwgh..aa…”dia memanggil ane dalam desahannya..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak menunggu lama,ane siapkan rudal konti ane yang udah keras banget…ane arahkan ke meki Susi yang udah basah…ane lebarkan pahanya…ane taptkan di lobangnya..dan ane tekan pelan2….”aa…ouwgh…”Susi mendesah….”aa…sakit”….”ouwgh”…Susi sedikit meringis ketika konti ane mulai masuk ke mekinya…konti ane semakin dalam… “aa…sakit…”… “oughwwhhh”.. Susi mndesah sambil menutup matanya….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane cabut pelan2…ane tekan lagi…ane cabut lagi…ane tekan lagi…dan seterusnya….</div>
<div style="text-align: justify;">
“owgh..aa…oegh…owgh…ooooooh…”desahan Susi semakin terdengar…</div>
<div style="text-align: justify;">
Ane pun mengenjot konti ane di mekinya…dan tiba2 keluarlah darah keperawanan dari lobang meki Susi….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
…ane genjot lagi lebih cepat…darah semakin banyak….ane genjot terus…”aa…sakiiiiiit….owwwuuuuuuuggggghhh”.. .Susi mendesah sambil terpejam matanya..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane genjot terus…”sabar sayang…bentar lagi sakitnya hilang”…ane menimpali sambil terus menggenjot.. konti ane keluar nasuk di meki Susi….sampai darah perawannya tak lagi keluar…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane goyang2 di dalam mekinya…ane hujam lebih dalam… “oooooooooooowwwwwwwghhhhhh” … Susi menjerit…mekinya semakin licin… menandakan Susi udah mendapatkan O … dan ane pun memepercepat genjotan ane…. “ooowwgghhh”…. Susi menjerit kenikmatan… Susi mencengkeram pundak ane….. tangannya mencakar bokong ane…dan “croooooooot”…. ane pun orgasme….. sperma ane memenuhi lobang meki Susi….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane memeluknya…dan Susi pun tersenyum…”percaya kan kalo Susi masih perawan?” tanya Susi pada ane</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“iya aku percaya”…ane pun tersenyum…dan kami pun berpelukan…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane minta Susi supaya kencing dulu…dan membersihkan mekinya…ane pengen malam ini 5 ronde..hehehe…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
kami pun bermain hingga pagi hari…esoknya ane ajak Susi ke bidan yang jauh dari rumah ane…ane minta Susi untuk KB…Susi pun KB suntik…dan kami pun hingga sat ini masih berhubungan..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1 yang membuat ane ga bisa lepas dari Susi…mekinya wangi…dan nikmat banget saat di oral…beda dengan bokin ane yang kadang ada bau tak sedapnya…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ane jd jarang pulang ke Bandung,ane malah tiap minggu menghabiskan waktu bermain sex seharian bareng Susi…semua gaya udah kami mainkan…bahkan anal sudah kami praktekan…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Susi tak pernah minta ane menikahi dia..karena dia pun tak mungkin memutuskan hubungan dengan pacarnya di kampung yang sudah di jodohkan oleh ortunya…entah sampai kapan kami begini…tp jujur..nikmat sex bukan karena status..tp karena barang…hehehe.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-5610622671372348132017-02-13T15:41:00.003-08:002017-02-13T15:41:53.121-08:00Kakak Ipar yang siap Melayani Nafsu Birahiku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHPuGm4VY8DGqFRdpvgSmWVPd1pNd51k290MxPANDqQcDNfloRb15KxFMxNvL_NNUGXltLtFz1WQ90MiceT0l8tdfKlPtpYvpKmgBpevsIqavAJqLoV6Sy6XqVBV9bMUGyyS8794u6Pq_x/s1600/Kakak+Ipar+yang+siap+Melayani+Nafsu+Birahiku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://ceritasexterseru.blogspot.com/" border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHPuGm4VY8DGqFRdpvgSmWVPd1pNd51k290MxPANDqQcDNfloRb15KxFMxNvL_NNUGXltLtFz1WQ90MiceT0l8tdfKlPtpYvpKmgBpevsIqavAJqLoV6Sy6XqVBV9bMUGyyS8794u6Pq_x/s400/Kakak+Ipar+yang+siap+Melayani+Nafsu+Birahiku.jpg" title="Kakak Ipar yang siap Melayani Nafsu Birahiku" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Kakak Ipar yang siap Melayani Nafsu Birahiku</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita dewasa – Setelah menikah..Keluarga biasa berkumpul dirumah mertua di desa.., malam hari saya,istri,kakak ipar dan suaminya tidur dalam 1 kamar. Tengah malam saya terbangun Dan melihat moleknya tubuh kakak ipar saya berbalut daster tipis hingga dalamannya pun terlihat.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Dengan nafas terengah dan jantung yg beedegub kencang saya mencoba memegang gundukan memek kakak ipar saya sambil pura2 tiduran dan mendekap istri.. Akhirnya berhasil jg dan kakak ipar tidak terbangun, sambil sesekali saya elus2 mekinya pelan2 dan merasakan sensasinya.. Hingga sy tidak tahan dan kemudian lari ke kamar mandi untuk kencing sekalian onani membayangkan meki kakak ipar yg baru sya sentuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Esok harinya saya mandi ( pintu kamar mandi dari papan2 dan ada lubang ). Saat tengah asyik mandi saya. mendengar ada yang mencuci piring di dekat sumur ( kamar mandi berhdapan langsung dengan sumur ), anugerah kembali datang setelah saya intip melalui lubang pintu kmr mandi dan ternyata kakak ipar saya yang mencuci piring sambil jongkok mengenakan daster tepat menghadap pintu kmr mandi dan trlihat kembali gundukan mekki nya dibalik celana dalam putih yg ia kenakan. Smbil mengintip dn berimajinasi akhirnya sy mandi sambil onani lg.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari ini suami kakak ipar saya pulang. kerumah orangtuanya di semarang dan tak mungkin mengajak istrinya memakai motor dalam perjalan jauh. apalagi sedang hamil,maka istrinya pun ditinggal dirumah. mertua. berencana mengajak kami ke tempat kakek yang berada beberapa desa dari tempat kami, namun mungkin karena. saya terlalu lelah dalam 1minggu itu maka saya memutuskan untuk tdk ikut serta dan hanya istri saya yang ikut untuk bertemu dengan kakeknya menggunakan sepeda motor berboncengan bertiga dengan bapak ibunya menggunakan motor saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disinilah awal mula kisah menarikku terjadi… Karena semua pada pergi dan dirumah tinggallah saya dengan kakak ipar saya yang lagi2 menggunakan daster karena baru hamil. Saat itu kakak ipar saya baru memasak untuk membuatkan persediaan makanan bagi tamu2 yg kmungkinan akn datang. Karen nafsu udah di ubun2, saya coba kedapur pura2 membantu kakak ipar memasak dan pintu rumah saya kunci.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kakak ipar sempat menanyakan kenapa dikunci, sy jawab takut ada orang masuk tanpa permisi karena kita baru pada di dpur. Tanpa rasa curiga kakak ipar pun melanjutkan mengadon tepung untuk membuat roti, sedang saya ya cuma membantu lihat.. Sambil sesekali saya pandangi kemolekan kakak ipar saya dan mengajak bicara kk ipar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Awalnya sih pembicaraan yg biasa2 aj,tapi lama lama saya coba pancing dengan pertanyaan2 yg tabu n sensual.. Disitulah kakak ipar mulai tidak nyaman dan sepertinya curiga dengan saya, tapi keburu pada pulang dn nafsu gk kesampaian akhirnya saya lngsung aj mendekap kakak ipar dari belakang dan mendaratkan tangan saya tepat di kedua payudaranya yg sngat besar dibandingkan milik adiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kakak iparpun sontak kaget dan mencoba melepaskan diri dari pelukan saya smbil mengucapkan “sadar dek, apa yang kamu lakukan.. Aku kakakmu”. Tapi karena gerakan tangan sya semakin cepat hingga saya menyentuh memeknya dan mengusap usap memeknya serta menciumi lehernya.. Apa yang dia utarakan berubah menjadi desahan nikmat yg semakin membuat saya ingin langsung menelanjanginya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan tubuhnya yang gemetar karena panik,takut, atau apapun itu saya semakin brutal menelanjanginya dengan mudah karena hanya memakai daleman dan daster sj. Saya pun mulai mengulum kedua payudaranya yang sangat nikmat dn kebawah menjilati memeknya… Awalnya dia hanya terdiam saja, tapi kemudian dia mulai menikmati permainan dengn menjulurkan tangannya ke kontol saya dan mengocok kontol saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa basa basi lagi saya arahakan saja kontol saya ke depan mulutnya.. Eh… Ternyata dia langsung melahap kontol saya dan menjilatinya dengan lembut. Karena takut waktu tidak banyak dn keburu pada pulang, akhirnya saya masukkan kontol sya kelubang memeknya yang sudah basah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan cepat saya terapkan beberapa gaya hingga kami puas bersamaan. Dan kakak ipar saya menutup dengan kata2 “jangan sampai hal ini diketahui oleh siapapun apalagi suamiku”, saya pun lg mengiyakan sj. Kmudian kami saling membersihkan diri dn pintu rumahpun saya buka kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hingga saat ini saya masih membayangkan hal itu dapat terjadi lg karena beberapa bulan kemudian saya merantau ke luar pulau bersama istri dan menetap sdh hampir 8 tahun ini kami baru mudik sekali itupun tidak sempat bertemu dengan kakak ipar karen dia ada di semarang dan wktu sya hanya 3 hari d kmpung kmudian harus blik ke perantauan lagi. Inilah saat saat yang ditunggu. Akhirnya saya dan istri dapat pulang ke kampung halamannya dengan perasaan senang dan senang sekali versi saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan hanya membawa 1 tas ransel yang berisikan pakaian kami, akhirnya sampai juga kami di desa yang terletak di daerah pinggiran jawa tengah. Tidak banyak perubahan pada daerah tempat dimana istri sya dilahirkan ni… Msh seperti yg dulu, hanya bbrp rumah sj yg sudah mulai mengganti bangunannya menjadi tembok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kami smpai dirumah, hal yang sudah wajar dn umum trjadi dsana… Kami disambut oleh keluarga besar istri bahkan para tetangga layaknya orang penting sj. Tak terkecuali kakak ipar saya menyambut kami dengan senyuman hngatnya kemudian segera memeluk adiknya (istri saya). Harapan muncul setelah kakak ipar bersalaman dengn saya, mudah2n saya jg dipeluknya pikirku… Tp ternyata tidak, dia langsung saja berpaling kembali ke adiknya seperti memastikan bahwa adiknya masih dalam keadaan utuh selama bersama saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itulah pikiran kotor dan jahat sy mulai muncul untuk merencanakan apa yang sudah saya impikan lama untuk kembali menikmati tubuh indahnya yang kini tak menggembung lg karena hamil. Sungguh semakin cantik dan seksi sekali kakak iparku(dalam hatiku). Kemudian ritual silaturahmi sungkeman dll mulai kami jalani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari demi hari bahkan hampir seminggu kami jalani di rumah mertuaku bersama keluarga besar dan belum ada sedikitpun celah untukku bisamerayu dan mengajak kembali kakak ipar menikmati surga dunia hingga pada hari ke 6 kesempatan it mulai muncul dan tak akan aku sia siakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat it saya disuruh untuk mengantar kakak ipar belanja di pasar menggunakan mobil pick up milik paman yang kebetulan sedang bertamu saat it, sedang suami kakak ipar sedang memancing ikan bersama anak dan rekan2nya di desa it. Langsung saja saya meng iyakan dan segera meminjam mobil kpd paman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di perjalann sengaja mobil saya kendarai dengan pelan mengingat posisi pasar tdk begitu jauh dr rumah yg kira kira hanya berjarak 3km sj. Dan sy memulai pembicaraan dimobil dengan sedikit gugup berbasa. basi tentang keadaannya sekarang.., dia pun menjawab seperlunya dan seolah tau akan arah pembicaraan saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan macem2 lagi lho… Itulah yang terlontar dari mulut manis kakak ipar saya dengan nada suara sedikit ditekankan. Aduh, udah ada warning nih pikirku… Akupun hanya tersenyum mendengannya mengucapkan kata kata it. Hingga akhirnya sampai dipasar, idak terjadi apa apa selain saya hanya beesiul siul mengusir ketegangan dan kakak ipar tetap diam sambil sesekli melihat keluar mobil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bisa gagal nih batinku… Dan selama menunggu kakak ipar belanja, saya terus mencoba berfikir bagaimana cara agar rencana saya berhasil… Hingga akhirnya idepun munvul dari otak mesumku… , kakak iparkupun keluar dari pasar dan menyuruhku mengangkut bbrp barang belanjaan yg berat dan banyak untuk ditempatkan di bak mobil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Stelah itupun lgsung kakak ipar mengajak untuk membeli bbrp belanjaan lagi yg tidak tersedia dipasar it dengan menggunakan mobil melewati daerah persawahan yg lumayan sepi… Disitulah keputusanku dibuat untuk segera lakukan atau tidak sama sekali..,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
dengan badan sedikit gemetar dan jntung yang berdegub kencang aku tepikan mobil ke bawah pohon yang rindang kemudian kumatikan mesin mobil. Kakak iparku bertanya kenapa menepi?, dan saya menjawab sekenanya dengn jawaban saya capek.. (Sungguh jawaban yg tdk logis fikirku).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sepertinya kakak ipar saya curiga dengan terdiam sejenak memandangiku dan tangan kirinya berusaha membuka jendela mobil. Jangan dibuka.. Kataku padanya dengan sedikit nada membentak, hingga akhirnya tangannya menghentikan niat untuk membuka jendela mobil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat it jg ku tatap matany tajam tajam dan sepertinya ia ketakutan bahkan berusaha kembali untuk membuka pintu mobil namun saya bentak kmbali dan ia menghentikan niatnya. Tanpa dikomando lagi sya pun lgsung mendekap bahu kakak ipar dengan kasar dan mengelus elus bagian v nya yg ada dibalik celana trainingnya.karen takut kakak ipar teriak, maka langsung sja kulumat bibir manisnya yg sudah sangat kuidam idamkan..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Benar sj, dengan suaranya yg tertahan oleh mulutku ia mencoba untuk mengatakan sesuatu atau ketakutanku terjadi jika dia sampai berteriak, maka lama sekali saya membungkam mulutnya dengan mulutku. Hingga hal tak terduga terjadi, ia memegang kontolku yang mulai menegang dibalik celana jeans butut seakan akan menunjukkan sifat kooperatifnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kulepaskan bungkaman mulutku dri mulutnya kemudian menciumi bagian lehernya, saat itulah saya mendengar suara desahan yang keluar dari mulut kakak ipar saya yg saya tunggu tunggu.. Berhasil fikirku. Kakak iparpun mulai berbicara saat mulutku menjelajahi bagian leher,telinga dan semua yg bisa ku ciumi. Kenapa kamu lakukan lagi hal ni dek, kenapa?.. Akupun tak menjawab, hingga ia mengatakan hal yang mengejutka buatku, Ok…ok.. Kalau kamu mau melakukan hal ni jgn disini, nnti bis ada orang lewat yng tau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akupun menghentikan aktifitasku dan mulai merespon pembicaraannya.., ok mbak.. Kita bs lakukan ni dmn?,tanyaku. Kita bs lakukan ni dirumah kalau kau mau.. Jawabnya. Semula aku tak yakin dengan pernyataannya, secara rumah ramai dan bisa saja dia hnya mencari celah dan alasan supaya aku menghentikan semua ni,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
hingga akhirnya ku percaya saat ia meyakinkanku dengan mau difoto menggunakan hp ku menampakkan buah dadanya yang menyembul keluar dari dalam bra nya serta raut wajahnya yang menggigit bibir bawahnya seakan2 sedang horny berat. aku akan mencari cara dan kesempatan pd saat dirumah. Tantangan dobel jg nih fikirku, dan hingga akhirnya ku iyakan pernyataan kakak iparku dengan sedikit ancaman jk tak dia tepati maka aku akan menyebarkan foto it seolah olah ia sedang menggoda aku di dalam mobil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ditambah lagi ternyata kakak iparku menawarkan diri untuk mengemut dan mengocok penisku sambil mobil terus berjalan tanpa arah tujuan yang jelas hingga ku keluarkan air mani yang muncrat kearah wajahku juga saat it karena kakak ipar tak mau menelannya. Kmudian semua sperma yang keluar dimana mana it ia coba lap dengan tisu mobil termasuk sperma yg mngenai mukaku sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akupun tak lupa berterimakasih dan mengingatkan kembali untuk. menepati janjinya yg ia ucapakan tadi. Diapun hanya tersenyum seolah olah memastikan bahwa pasti akan ia tepati. Kemudian kami lanjutkan perjalanan dengan arah warung yang dituju, dan seperti tak terjadi apa2 sesampainya dirumah.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-92051308944450652002016-12-05T16:28:00.001-08:002016-12-05T16:28:26.532-08:00Murid dan Kepala sekolah Ngentot<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjboPGUOHenKT2q1A6_K8daAaIFuv4OnTckGg7LVTN190bJsJHqbpoDi95vfs4qeTTylrQtAaBha4KPpmCa9h_X2IxIW35GS3lwDx2G-5997W9ETc7UeHlmltZ_dax95JuPdHTenre01pjP/s1600/foto-bugil-pns-nakal-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Murid dan Kepala sekolah Ngentot" border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjboPGUOHenKT2q1A6_K8daAaIFuv4OnTckGg7LVTN190bJsJHqbpoDi95vfs4qeTTylrQtAaBha4KPpmCa9h_X2IxIW35GS3lwDx2G-5997W9ETc7UeHlmltZ_dax95JuPdHTenre01pjP/s400/foto-bugil-pns-nakal-3.jpg" title="Murid dan Kepala sekolah Ngentot" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Murid dan Kepala sekolah Ngentot</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini menceritakan pengalaman Sex dari seorang Guru Olahraga yang bersetubuh dengan kepala sekolah dan beberapa muridnya yang cantik dan sedikit liar. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa Ngentot Murid dan Kepala SekolahCerita Dewasa Ngentot Murid dan Kepala Sekolah</div>
<div style="text-align: justify;">
Hey para maniak cerita sex bergambar, sebut saja namaku Rendy, umurku sekarang 28 tahun, tinggi badan 175 cm, dan berat badan 75 kg. Aku adalah seorang lelaki yang sudah beristri, dan bekerja sebagai sebagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa atau yang sring sisebut Pak guru.Aku bekerja disalah satu sekolah swasta Elit di Semarang. karakterku bisa dibilang orang yang cuke dan pendiam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau kata rekan-rekan guru dan para muridku aku terbilang guru laki-laki yang bisa dikatakan cukup ganteng dan bertubuh proposional. Maka dari itu tak jarang rekan-rekan guru wanita dan para siswi menggodaku, namun selama itu aku sikapi dengan santai dan cuek. Dalam pernikahanku yang sudah aku jalani selama 3 tahun ini, aku termasuk seorang suami yang tergolong dalam kategori suami yang setia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun sampai pada suatu hari kesetiaanku ini di uji dengan bergantinya kepala sekolah di sekolahan tempatku mnegajar. Sungguh hidupku dan rumah tanggaku berubah 360 derajat, kacau sekali intinya. Pergantian kepala sekolahpun terjadi, perlu para pembaca ketahui, kepala sekolah yang baru ini adalah mantan pacarku semasa aku masih kuliah dulu. Tidak kusangka kami bisa bertemu kembali namun dengan keadaan yang telah berbeda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keadaan yang berbeda itu adalah keadaan kami kini sudah tidak lajang lagi, kami sama-sama sudah berkeluarga. Namun walaupun kami sudah berkeluarga, dalam hati kami sama-sama masih berharap untuk saling memiliki lagi. Rasa itu sebenarnya besar seklai, namun saat itu aku masih memilih untuk setia kepada istriku dan menutup hati pada mantanku Linda yang sekaligus kepala sekolahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai suatu hari, ada gosip yang tersebar disekolahanku, entah siapa yang menyebarkan gosip kalau Linda adalah mantan pacarku saat aku kuliah, iya sih memang benar tapikan itu masa lalu. Aku tidak menyangka ada orang yang menyebarkan gosip kalau kami berselingkuh, memang aku akui kai akrab dan sering bersama, namun hali itukan tidak berarti kalau kami selingkuh. Yang jelas aku sering bersama Linda karena perihal tugas, tidak lebih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jujur saja, sebenarnya aku keberatan sekali jika setiap ada undangan dinas Linda selalu meminta aku untuk mendampinginya, namun karena dia atasanku aku-pun tidak bisa menolak apalagi jam mengajar pagi hari saja. Waktu demi waktu pada akhirnya gosip itu-pun sampai ditelinga istriku, segala alasan tidak mampu meredakan api cemburu dan amarahnya hingga berujung pada pisah ranjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itu satu-satunya jalan karena aku tidak mau menceraikanya dan berharap rasa rindu dan cinta akan kembali berbunga seiring dengan perpisahan jarak dan waktu. Tapi apa dikata, kesendirian dan kesepian membuatku berubah, ada yang berbisik di hatiku. Daripada tidak melakukan tetapi dihukum, mending melakukan saja toh kamu sudah menjalani hukuman ini?! Aku terbujuk dan aku terjerat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat menghadiri rapat yayasan di sebuah hotel di Yogyakarta, aku dan Linda lagi-lagi yang kebagian jatah mewakili sekolah. Acaranya begitu padat karena rencananya mendadak berubah, rapat dipercepat sehingga otomatis membuat segalanya jadi menumpuk. Aku dan Linda memang sekamar tetapi rasa lelah menutup nafsu kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi tidak demikian pada hari ketiga, rencana rapat 3 hari dan berubah menjadi 2 hari membuat kami mempunyai sisa waktu 1 hari. 1hari bebas mengajar disekolah dan 1hari mendapat kamar hotel gratis. Linda sempat mengajak balik saja, tetapi aku memohon padanya untuk tetap tinggal sebagai waktu untuk aku refreshing. Linda yang perhatian dan mengerti aku langsung mengiyakan bahkan mau menemaniku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi-pagi kami menuju pantai parangtritis untuk melihat matahari terbit dan berharap deburan ombak mampu melarung beban yang ada di kepalaku. Entah siapa yang memulai, tanpa sadar kami bergandeng tangan dan berlari berkejaran bermain ombak. Aku mengejarnya dan menangkapnya dari belakang, ternyata dekapanku memeluk erat tubuhnya tepatnya memeluk kedua toketnya yang hanya terbungkus kaos tipis basah berwarna putih dan bikini Pink.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami terjatuh dan berguling diatas pasir dengan derai debur ombak yang mengguyur tubuh kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mata kami saling memandang, ada rasa yang kembali berbunga diantara kami dan sebagai pria aku mengambil inisiatif untuk mengutarakan isi hati terlebih dahulu. Dan ternyata hati kami merasakan hal yang sama, Linda menjawab tanya dihatiku dengan sebuah kecupan hangat di pipi kiriku. Aku menyambutnya dengan pelukan dan bisikan memanja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami berbincang tentang masa lalu saat masih berpacaran dan berniat mengulanginya. Bahkan dengan mengejutkan Linda sudah siap jika harus diceraikan suaminya dan memilih aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pantai semakin rama oleh para wisatawan, demi keamanan aku mengajak Linda untuk kembali menuju hotel. Tetapi mendadak Linda menginginkan untuk mandi spa, aku menurut saja dan tidak buru-buru kembali ke kamar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebetulan tempat spa-nya berada di hotel tempat kami menginap jadi lebih menyingkat waktu. Dengan alasan sedang berbulan madu, tanpa sepengetahuan Linda aku memesan private room sehingga hanya akan ada aku dan Linda saja. Show Time! Awalnya kami bersikap seperti apa layaknya bermandi spa, dengan tetap memakai pakaian (tipis) kami duduk bersebelahan dan kembali menyemai romansa masa lalu yang sempat terberai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami semakin dekat, semakin hangat dan lagi-lagi kami terbuai oleh cinta. Kami berpelukan dengan bibir saling berpagutan, tangan saling meraba dan mengelus menjelajahi lekuk tubuh mencari bagian yang paling nikmat. Karena sama-sama sudah berkeluarga, maka otomatis kami mengerti kemana arah percumbuan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mengangkat tubuhnya agar duduk dipangkuanku, kami tetap berciuman dan mulai saling mengelus daerah kemaluan. Linda tampak sedikit terkejut dengan penis-ku yang walau berukuran dimensi seperti pada umumnya pria indonesia tetapi penis-ku cukup panjang 18 cm melengkung menerobos celana dalam dan celana boxer-ku. Apalagi saat pacaran dulu, Linda belum sempat mencicipi bagaimana nikmatnya Penisku,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Wah… punya kamu panjang banget ya Ren ”, Puji Linda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Iya nih Lin, kalau dimasukin semakin dalam pasti akan semakin nikmat ”, Ujarku nakal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pelan-pelan tanganya mengelus Penis-ku dan melepaskan kain yang mengekangnya. Sementara tanganku langsung menyusup celah pahanya dan merasakan gundukan tembemnya. Rasa dag-dig-dug terasa memenuhi dadaku, seakan ini sebuah pengalaman pertama dan masih berpacaran. Tangan kiriku meraih tali bikininya dan menariknya hingga membuat kedua toketnya bebas menggantung di dadanya. Aku langsung melumat putingnya yang tepat di depan hidungku, aku remas toket kirinya dengan tangan kiriku sementara tangan kananku memijit dan memainkan Vagina-nya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Eghhh… Sssss… Ahhhh… huhhhh… Oughhh… ”, desah kami bersamaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu tanpa komando, tanpa sadar kami mendesah bergantian dan melepaskan semua kain yang menempel ditubuh kami. Aku sempat meminta Linda untuk mengoral penis-ku, tetapi dengan alasan jijik dia menolak mengulum dan dicium Vagina-nya. terpaksa aku menggunakan madu (untuk terapi) untuk melumuri dan melicinkan Penis-ku. Linda keluar dari kolam spa dan menghampiriku dengan lidah menjulur menggodaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Langsung saja aku mendorongnya ke dinding dan membuka kedua pahanya lebar-lebar. Pelan-pelan aku arahkan palkon dan menekan-nekan ke bibir vaginanya, sangat geli dan nikmat melebihi saat mengeksekusi istriku. dengan bantuan madu, Penis-ku menelusup mulus menyusuri dinding vaginanya. Licin dan sedikit lengket, menarik sedikit kulit dan memberikan nikmat yang teramat sangat,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Aghhhh… .Eummmm… Ssssssss… enak Ren.. Aghhh…”, racau Linda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian aku-pun mempercepat goyanganku, maju-mundur teratur sambil meremas dan memilin-milin putingnya. Masih cukup seegar dan merah, mungkin karena putih kulitnya sehingga tetap menawan walau sudah 3 tahun di kenyot suaminya. Penis-ku yang panjang membuatku leluasa bergoyang tanpa takut terganjal oleh pantat semoknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena kurang nyaman dan berbatas waktu, kami mempercepat permainan ini tanpa mengatur tempo.Yang benar saja para pembaca, aku yang terbilang sudah mengenal sex dalam kurun waktu 15 menit air maniku sudah menyembur membanjiri liang senggama Linda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Crottttt… Crottttt… Crottttt… Aghhhh… ”,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Oughhhh… Sssss…..Sayangg… basaaaaah aku nih… Aghhhh… ”, ucap manjanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Hehehe… basah tapi nikmat kan sayang… ” Ujarku ssembari menggendong dia masuk ke kolam spa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sangat berbeda dan sejak saat itu aku menjadi mengerti mengaapa banyak orang berselingkuh, obsesi dan hasrat yang berbahaya (takut ketahuan) akan meFitkatkan sensasi sex itu sendiri. Selesai mandi kamu melanjutkan perselingkuhan itu dikamar dan hingga berganti hari kami tidak keluar kamar sampai saat check-out tiba. Kami berbulan madu dengan sangat memuaskan dan menjadikan itu sebagai tonggak baru pondasi cinta kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebulan berlalu dan aku mengabulkan permintaan cerai istriku dulu tetapi istriku malah mengurungkan niatnya itu dan ikut balik kerumahku dengan syarat dia melupakan gosip itu (menjadi nyata) dan mempercayai kesetiaanku. Kembali aku dilanda dilema setia, tetapi aku sudah terlanjur menikmati hobi baru memacu hasrat dan nafsu! Entahlah… biarlah mengalir sesuai jalan kehidupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tergila-gila pada sebuah sensasi bahkan aku sudah sempat memikirkan sesuatu yang mesum saat melihat murid putri memakai pakaian olahraga yang basah oleh keringat. Aku menjadi hypersex dan itu juga diungkapkan oleh istriku yang kewalahan melayani nafsuku yang menggebu. Pada akhir tahun ajaran, aku memperketat penilaianku terhadap siswi kelas 3 yang akan menghadapai kelulusan, terutama siswi yang tergolong manja dan sering membolos.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam 4 hari ujian praktek olahraga aku memilih dan memilah siswi yang aku anggap cantik. Dengan alasan yang aku buat-buat tetapi logis aku mengajukan praktek susulan untuk mereka kepada kepala sekolah. Linda sempat menolak usulanku, tetapi dengan kegigihan dan rayuanku dia menyetujuinya. Risya, Lita, Astrina dan Fitri adalah 4 sekawan yang membentuk sebuah Gang, mereka kompak dan sering membolos jam olahraga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memanggil mereka melalui Bu Rini, guru BP yang sering diledek mereka dengan sebutan perawan tua karena sudah 30 tahun tetapi belum menikah. Aku menyusun jam Praktek susulan pada siang hari, yakni jam 13:30 WIB dengan alasan sekalian untuk menghukum mereka karena dari cerita teman-temanya mereka berempat naik angkutan saat ujian berlari 3 km. Tampak wajah jahil dan badung mereka tidak lagi tampak pada siang itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena tidak terbiasa dengan olahraga mereka-pun saat itu mengeluh panas dan memelas untuk meringankan ujian prakteknya. Dengan tegas aku jawab tidak!! Aku mengikuti mereka berlari dari belakang, dengan mengendarai motor tentunya. Baru setengah jalan mereka sudah lelah dan terengah bahkan sempat berkata menyerah tetapi aku tidak menggubrisnya. Fisik mereka lemah dan menjadi pembenar bahwa mereka anak mama yang manja dan pamer harta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika itu kira-kira 2 jam lebih mereka baru sampai garis akhir, sangat mengherankan. Tanpa membuang waktu aku langsung melanjutkan penilaianku untuk basket, voley dan aku tutup dengan push-up dan site-up!! Hari semakin gelap saat mereka selesai melakukan ujian praktek dan tanpa ampun aku mengumumkan penilaianku bahwa nilai mereka malah jauh dibawah nilai yang aku buat kemarin dan memintanya untuk mengulanginya kembali esok pagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar itu Astrina langsung pingsan dilapangan dan keadaan menjadi panik begitu juga denganku tetapi aku bersikap tenang. Aku papah tubuh Astrina menuju ruang UKS dan membaringkanya di tempat tidur. Risya mengoleskan alkohol di hidungnya dan membuatnya terbangun. Serentak mereka memohon untuk diluluskan, dengan menawarkan uang, laptop, handphone dan lainya tetapi aku tetap menjawab tidak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka semakin kalut, tajut dimarahi ortu dan malu pada teman-temanya. Dengan agak ragu, aku mengutarakan syarat agar mendapat nilai bagus. Mereka serentak menjawab iya, padahal aku belum mengutarakan syarat yang akan aku berikan,</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Oke, sekrang aku kasih tahu syaratnya, kalian kalau mau lulus kalian harus mengganti waktu nikmatku !!! ”, Ucapku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Waktu nikmat apa maksudnya pak ??? ”, tanya Lita dengan polosnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Hemmm… arti kata dari waktu nikmaku adalah, karena aku sibuk dengan memeberikan ujia praktek kalian, jadi waktu becintaku dengan istriku terganggu kalian, jadi kalian harus mau bercinta denganku agar kalian lulus !!! ”, Ucapku tegas pada mereka ber-4.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesaat mereka-pun terdiam tanpa kata, apalagi Risya dan Astrina yang sangat keberatan karena masih perawan. Sementara Lita dan Fitri sudah sering bersetubuh dengan pacarnya. Aku meminta mereka memikirkanya dulu dan menujarnya besok pagi. Aku pulang dengan penuh kemenangan dan menanti esok hari dengan hati yang berseri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari yang indah itu datang bersamaan dengan datangnya SMS dari Lita yang menyatakan mereka mau menerima persyaratanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Risya dan Lita di pagi hari serta Fitri dan Astrina di sore hari, aku membagi mereka menjadi dua eksekusi dan masing-masing dengan satu perawan. Aku langsung menyuruh Risya dan Lita menuju hotel yang sudah aku booking. Begitu masuk kamar, mereka langsung gugup. Saat itu mereka gugup karena melihatku hanya memakai handuk dan memasang aksi siap bertempur diatas kasur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku langsung menyuruh mereka melepaskan semua seragam sekolahnya dan menyisakan CD dan BHnya saja. Risya tampak takut dan malu walau akhirnya membugili tubuhnya, berbeda dengan Lita yang sepertinya terbiasa bersetubuh. Sebagai gambaran, Risya cukup manis, berkulit kuFit langsat dan kutilang darat. Sedangkan Lita kebalikanya, dia putih, cantik dan berbody semok dengan tinggi 165cm bahkan dadanya jumbo untuk ukuran anak SMA sekitar 34 B.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Risya disebelah kiriku dan Lita disebelah kananku aku peluk dengan perasaan seperti raja yang diapit permaisuri dan selirnya. Aku ciumi bibir Risya dan langsung aku remas buah dada-nya yang imut, sementara Lita aku suruh memainkan bagian bawah tubuhku. Dengan sigap Lita membungkuk dan membuka handukku dengan mulutnya, menjilati penis-ku seperti sebuah lolipop sambil mengocoknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terkejut denga keterampilanya dalam memainkan penis, mungkin sudah biasa pikirku. Sementara Risya mulai terbawa arus dan membalas ciumanku dengan hisapan dan belaian diperutku. Tangan kiriku inten meremas dan memainkan buah dada Risya sementara tangan kiriku mengelus dan menggesek belahan pantat Lita yang masih terbungkus celana dalam,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Eummm… Ssss… Aghhhhh… Pak… Oughhh… ”, desah Lita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ris, biasa saja seperti Lita tuh lahap banget, anggap saja aku pacarmu ”, ucapku mengarahkan Risya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Iya Pak, tapi sambil menutup mata ya Pak ??? tanya Risya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Yaudah terserah kamu aja deh Ris… ”, ujarku</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu Risya-pun mengambil dasinya dan menutup matanya. Tidak kusangka kini Risya-pun dengan liarnya mulai menciumku bahkan tidak sungkan menjilati seluruh leher dan dadaku sambil menungging. Kini kedua tanganku sibuk mengelus dua Vagina para gadis ini, tangan kiriku mengelus Vagina Risya dan tanagn kanan-ku mengelus Vagina Lita. Kemudian aku-pun menarik dan melepasakan celana dalam mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sehingga kini nampak sebuah 2 gundukan Vagina yang lembut dan ditumbuhi rambut keriting khas wanita. Saat itu aku melihat dua-dua-nya sama indahnya, mana yang akan aku eksekusi duluan? Aku memilih Risya untuk menjadi yang pertama serta Lita menjadi pembimbingnya sambil memberikan rangsangan tentunya. Kemudian dngan perlahan Risya-pun mengambil posisi WOT (wwomen on top) dengan meraba karena matanya masih tertutup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu sementara Lita mengarahkan Penisku ke dalam vagina Risya dan memasukkanya pelan-pelan,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Oughhhhhh…. Ssssssss…. Sakit Pak… ” jerit Risya merasakan sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mnedengar jeritan Risya kemudian Lita-pun menutup mulut Risya dengan menyumpal memakai celana dalamnya. Kini Penis-ku langsung merobek selaput dara Lita, sementara Lita memegangi pinggang Risya dan menggerakkanya maju mundur. Risya hanya bisa bergumam dan merintih menahan perih tetapi tidak jelas terdengar. Gilak, benar-benar nikmat sekali Vagina perawan ini, rasanya seperti diremas remas Penisku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah beberapa saat bergoyang dan semakin becek, Lita-pun melepaskan celana dalamnya dari mulut Risya hingga terdengarlah suara,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Oughhh… Aghhh… Ssssss… Aghhhh… ”, desah Risya terdengar sangat nikmat dan merdu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nampaknya saat itu Lita sepertinya terangsang hebat, mendadak dia mengambil bantal yang mengganjal kepalaku dan mendadak duduk berjongkok diatas wajahku. Kurang ajar nih murid, masa wajah gurunya di kasih pantat, sunguh Improvisasi yang sanagt hebat. Saat itu aku tahu apa maksudnya. Kemudian aku-pun langsung menjulurkan lidah dan menjilati Vagina-nya dengan lahap, dan Sementara Lita dan Risya berciuman dan saling meremas memainkan puting.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hati aku berkata, ini namanya pemaksaan yang berakhir dengan kenikmatan dan kerelaan nih, hha. Lanjut,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka berdua-pun mendesah bersahutan, dan saat itu Vagina Risya mendadak menyemburkan lendir kawinnya serta menyerahkan tahta penis-ku kepada Lita. Seperti tidak sabar, Lita langsung menggoyang penis-ku dengan cepat, dalam dan ada kedutan seperti mengenyot dari dinding Vagina-nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mendesah dan karena sudah bernafsu, mulai tanpa malu melumat bibirku dengan ganasnya sambil mengarahkan tanganku agar menyentuh Vagina-nya. Nampak di mataku saat itu darah segar perawa Risya masih menetes dan melekat di jariku, kmeudian Risya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Pak, aku sudah mengorbankan perawanku, maka nilaiku harus 9 ya Pak !!! ”, ucapnyapadaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Siap deh Ris, pokoknya beres, Emuaaachhh… ”, ujarku kemudian aku melumat bibirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Dasar bapak ini, kalau dari awal cuma minta dikelonin, bapak nggak usah pakai nyiksa kita-kita buwat pana-panasan segaka Pak ? ”, oceh Lita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Udah nggak usah banyak omomg, udah buruan goyangin bapak aja !!! ”, ucapku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian saat itu kami-pun terus bergulat nikmat, dengan berbagai posisi sex hingga akhirnya aku tidak kuat menahan badai klimaks di sekujur tubuhku. Dengan cepat Lita melepaskan penis-ku dari cengkeraman Vagina-nya dan menarik wajah Risya untuk melumat penis-ku hingga menthok di tenggorokan serta menahannya agar tidak bergerak,</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Crotttttttt… Crotttttttt… Crotttttttt… ”,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhirnya seluruh air maniku tertumpah dalam mulut Risya, bahkan saking begitu banyaknya pejuhku, Riysa-pun sampai tersedak. Risya yang tak sempat berpikir dan tidak tahu tampak marah tetapi Lita menanggapinya dengan gurauan saja. Aku tertawa saja melihat tingkah konyol mereka,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ris, kini kamukan udah merasakan air maniku, berarti kamu nggak akan bisa melupakan bapak dong Ris, hhaaa… ”, ucapku girang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ya iyalah, nggak mungkin aku bisa lupa sama bapak, bapak-kan udah merenggut keperawanaku dan lagi bapak mengambil keperawananku dengan paksaan, Huhh ”, ujarnya sedikit kesal nampaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena hubungan sex ini, akupun jadi teringan dengan kata-kata seorang filosofi yang mengatakan “ Sex membuat pelakunya menjadi rilex dan dekat ” ternyata pernyataan itu benar! Kami akhirnya kembali berpelukan, saling bercerita terutama saat praktek kemarin sambil menunggu Astrina dan Fitri mengaplaus mereka. Dalam perbincangan itu, terbersit sebuah fakta bahwa mereka sebenarnya mau dan senang banget melayaniku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena saat itu mereka ber-4 sempat bertaruh siapa yang dapat menaklukkan hatiku, tetapi jika harus bersetubuh bersama, mereka risih dan malu walau mereka sudah terbiasa mandi bersama,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Enakan juga sendirian Pak, kan kita bisa bebas mengekspresikan diri dengan gaya sex apapun ”, ucap Lita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Bener juga tuh Pak kata Lita,hahaha ”, ucap Risya menambahkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rupanya kekesalan tadi hanya sandiwara saja, mendengar perktaan Risya aku yaki dia tidak menyesal memberikan keperawananya padaku. Lalu,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Yaudah kalian kasih kabar ke Fitri yah biar dia datang sendirian dan bebas berexpresi seperti kata kalian ”, ujarku pada mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ah bapak nggak adil banget sih, masak kita barengan mereka sendiri-sendiri ”, ucap Lita protes padaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Udah kalian jangan iri, kapan-kita kita sambug lagi ”, ujarku dengan percaya dirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saaat itu hatiku berbunga-bunga disanjung oleh 2 ABG yang cantik dan hot ini, bahkan aku menjadi tahu bahwa disekolah itu aku menjadi guru favorit untuk para siswi dan cemburu buta kepada kepala sekolah (Linda) karena gosip itu. Karena Fitri hampir datang, mereka berpamitan untuk pulang dan tanpa sungkan meminta uang transport kepadaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dasar ABG jaman sekarang, ucapku dalam hati. Tidak lama setelah Lita dan Riya pergi terdengar ada ketukan pintu,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Thok… thok… thok… ”, suara ketukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu aku bergegas membuka pintu kamar dan mendapati sesosok ABG berseragam putih abu-abu dengan memakai helm putih. Yah dia adalah Fitri, asli sunda dan bertubuh sangat sempurna melebihi usianya. Berkulit putih, berwajah cantik khas wanita Sunda, tinggi 168 cm dan berbody sangat yahud. Maklum Fitri suka dance dan mahir tari jaipong yang otomatis membentuk tubuhnya menjadi singset dengan pantat yang sintal dan nungging.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa Malu dia masuk dan sama sekali tidak terkejut dengan keadaanku yang hanya memakai celana dalam saja. Ternyata fitri adalah gadis bispak dan itu dia lakukan untuk membiayai sekolahnya karena disini dia ikut pamannya dan tidak pernah dikirimi uang oleh ortunya. Lalu,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Hemmm… kini aku harus memanggil bapak, Om atau Mas nih ??? ”, Tanya Fitri membuka obrolan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Mas aja deh biar kelihatan masih muda Fit ”, ujarku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Oh iya aku mandi dulu ya Mas biar wangi n hot, hhe… ”, ucapnya sembari melepaskan seragam SMA-nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wow… indahnya tubuh Fitri, kulitnya mulus , buah dada-nya membulat sempurna dan Ouhhhh belaahan pantatnya seperti buah apel super para pembaca. Saat itu bahkan aku sampai menelan ludah mengagumi keseksianya, penis-ku mengeras dan nafasku memburu ingin segera menikmati tubuhnya. Fitri masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan semprotan shower tanpa menutup pintu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Layaknya sebuah pertunjukan striptease, Fitri melenggak-lenggok menari sambil memainkan shower dengan hot-nya. Aku sudah tidak tahan dan langsung membuang handuk serta celan dalam yang sebenarnya baru aku kenakan saat membuka pintu. Aku menghampirinya dan langsung memeluk tubuh basahnya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Hahaha… kamu udah nggak kuat ya Mas ? ”, ucap-nya manja dan centil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu nakal banget ya Fit ternyata, sampai-samapai aku nggak tahan ngelihatin kamu ”, ucapku sembari meraba tubuhnya yang sexy sekali itu,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ hahaha, kemarin Mas ngerjain aku lari sampai lemes, sekarang Mas aku kerjain gantian, hha… Weeek… ”, ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ohhh gitu ya, rupanya kamu ingin membalas ya, hha… oke deh… ? Ucapku sambil mencubit putingnya yang mengacung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu kami langsung berpelukan erat dan beradu bibir dengan hot sambil meraba menjelajahi tubuh halusnya, sangat nikmat dan busa sabun cair membuat suasana semakin mesra. Membuat elusanku semakin lembut, licin dan nyaman. Pantatnya menggeliat menggelitik penis-ku membalas perlaakuanku yang terus-terusan meremas dan memainkan buah dada bulatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gilakkk, bisa-bisa aku tidak kuat jika harus terus bercumbu dengan Fitri yang hot ini. Apalagi staminaku sudah terkuras oleh Lita dan Risya. Buru-buru aku menggendong tubuhnya dan melemparnya keatas kasur serta langsung menindihnya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Aghhh… Mas jorok ah, Fitri kan masih penuh busa sabun?? ”, ucapnya protes padaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Udah biarin aja sih Fit, ntarkan juga dibersihkan sama orang hotel ”, ujarku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu aku melumat habis kedua buah dada-nya, meremas dan terus memilin putingnya yang merah mengacung. Fitri terus melenguh dan memejamkan mata menikmati setiap detik cumbuanku. Kebawah aku terus mencium dan menjilat lembut kulitnya, menyusuri perut hingga ke selangkanganya. Jembutnya begitu lembut, tidak terlalu keriting bahkan hampir lurus… aku tergoda sekali dan melahapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku cium bibir vaginanya sambil menggigit mesra dengan bibirku,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Oughhhhhh…. Sssssssssshhh… ”, desah Fitri sembari menjambak rambutku lirih.</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ssss… geli Mas, jangan begitu aku malu Mas, Aghhh… ”, sambungnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Tapi enak kan Fit, hhe… !!! ”, ujarku sambil sengaja menggigitnya agak kuat dan memasukkan ujung jari telunjukku kedalam Vagina-nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ouhhhh… agh… Agh… Aaaghhhhh… ”, dsahnya sembari membelai rambutku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kurasakan saaat itu tidak ada rasa amis atau-pun asin di Vaginanya, sangat bersih dan terawat semakin terasa lezat dan memikat. Aku mulai memaju mundurkan jariku, mengocoknya dan menggelitik ruang di Vaginanya dengan memutar-mutar jariku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Oughhhhh… Mas, buruan masukin aja kontol kamu ”, pintanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Sabar dulu ya Fitri sayang, bentar lagi yah… ”, ujarku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu aku-pun mempercepat kocokanku dan semakin dalam, terus hingga jariku tidak tersisa. Mendadak gerakan tubuhnya menjadi liar dan binal, pantatnya naik turun dengan kepala mendongak keatas serta kaki menendang-nendang tubuhku. Aku tetap mengocoknya, terus dan teruuuuuuuuuuuuuuuss hingga muncratlah lendir kawinnya ke bibirku. Fitri-pun bergumam dan terengah dengan tubuh yang semakin basah, basah oleh air dan bercampur dengan keringat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak ingin kehilangan momen, aku langsung membuka paahanya lebar-lebar, mengganjal pantatnya dengan bantal kemudian langsung menyerangnya dengan penis-ku</div>
<div style="text-align: justify;">
,</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Blesssssssssssssss…. ”,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhirnya penis-ku melengkung memasuki Vagina-nya, menandakan Vagina-nya masih sempit dan butuh dorongan ekstra untuk menerobosnya. Dengan cara maju-mundur berulang kali dan semakin cepat. Kedua buah dada kenyalnya berayun naik turun dengan indahnya, menggoda aku untuk meremasnya. Aku kunci posisi pahanya dengan kakiku dan aku arahkan kedua tanganku untuk menjamah dan memerah susunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian aku-pun meremas kuate-kuat buah dada-nya, dan sekalian untuk berbegangan ketika aku menggenjot Vaginanya,</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Oughhh… yeahhhh…. enak banget kontol kamu Mas ”, ucapnya memujiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Aghhh… Ssssss…. aku mau kok sering-sering memuaskan kamu Fit… Sssss… ”, ucapku merayu sembari terus menyodok Vagina Fitri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Sssss… Oughhhh… kenapa gak dari dulu Mas kamu ML sama aku, aku-kan bentar lagi lulus ”, ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Enakan kalau kamu udah luluslah Fgit, jadi kita bisa bebas mau ngapain aja, Oughhh… ”, ujarku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu aku menggenjot semakin keras, mendorong maju hingga membuat pantatnya terangkat dan melengkung dibagian perut. Aku merasakan rongga Vagina Fitri lebih dalam daripada Vagina-nya Risya dan Lita. Vagina Fitri sangat nikmat, seluruh penis-ku tertelan hingga tanpa sisa sedikitpun. Beberapa menit dalam persetubuhan kami, kurasakan Vagina Fitri menyemburkan lendir kawinya yang hangat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal itu membuat Vagina-nya terasa semakin licin dan nikmat sekali. Setelah dia mendapatkan orgasme pertamanya, diapun meminta untuk berganti Posisi,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Masss, aku mau diatas dong ”, pinta Fitri merengek.</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Bentar lagi yah Fit ”, ujarku menahan keinginanya sebentar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku benamkan semakin dalam, terus naik-turun dan,batang kejantanku berdenyut kencang seakan mau menyemprotkan air mani. Buru-buru aku kembali mengatur tempo seranganku, sejenak berhenti dengan alasan memberinya kesempatan berposisi WOT,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Hemmm… Alasan… ”, ucap Fitri nampaknya tahu kalau aku tadi akan orgasme.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Fitri-pun mulai menelan penis-ku dengan Vagina-nya. dengan tangan bertumpu di dadaku, Fitri langsung menggoyangkan pantatnya dengan cepat. Memutar ke kiri dengan cepat, seperti goyangan ngebor Inul, sangat ahli memutar pantat, pujiku dalam hati. Jujur aku belum pernah merasakan goyangan ngebor yang secepat goyanganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sangat terangsang, merasa geli sekali dan cenut-ceut di palkonku. Spontan aku memencet putingnya dan menariknya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Aghhhh… Aowwww….Aduh, sakit Mas… hhu… ”, racaunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Maafin aku ya Fit, maaf aku nggak sengaja ”, Ujarku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fitri tahu bahwa aku tidak tahan diperlakukan demikian, setelah mengatur posisi Fitri kembali bergoyang cepat tetapi dengan gerakan naik-turun,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Oughhh… Ughhhh… Sssss… ”, desahnya penuh birahi,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini kami kembali bersetubuh dengan goyangan yang berimbang, tdan kosntan. Kira-kira sekitar 10 menit kemudian, batang penis-ku kembali berkedut kencang dan rasanya aku tidak kuasa untuk menahan nikmat yang luar biasa ini,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Oughhhh… Croottt… Croottt… Croottt… Croottt… Aghhhhh… ”,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Lincah sekali goyanganmu Fit, sungguh luar biasa sensasinya ”, Pujiku kepada Fitri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Eummm… keluar didalem kog nggak ngomong-ngomong sih Pak ntar kalau aku hamil gimana ”, Ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Maaf ya Fit habisnya aku nggak kuat nahan tadi… hehe… ”, ujarku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Hemmm… yah Bapak berdoa aja biar aku nggak hamil… weeeekkk… ”, ucapnya genit sembari mencubit pipiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tubuh Fitri ambruk menindihku, nafasnya terengah dengan detak jantung yang berdetak kencang. Kami berbincang mesra sambil saling berpelukan. Mendadak Fitri terperanjat begitu melihat jam sudah menunjukkan angka 16:20 Wib. Buru-buru dia mencuci muka, memakai seragamnya dan berpamitan pulang karena tidak mau dimarahi ibunya yang cerewet. Aku tidak sempat mengucapkan terima kasih atau apalah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu Astrina tidak datang menemuiku di hotel, membuatku menunggu dan semalaman tanpa kegiatan. Aku tidak tahu mengapa, tetapi aku sangat kecewa dan geregetan. Di sekolah diapun tidak ada, saat aku tanya pada Risya dan yang lainya mereka kompak menjawab tidak tahu. Sialan aku dikerjain sama Astrina. Gumamku dalam hati!! Disiang harinya, saat hampir semua guru dan murid sudah pulang tiba-tiba Astrina menghampiriku di ruang guru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia memintaa maaf karena semalam tidak bisa datang dan baru bisa menemuiku siang ini karena mendadak harus kerumah neneknya yang sedang sakit keras. Dan dia memohon untuk memberikan nilainya dulu serta berjanji akan menggantinya dilain waktu. Karena tidak tega aku mengiyakan saja karena kebetulan staminaku sedang loyo kecapean menunggu. Pengalamanku ini hanya sebuah awal yang membuat kehidupanku berubah total, terutama dalam bidang sex dan wanita. Selesai.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-31463003059484758732016-11-16T02:11:00.001-08:002016-11-16T02:11:27.880-08:00Memek Gelandangan ku Jajal Juga<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhub0Sc6w-Lr108UqZOrdGXZe767bvP-_reak6_Y-nRCsXi_LLqdJwk3D9yhgiSD498rrX09W4CKIYQy-Maz1QY5K-J4IVm1uEh-y_upI_f_VUxu3nn8GgwwmE9ci-SRM_Vk32osRdgFiKT/s1600/Memek+Gelandangan+ku+Jajal+Juga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Memek Gelandangan ku Jajal Juga" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhub0Sc6w-Lr108UqZOrdGXZe767bvP-_reak6_Y-nRCsXi_LLqdJwk3D9yhgiSD498rrX09W4CKIYQy-Maz1QY5K-J4IVm1uEh-y_upI_f_VUxu3nn8GgwwmE9ci-SRM_Vk32osRdgFiKT/s400/Memek+Gelandangan+ku+Jajal+Juga.jpg" title="Memek Gelandangan ku Jajal Juga" width="325" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Memek Gelandangan ku Jajal Juga</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Hallo saya, termasuk type laki-laki yang semua bikin gampang aja. Kenalin nama saya Rinto, dengan usia saya yang sekarang ini sudah menginjak usia 35 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita ini sungguh aku seritakan tetapi nama sudah aku ganti saja. Saya telah bekerja di suatu perusahaan , yang bergerak di bidang otomotif.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Denggan jabatanku yang sekarang ini, saya sudah termasuk karyawan yang dalam posisi ini enak dalam segala hal. Dengan fasilitas yang saya dapatkan, seperti mobil kantor dan perumahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akan tetapi dengan jabatan saya yang seperti ini , saya masih saja belom menikah. Sehingga ketika saya sudah bekerja saya gak langsung pulang rumah , tetapi saya berkeliling dulu untuk jalan-jalan dan refresing saja untuk mencari hiburan sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah ini berawal saat saya sedang pulang bekerja,dan habis jalan-jalan menyusuri kota kisaran pukul setengah 1 malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat saya sedang melaju kencang , tiba-tiba saya menyrempet seorang anak gadis yanhg bersama ibunya sedang menyusuri jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan cepat untung saja saya menginjak rem sehingga anak gadis itu tak terluka parah . Hanya mendapat luka ringan saja, saat gadis itu jatuh ke tanah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya udah mbak, sekarang saya antar Mbak pulang, dimana rumah Mbak?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak usah Tuan, si mbok tidak usah diantar”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa Mbak, ini kan sudah malam, tidak apa-apa Mbak saya antar ya?” Si Mbak ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan saat dia mau menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil sambil membawa daun talas. “</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini Mbok daun talasnya, biar luka Mbak Anik cepat sembuh”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu itu menerima daun talas dari gadis itu, meremas dibagian ujung dan mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Anik. Tapi, Setelah selesai mengoleskan, si Mbak itu mengandeng Anik dan adiknya mau pergi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum melangkah jauh, saya hadang dan berusaha untuk mengantarnya pulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Si Mbak mau pulang.., saya antar ya Mbak, kasihan Anik jalannya pincang”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak usah Tuan, si Mbok..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa Mbak, jangan malu –malu , ini kan sudah malam, kasihan Anik Mbak..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Si Mbok ini tidak punya rumah Tuan, si mbok cuma gelandangan”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sempat benggong mendengar jawaban si Mbak ini, akhirnya saya putuskan untuk mengajaknya ke rumah saya walaupun hanya untuk malam ini saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terus terang saya kasihan kepada mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya sudah Mbak, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudahlah Mbak ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak Anik”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari informasi yang saya dapatkan didalam mobil selama perjalanan pulang, si Mbak ini ternyata di usir sama suaminya saat mengandung adiknya Anik, yang akhirnya saya ketahui namanya Nita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Si Mbak ini yang ternyata namanya Nandar, usianya sekitar 40 tahun, dan anaknya si Anik umurnya 15 tahun sedangkan Nita baru 12 tahun. Anik sempat lulus SD, sedangkan Nita hanya sempat menikmati bangku SD kelas 5 saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Mbak Nandar bercrita kepada saya. Sesampai dirumah, Mbak Nandar dan kedua anaknya langsung saya suruh mandi dan makan malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata si Mbak, Anik dan Nita tidak membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap yang tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Si Mbak memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan Anik dan Nita sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Besok yang kebetulan hari minggu, saya memang mempunyai rencana membelikan baju untuk mereka bertiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya memang tipe orang yang tidak bisa melihat ada orang lain menderita. Kata temen-temen sih, saya termasuk orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Anik dan juga kamu Nita makan yang banyak ya.. biar cepet besar..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Inggih Tuan.., boleh tidak kalau Nita habiskan semuanya, karena Nita sudah 2 hari tidak makan”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Boleh nduuuk.., Nita dan Anik boleh makan sepuasnya disini”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mulai dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan malam selesai, ketiganya saya suruh tidur di kamar belakang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar jam 1 malam setelah saya selesai nonton acara TV yang membosankan, saya menuju ke kamar belakang untuk meneggok keadaan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika saya masuk kekamar mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat saya melihat daster Mbak Nandar yang tersingkap sampai ke pinggang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata dibalik daster itu, Mbak Nandar ku ini memiliki paha yang betul-betul mulus dan dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian depannya terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan kontolku yang masih perjaka ini langsung berontak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah agak tenang, tanganku langsung bergerilnya mengelus paha mulus Mbak Nandarku ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah puas mengelus pahanya, saya mulai menjilati ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Saya sempat mau muntah ke Anik mulai menjilati klitorisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di depan tadi kan saya sudah bilang kalau CD Mbak ku ini sobek dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan yang bikin saya mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah sekitar 13 menit saya jilati itilnya dan ternyata Mbak Nandarku ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu capek shingga tidurnya pulas banget, saya mulai keluarkan kontolku dan mulai saya gesek-gesekkan di clitnya. Saya tidak berani melapas CDnya takut dia bangun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya.. saya hanya berani mengocok kontolku sambil memandangi clit dan juga teteknya. Ternyata Mbak Nandarku ini tidak memakai BH sehingga puting payudaranya sempat menonjol di balik dasternya. Saya tidak berani untuk memeras teteknya karena takut Mbak Nandar akan bangun. Sedang asyik-asyiknya saya mengocok kontolku, si Anik bangun dan melihat ke arahku. Anik sempat mau teriak dan untung saja saya cepat menutup mulutnya dan memimta Anik untuk diam. Setelah Anik diam, berhubung saya sudah tanggung, terus saja saya kocok kontolku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anik yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil melakukan aktivitasku, saya pandangi si Anik, gadis kecil yang benar-benar polos, dan saya lihat sesekali Anik melihat mata saya terus berpindah ke paha ibunya yang sedang saya elus-elus berulangkali. Setelah sekitar 8 menit berlalu, saya tidak tahan lagi, dan akhirnya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“.. croot.. crrott.. croot..” ada 6 kali saya menembakkan pejuhku ke arah itil Mbak Nandarku ini. Saat saya keluarkan pejuhku, si Anik menutup matanya sambil memeluk kedua kakinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat itulah saya tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan ternyata.., Anik tidak memakai CD. Saat saya sedang melihat memeknya Anik, dia bilang.. “Tuan.. kenapa pipis di memeknya siMbak”. saya sendiri sempat kaget mendengarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Nduuuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan. .. Anik kdingingan.., Anik mau pipis.. tapi Anik takut ke kamar mandi..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya.. sudah Nduuuk.. ayo saya antar ke kamar mandi”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anik kemudian saya ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Saya sendiri juga pengen pipis, terus Anik saya suruh jongkok didepanku. Anik kemudian mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari memeknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya selesai, Anik saya gendong dan saya dudukkan di pinggir ranjangku. Lalu saya peluk dan saya belai lembut rambut panjangnya yang sampai ke pinggang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. Anik belum cebok.. nanti memeknya Anik bau lho.. Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak apa-apa Nduuuk.. biar nanti Tuan yang bersihin memeknya Anik.. Anik bobok disini ya.. sama Tuan mu ini..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Anik saya angkat dan mulai saya baringkan di ranjang empukku ini. Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan juga payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus pahanya..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. kenapa mengusap-usap kaki Anik yang lecet..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh iya Nduuuk.. Tuan lupa..”. Tahu sendirilah, saya memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi Anik, gadis kecilku ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 15 tahun yang begitu polos, dan dia diam saja keAnik tanganku mengelus-elus seluruh tubuhnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian saya jongkok diantara kakinya dan mulailah saya singkap rok yang dipakai Anik sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah dihadapanku seorang gadis kecil usia 15 tahun denga bibir kemaluan yang masih belum ditumbuhi bulu. Setelah pahanya saya buka, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan jari telunjuk dan Ibu jari saya berusaha untuk menguak isi didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang tadi itu lho dan juga agak mengkilap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ku Jajah Memek Gelandangan </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanganku pun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali saya pijit, pelintir dan saya tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya tiksaya ini ukurannya tidak kalah sama ibunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aduuh.. Tuan.. memeknya Anik diapain.. Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tenang Nduuuk.. tidak apa-apa.. Tuan mau nyembuhin luka kamu kok.. Anik diam saja yaa..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Inggiih.. Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Anik tenang, sayapun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Anik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. jangaan.. Anik malu Tuan.. memek Anik kan bau..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai saya kocok-kocok dengan pelan. Anikpun mulai menggelinjang dan mengangkat-angkat bokongnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pun mulai menyedot memeknya Anik dengan kuat dan saya lihat Anik menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. geli Tuan.. memeknya Anik diapain sih Tuan.”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayapun tidak peduli dengan keadaan Anik yang kakinya menendang-nendang dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku sampai sobek disana sini. Dan akhirnya..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. sudah Tuan.. Anik mau pii.. piis dulu Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan tidak lama kemudian</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“cuuuurr…cuuur….criit…criiit..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Saya berusaha sekuat tenaga untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama kali ini dikeluarkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, sayapun tiduran disebelahnya dan kurangkul saja dia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. maafin Anik ya.. Anik tadi pipis di mulutnya Tuan.. pipis Anik bau ya Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak apa-apa Nduuuk.. tapi Anik harus dihukum.. karena udah pipis dimulut Tuan..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Anik mau dihukum apa saja Tuan.. asalkan Tuan tidak marahin Anik..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hukumannya, Anik gantian minum pipisnya Tuan.. mau tidak..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya saya keluarkan kontolku yang sudah tegang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu kontolku sudah saya keluarkan dari CDku, Anik yang masih terlalu polos itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Saya lihat wajah Anik agak memerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah saya lepaskan kedua tangannya, saya sodorkan kontolku kedepan wajahnya dan saya suruh Anik untuk memegangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Nduuuk.. ayo dipegang dan dielus-elus..! “Inggih Tuan.. tapi Anik malu Tuan.. Anik takut Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak apa-apa Nduuuk.. ini tidak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduuuk..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Nduuuk.. kontolnya Tuan mu ini diemut ya..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi Tuan.. Anik takut Tuan.. Anik jijik Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak apa-apa Nduuuk.. diemut saja seperti saat Anik ngemut es krim.. ayo nanti Anik Tuan kasih es krim.. mau ya..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Benar Tuan.. nanti Anik dikasih es krim..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Iya Nduuuk..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anik pun jongkok diantara paha saya dan mulai memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku mengenai giginya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Nah gitu nduuuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuuk..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil Anik mengoral kontolku, kaos lusuhnya Anik pun saya angkat dan saya lepaskan dari tubuh mungilnya. Saya elus-elus teteknya dan kadang saya remas dengan keras.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saya gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar 12 menit kemudian, saya rasakan kontolku sudah berdenyut-denyut. Saya tarik kepala Anik dan saya kocok kontolku dimulut mungilnya.. dan.. saya tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jruuoooot…croot.. croot.. croot.. cruut..!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Anik dan hanya sedikit yang menetes keluar dari mulutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. pipisnya banyak banget.. Anik sampai mau muntah..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Iyaa nduuuk.. tapi enak kan.. pipisnya Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Inggih Tuan.. pipis Tuan kental banget.. Anik sampai tidak bisa telan.. agak amis Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir setiap hari saya fitnes. Menuku setiap hari susu khusus lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan juga suplemen protein.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi ya wajar kalau sperma saya kental dan agak amis. Kemudian saya peluk gadis kecilku ini dan sesuai janjiku dia saya kasih es krim rasa coklat mocalate.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah habis Anik memakan es krimnya, dia saya telentangkan lagi diranjangku. Terus saya buka lagi pahanya dan saya mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja saya penasaran sebelum membobol selaput daranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. mau ngapain lagi.. nanti Anik pipis lagi lho Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak apa-apa Nduuuk.. pipis lagi aja Nduuuk.. Anik mau lagi khan es krim..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mau Tuan..”. Setelah saya siap, pahanya saya buka lagi lebih lebar, dan saya mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk sedikit, tiksaya meringgis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. memek Anik diapain.. kok sakit..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa mantap, saya tekan dengan keras. Saya rasakan ujung kontolku merobek selaput tipis, yang saya yakin itu adalah selaput daranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuaaan.. sakiit..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Langsung saya peluk Anik, kuciumi wajah dan bibir mungilnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak apa-apa Nduuuk.. nanti enak kok.. Anik tenang saja ya..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kudiamkan beberapa saat, saya mulai lagi memompa memeknya dan saya lihat masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Tuan.. ahh..” itulah yang keluar dari mulutnya Anik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Auuhh.. oohh.., Tuan.., periih.., aahh.. gelii Tuan.. aahh..,”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil saya terus menusuk-nusuk memeknya, saya selalu perhatikan wajah imutnya Anik. Sungguh pemandangan yang luar biasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau saya lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua kaki Anik pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Auuhh.. oohh.., Tuan.., aahh.. ooh.. aahh, Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda tiksaya sebentar lagi orgasme.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kepala Anik pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 15 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Tuan.. ahh..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. Anik mau pipiiss.. Tuan..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“cuuuur, , , cuurr. . . . .criit…..criiiittt…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kontolku seperti disiram air hangat..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya peluk sebentar tiksaya untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, saya lumat-lumat bibir mungilnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Maapin Anik ya Tuan.. Anik pipis dikasurnya Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Anik malu Tuan.. udah besar masih ngompol di kasur..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak apa-apa Nduuuk.. .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tuan juga mau pipis di kasur kok..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sendiri sudah tidak tahan. Kakinya saya angkat, lalu kuletakkan di pundakku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan saya mulai mempercepat sodokan kontolku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.. Anik capek.. Anik mau bobok.. Tuaan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya nduuuk.. Anik bobok saja yaa..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Memeek Anik periih.. Tuaan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ku tekan keras-keras kontolku ke liang ke nikmatannya dan kutarik bokongnya dan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jroooot. . . croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya muntahkan pejuhku kedalam rahimnya. Saya cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuan.., kenapa Tuan pipis diperutnya Anik.., perut Anik jadi hangat Tuan..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya nduuuk.., biar kamu tidak kedinginan.., ayo sekarang Anik bobok ya.., sini Tuan kelonin..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Inggih Tuan.., sekarang Anik capek.., Anik pengen bobok..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya perhaAnikn memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum saya perawanin. Saya peluk dia dan saya cium dengan mesra Anik, si gadis kecilku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya dan Anik pun akhirnya tertidur dengan pulas. Sekian .</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-38637841993424103062016-11-16T02:08:00.001-08:002016-11-16T02:08:45.630-08:00Sindikat Suster <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxyfYB0BM3_Ljn4NZYYoIoshw54lPpy8RsS4vcIKjt2eBkhcAyh0lifFA_BiP_9UU_dTGT17h6jVZ83v-6Zn5dKLELdQ9Qh40Raww6DGJVQ56-2rrvT9v56bpEUMXaHmSs5w9ay_9Xtpdq/s1600/Sindikat+Suster.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Sindikat Suster " border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxyfYB0BM3_Ljn4NZYYoIoshw54lPpy8RsS4vcIKjt2eBkhcAyh0lifFA_BiP_9UU_dTGT17h6jVZ83v-6Zn5dKLELdQ9Qh40Raww6DGJVQ56-2rrvT9v56bpEUMXaHmSs5w9ay_9Xtpdq/s400/Sindikat+Suster.jpg" title="Sindikat Suster " width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Sindikat Suster </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Tinggal di rumah sakit memang sangat menjenuhkan karenan hanya bisa terbaring saja di ranjang. Namun ada suat hal, yang bisa menjadikan para perawat ini menjadi teman yang asik dan menyenangkan. Hanya ini bisa terjadi untuk kamar yang kelas atas istlah nya kamar VIP di rumah sakit.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Mencuri waktu dengan tamu yang berkunjung atau dari keluarga bisa menjadi tantangan dan menambah sensasi. Saat itu telah menjelang malam hari, ruangan di sekitar sudah begitu sepi dan untuk jam berkunjung sudah tutup. Kemudian para perawat telah berganti jam kerja dan disini hanya bengong saja karena sulit untuk tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan hanya terdengar suara bunyi dari kibasan AC saja. Kegundahan mulai menerpa, sudah 1 minggu sejak menjalani operasi patah rusuk gara-gara mobil menabrak sebuah pondasi rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Joni yang begitu sering di panggil namanya dan di acuma hanya bisa terbaring di ranjang dengan terlentang. Kebiasaannya hanya nonton acara tivi saja yang membosankan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian dia berpikiran untuk menekan-menekan tombol, yang ingin memanggil para perawat yang jaga. Tak lama kemudian, ada suster yang cantik masuk ke kamar inap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bisa saya bantu Bapak..”?ucap suster yang mendekati Joni.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saya mau ke kamar mandi suster. . .tapi gak bisa ?”jawab Joni.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan wajah yang menahan air kencing nya , dan dengan wajah yang nyengir meringis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian perawat itu dengan bertubuh yang seksi dan sintal , berambut indah segera mengambil tempat kencing. Kedua tangan perawat itu, sedikit mengangkat sedikit pinggulnya yang bobot nya lumayan berat kisaran 73 kg.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu segera perawat membukakan celana kolor yang dikenakan. Ternyata ini moment yang din anti-nantikan Joni yang telah lama di rencanakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Lho. . . .Suster, kok bisa jadi begini ya. . ?”ucap Joni.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan senyuman simpul Suster melihat kontolnya yang mengacung tegap. Dan ternyata dengan rencana awalnya mendapat simpati dan respon. Perawat itu kemudian kembali tersenyum dengan melihat kontol yang perkasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lha emang nya kenapa Pak…?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Mau saya bantu. . . ?”jawab perawat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Joni yang dari awalnya memancing dulu, sontak begitu kaget dengan jawaban perawat itu. Lalu dengan jawaban yang singkat joni berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
” saya mau nya pakai mulut, sus. . .?”ujar Joni.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian tempat pipis yang di jadikan sebagai modus Joni, di singkirkan oleh suster. Dengan nama Cika,yang di baca di dadanya di sering memanggilnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cika kemudian beralih tempat ke samping sisi kiri ranjang dan duduk di ranjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Perawat itu masih ada tugas yang harus di laksanakan. Dengan pelayanan yang ramah dan manis dapat di nikmati di malam hari juga selama Joni masih terbaring di ranjang rawat inap itu , dan hampir sudah seminggu dia menginap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Joni tak perlu lagi resah dengan modus yang di lakukan dengan memence tombol hanya untuk buang air kecil saja. Dan sudah berani untuk melontarkan dan to the point aja pada targetnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dari awal semenjak melihat nya , seperti nya perawat itu mudah untuk di goda dan di bayar. Dari awal memang terlihat jual mahal, namun saya memberanikan diri dan nekat aja katanya yang beberapa minggu lalu dengan mengenang sensasi dan kejadian yang di alaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Joni yang bertempat tinggal di Salatiga ini semula hanya merayu dengan membelikan pulsa 100 ribu modus untuk menemaninya saat sedang resah di malam hari. Namun dengan jawaban si Perawat itu, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ya…kalau Cuma pulsa 100 ribu saya bisa Om. . .??”ucap suster.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan jawaban yang memberikan kode, Joni malah di buat nya tertantang. Joni yang bertempat tinggal di sekitar Salatiga awal mula nya hanya merayu saja. Dengan memberikan pulsa 100 ribu, sekali iseng iseng dapat untung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun untuk berikut nya si perawat berkata:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hmmm. . .,kalau shooping gimana .. . .?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saya mau Om. . “? Ucap perawat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hmmmm. . .enaknya shoping dimana yach. . ??</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ini bukan mimpi coy. . .mungkn memang ini tugasnya yang harus di lakuin perawat yaitu utnuk melayani setiap permintaan si pasien sebaik mungkin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan godaan seperti minta shooping termasuk dalam strateginya dan usaha lainnya untuk mendapatkan uang. Dan dapat di tebak, kalo memang dengan jawaban seperti itu pasti mau di apain aja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Joni yang sekarang telah berusia 40 tahun melihat para perawat apalagi dengan si cika yang tidak beres. Si joni memang berwajah sangat pas-pasan, sangat jauh wajahnya yang di harapkan. Akan tetapi dengan uangnya dapet membeli seorang perawat dengan usia 21 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Dengan trik yang di lakukan Joni , dengan cara uang ratusan ribu utnuk memikatnya. Dengan tempat hunian raawat inap yang berkelas VIP yang begitu privasi sehingga membuat nyaman dan aman. Dengan trik yang di lakukan ternyata sangat top cer.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada waktu berikut nya, biat tambah mantap lagi Joni sepertinya menyelipkan beberapa lembar uang ratusan di balik bukunya dan serta daftar obat yang biasa di pegang setiap harinya. Dengan beberapa lembaraan ratusan itu , perawat itu kemudian tersenyum yang telah memegang buku yang di berikan oleh Joni.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu si perawat itu segera menelpon si perawat lain yang juga sedang jaga sift malam dan berpesan kemudian, untuk menuggu pasien yang butuh bantuan. Dengan jumlah seperti itu kisaran 2 juta rupiah, Joni pada transaksi seks itu berjalan dengan lancar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cika dengan nominal sepeti itu , Joni tidak maen –maen dalam memberikan uang tip. Dan sekiranya si perawat itu sempat berpikir kalau si pasien ini bukan pasien sembarangan yang harus ada penanganan kusus. Selama seminggu Joni dapat berkencan dengan perawat cantik tu untuk beberapa jam untk saja di saat kalo waktu dan tempat memungkin kan di kamar inap nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan untuk kesempatan yang sering terjadi, kesempatan yang di dapetnya saat si Cika jaga sift malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun terlihat ada waktu banyak , perawat seperti Cika ini tetap tidak menginginkan hal yang buruk dan mengambil resiko kecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena dengan beberapa rekan kerja nya pernah terhendus dan pada akhirnya di pecat tampa pesangon. Gara-gara nya ketahuan ada main dengan beberapa dokter dan pasien. Berarti ada beberapa yang sudah melakukan kencan malam inap seperti cika??</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan memang bener , ternyata ada sindikat yang mengatur adanya kencan gelap di kamar pasien yang kusus untuk kelas VIP saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang tak bi sa untuk pastikan karena dengan sikap cika si perawat bukanlah tabu. Ada beberapa dari media yang berapa tahun yang silam, mengekpos hal tersebut yang serupa di rumah sakit di Salatiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan layanan berkala itu , Cuma dengan adegan seks oral belom sampai bersetubuh naik ke ranjang. Dari sumber lain yang menceritakan, kalau perawat yang seperti itu punya kebiasaan seperti itu dengan usia di bawah 24 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Para perawat yangyang sudah memiliki daerah territorial dan kekuasaan penuh, dengan bebas masuk ke kamar pasien tanpa ada yang melarang. Dan dia juga mengusir sanak keluarga yang menjenguk dengan alasan ingin memberikan kesempatan untuk beristirahat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Permisi Bapak/Ibu. . .Bapak harus istirahat. . ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
dengan kalimat yang seperti tu. Istri yang menemani pun juga harus keluar dari kamar. Apakah benar sampingan ini dari pekerjaaan perawat di zaman sekarang?? Dan ada seorang pengawas rawat inap dengan tegas mengucapkan ,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan sangat mustahil kalo tak terjadi ada apa-apa jika mereka berkeliaran di sini saat libur, apalagi bersolek, dan tidak seperti perawat lainnya,” kata wanita itu ( Ibu Yani ).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Ibu Yani, tiap kali berkeliling, dia sering memergoki para suster seperti punya pasien pelanggan tetap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Setiap pasien-pasien lain memanggil, yang datang selalu suster Cika, tak pernah yang lain,” katanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekalipun Suster Cika tidak berada di ruang jaga, para perawat lain belum tentu berani melayani pasien ngeseks itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“kayaknya ada ada sindikat terselubung,” tambahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu Yani mengakui, sepertinya ada indikasi kuat tentang perawat di rumah sakitnya suka memberikan layanan plus-plus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa Sindikat Suster </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Rata-rata usia mereka di bawah 25, cirinya gampang, kalau tidak Ibu Yani, pastilah bertubuh tinggi dan semok montok,” kata Ibu Yani yang berusia 36 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Umumnya, pasien yang mereka jaring adalah pasien ruang VIP.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kebanyakan pasien luar kota, meskipun sering juga orang local”. tuturnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Ibu Yani juga pernah menangkap basah isi pesan pendek di layar monitor ponsel milik salah satu perawatnya. Bagian akhir kalimat SMS itu adalah nama hotel dan nama pengirim pesan, cukup membuatnya paham dengan kegiatan susternya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia tak menyangka sindikat suster bisa jauh seperti itu dan sebelumnya yang Ibu Yani tahu hanya sebatas hubungan emosi dengan dokter jaga atau pasien.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jenis perawatan spesifik yang membuat masa rawat inap cukup panjang agaknya ikut menyuburkan kasus-kasus seperti ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika pasien harus menginap sebulan, boleh jadi omunikasi dengan suster bisa sangat akrab. Tak sedikit memang pasien pria punya sikap genit dan gombal terhadap suster.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Ibu Yani, kasus-kasus seperti itu tidak hanya terjadi di rumah sakitnya saja, tapi juga di tempat lainnya.. Tak percaya? Mari main ke sebuah rumah sakit di kawasan Salatiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Roni, sebutannya adalah karyawan perusahaan jasa hiburan, suatu kali pernah menginap seminggu di ruangan VIP rumah sakit itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari awal, perawat itu menatap saya dengan pandangan nakal menggoda,” kata lelaki yang menginap di rumah sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari pertama dan kedua Roni masih biasa saja. Ia hanya berani menggoda Cika suster muda idamannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kebetulan dia yang bertugas mengawasi saya,” ujar pria ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pimpinsn Suster yang hanya berkunjung saja dan inspeksi singkat. Saat sore ada suster lain yang bernama Ninik dengan berbadan memal, menawarkan diri untuk memandikan Roni. Padahal, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dengan tangan yang di infus, sebenarnya saya bisa mandi sendiri, kok,” kata Roni.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebetulnya ia tak pernah menyangka kalau perempuan berparas manis dan berambut panjang itu berprofesi tambahan. Saat mandi itulah semua misteri tersingkap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Awalnya, Roni malu akan tetapi dengan rangsangan melupakan akal sehatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suasana yang sangat mendukung dan tak ada orang lain hanya berdua saja. Rasa suntuk dan bosan juga mulai menyergap lelaki itu. Tak terasa tangan Ninik mulai menjamah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Roni gelap mata sampai bersetubuh? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak, hanya ngocok,” tuturnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukannya dia tak mau untuk bercinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan badannya lemas, ada pertimbangan lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Enggak tega, mereka hanya pekerja sosial,” tutur Roni,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Tapi menyesal juga, kalu tak sampai bercinta dengan para perawat yang memberikan layanan extra“.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Entah sungkan atau sekadar meluncurkan jurus dagang, Ninik tak menagih bayaran. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi, Ninik yang sering pulang larut malam, jam 1 atau 2 malam,” ujar Roni.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Roni jadi tak tega hati dengan tiga lembar ratusan ribu mengucur dari sakunya, Sekadar</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“uang nemenin”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, permainan nakal tak berhenti sampai di situ. Setelah sembuh, Roni dan Nnnik masih berhubungan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Dengan hangout, nonton dan, karaoke an saja. Cium-cium sedikit, ya, ada,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi, Roni enggan bertindak lebih jauh. Duit tip yang diterima para suster itu memang tidak sedikit. Barangkali itu pula yang bisa membuat mereka membuang kebosanan di tempat-tempat hiburan yang gemerlap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sering kali dilakukan SusterSeks. Pada saat tidak bertugas di rumah sakit kemudian mengajak buat jalan-jalan di berbagai tempat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan memakai gaun hitam dengan celana bahan yang ketat. Ninik dengan tubuhnya kecil dan semampai dengan rambutnya yang sudah dipotong pendek. Saaat itu ada rekan juga yang meneriman job tambahan , dia juga seorang perawat di rumah sakit yang berbeda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namanya Lulu, dia sangat suka dengan dunia malam dan berkelakuan sama perawat lannya yang suka ngeseks. Dia tidak menarif harga bokingan nya, tetapi yang sering di kasih paling sedikit 500 ribu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang dengan tariff seperti itu sagatlah lumayan, karena Lulu tidak punya germo yang merekrutnya sehingga tariff nya gak berkurang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Dengan cara cerdas Lulu yang lumayan cerdik, untuk mendapatkan pasien kelas kakap. Lulu mendata dari daftar chek up yang menginap di ruang VIP.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalo denganpasien yang sudah paham dengan Lulu utnuk memboking nya lebih mudah. Dengan hasil data nya, dia lebih tau asal usul alamat dan uang nya pasien.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di rumah sakit dia bekerja dokter tak banyak berada di kamar chek up, dengan hanya berkonsultasi saja. Jika berbicara tentang beraa jauh Lulu memberkan layanan ekstra, dia berkata tidajk bebas kalau mengadakan transaksi di rumah sakit umum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“dan pada saat itu Lulu lebih banyak mancing untuk kencan,simple kok,” tuturnya .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama, dia akan berbuat sebisa mungkin menyentuh penis si pasien. Menurutnya, jarang sekali langkah pertama ini gagal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Langkah berikutnya, kalau pasien langsung bereaksi dan situasinya aman, dia bisa melakukan orgasme di tempat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau gagal, masih ada nomor ponsel yang bisa dikontak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Keluar dari situ, mereka pasti kirim SMS, kalau yang jaim akan langsung ketahuan apa maunya, dan mereka lebih mudah kita mainkan,” ucap Lulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biasanya, pasien yang masuk perangkap akan diajak ke club dulu. Ini juga satu syarat yang jarang disukainya dari calon pasien.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari situ, Lulu membiarkan pasiennya mengajak ke hotel transit langganannya di kawasan ketep .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Karena untuk besoknya aku bisa langsung ke tempat kerja,”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
tutur suster yang sudah hampir setahun sudah menggeluti kerja sampingan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Tergantung situasi, kalau dapat shift malam, gue bisa kencan di kamar, tapi jika masuk pagi atau hari libur, lebih enak di hotel ”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Selain bisa istirahat nyaman, bisnis sampingan ini juga lebih aman. Cika jarang pulang ke rumah. Dalam satu bulan bisa dihitung hanya berapa kali dia berada di tengah keluarganya..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cika mengaku kerjaan sampingan ini yang dilakukannya sejak hampir dua tahun ini sangat menguntungkan dan mengenakkan .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Gaji yang tak sampai dua juta, buat jajan, pulsa, kosmetik, seminggu juga sudah habis,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gaya berbincangnya di dalam rumah sakit ternyata berbeda dengan di luar. Apalagi, jika lawan bicaranya adalah mangsanya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Saat saya ngeseks selama setahun setelah lulus dari akademi. Itu sama pacar kedua saya dan Dia duda,” tuturnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia bilang, kerja sampingan yang dia anggap hal biasa ini buah dari kepenatannya selama belajar dan tinggal di akademi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Kurang lebihnya tiga tahun mana pernah saya kenal pacaran, jangankan kenal clubing atau bercinta, ciuman jsaja kagak pernah “ kata Cika, yang lulus dari akademi keperawatan di kawasan Salatiga tiga tahun lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebiasaan tidak pulang selama tinggal di asrama kiranya bisa menjadi cara bagus sebagai tameng untuk menutupi jadwal keluyuran mereka demi kerjaan sampingan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maklum, clubbing dan menginap di hotel seakan telah menjadi kebiasaan lainnya di samping merawat para pasien. Cika mengaku sangat menikmati kerja sampingannya itu. Tak sedikit pun dia takut risiko dikeluarkan oleh manajemen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau memang cara nya kurang cantuk dan ceroboh serta ketahuan, itu adalah resiko,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Namun untuk sampai ini blom terjadi masalah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebulan, dia bisa mendapatkan dua sampai tiga pasien. Dari mereka, uang yang didapat bisa mencapai tiga juta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Uang itu termasuk dalam hitungan bersih, sebab mesti bagi-bagi ke teman yang lain juga,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebanyakan pasiennya dari kalangan luar kota. Jika terdesak, pasien VIP lokal seperti si Joni juga di layaninya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dulu ada senior kita yang secara tak tertulis memberi aturan main dan mengoordinasikan pasien buat kit-kita, sayangnya dia sudah pindah ke luar kota,” ucapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Senior yang dimaksud sebut saja Suster Mumun. Dia memang dikenal sebagai</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“gembong perawat seks”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berkat jasanya, suster macam Cika dan beberapa temannya sering dapat orderan menangani pasien yang pernah dia layani luar dalam semasa mereka bekerja di sebuah rumah sakit besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Tiga tahun silam, Suster Mumun terpaksa keluar atas permintaan yayasan pemilik rumah sakit setelah ketahuan sedang asyik “main” dengan seorang pasien.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Siapa yang tak tertarik, tiap kali datang ke kamarnya dikasih lima ratus ribu,” kata Suster Mumun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu kedatangannya tak semata berkunjung saja , tapi memberika layanan plus gerakan lidah bergoyang. Hingga kemudian, layanan meningkat menjadi ngeseks di ranjang pasien. Suster Mumun meneruskan hubungan dengan si pasien langganannya, yang tenyata seorang bandar sabu-sabu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia pun terjerat sabu-sabu dan sangat beruntung dia sanggup lepas dari pasien langganannya. Kendati bisa secara perlahan mengurangi konsumsi shabu-shabu, sisa-sisa masa kelamnya tetap dia jalani yaitu ngeseks yang dapet uang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suster Mumun itu bukan kembali menjadi “Suster Plus”, atau bandar shabu, tapi sebagai agen pemasok pasien tajir dan pria-pria nakal untuk beberapa suster yang dia kenal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apa Suster Mumun pantas disebut ‘mami’?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terserah apa omongannya. Yang jelas, 15%-20% uang kencan akan menjadi bagiannya jika ia memberi order satu pasien untuk diservis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kan, tidak harus di kamar pasien, kenapa mesti takut dituntut rumah sakit?” kata Suster Mumun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sindikat Suster |Dia juga mengaku tak pasang tarif. Dia bisa mematok harga seenaknya tergantung siapa pasien yang dibawanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Minimal 500 ribu, kalau bule satu juta, tapi saya tak pernah bicara harga pada pasien, cukup ngomong dengan suster,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerdik juga Suster Mumun dengan nasihat atau teguran bukannya tak ada. Ibu Yani, misalnya, kerap gerah melihat kelakuan Suster Mumun dan rekan-rekannya yang mencemari korps putih-putih itu, tapi dia cuma bisa angkat bahu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku cuma bisa kasih nasihat pada mereka, lain dari itu aku tak bisa apa-apa, sebab mereka rata-rata pandai bergaul dengan dokter dan atasan”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedekatan itu juga rentan dengan aktivitas seksual semacam suster cinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hubungan seksual antara pasien dengan petugas kesehatan, dalam hal ini dokter maupun perawat, dapat disebut tindakan pelanggaran norma susila”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan pernah mencoba untuk berpraktek ganda di rumah sakit. Sanksinya sangat berat dan tegas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Namun semua itu tergantung peraturan rumah sakit yang terkait dan tingkat kesalahan yang dilakukan. Dan, sanksi paling berat adalah pemecatan tanpa pesangon pula”, lanjutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, jika dilakukan di luar tempat praktik, hal itu sudah tidak terkait dengan profesi. Menurutnya, tindakan tersebut bisa saja terjadi kepada para perawat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau mau ngeseks dan sudah ngebet, ya buat janji saja di luar”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekian.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-11013026862856865012016-11-16T02:04:00.001-08:002016-11-16T02:04:56.167-08:00Cewek manis yang nakal bernama Dinda<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUyFmu4iXgn9xmNmpeuYHdmUADqS1ppKlYkWjUfgCwzhyphenhyphenQ6oxP0Ly0bYCFlqbvajdI7-nSLB9HrKQxEkTVONBfAuOJ5721p8gdrUKLPJj76p5eArLDG48EE7eWYCafFVGcWAJ0_RgIyjXP/s1600/Cewek+manis+yang+nakal+bernama+Dinda.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cewek manis yang nakal bernama Dinda" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUyFmu4iXgn9xmNmpeuYHdmUADqS1ppKlYkWjUfgCwzhyphenhyphenQ6oxP0Ly0bYCFlqbvajdI7-nSLB9HrKQxEkTVONBfAuOJ5721p8gdrUKLPJj76p5eArLDG48EE7eWYCafFVGcWAJ0_RgIyjXP/s400/Cewek+manis+yang+nakal+bernama+Dinda.jpg" title="Cewek manis yang nakal bernama Dinda" width="300" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Cewek manis yang nakal bernama Dinda</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Hay ,ada ada dengan mu kali ini ??lontarku dengan nada sebel dan kesal kepada Dinda. “Iya nih,,,maaf ya ?ak malas latihan” . ucapnya Sudah sampe berapa kali kamu mengikuti ,kok nada nya gak enak di dengar. Jangan kira kamu gak pernah latihan jadi maennnya bagus ya.???ujaraku.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Dinda kemudian tertunduk lesu dan memandangi sinar gitar nya, seolah olah sepertinya Dinda melihat jemari nya yang kaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku agak jengkel, karena sebagai pentolan band, hal yang paling menyebalkan ketika personil band gak focus dalam bagaian nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apalagi di tambah jarang sekali berlatih, aku kadang sering pusing ketika pesonil band ku gak kompak kayak gini. Dimana diriku yang mendapat bagian vocal, personil ku ini si Dinda yang sebagai pemegan gitar kedua membuat aku sedikit kesal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda merupakan personil cewek dari band ku ini, dia berusia 20 tahun. Kebetulan Dinda bebarengan satu kampus denganku, dan menurutku Dinda jugan berbakat untuk memainkan gitarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akan tapi di ajarang sekali latihan, terdengar dari nada yang di ciptakannya sangat tidak tepat dan melenceng , tidak focus akan lagu yang aku bawakan, sebagai pertanda Dinda jarang sekali memegan alat music nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan cara bermusik ini , aku dan rekan se band ku bermain untuk menambah penghasilan kita masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Uang yang di berikan orang tua kepadaku hanya cukup utuk membayar kossan saja. Dan uang kuliah kadang dapet dari beasiswa. Namun beasiswa tersebut tidak penuh, karena itulah aku bermain music untuk mencari uang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kadang-kadang aku membuka les music untuk sebagai tambahannya saja. Dari yang kulihat lewat situs pertemanan instagram, Dinda nampak senang sekali bermain dengan teman2nya entah itu hangout di kafe, jalan2 ke pantai, maupun berkunjung ke jogja dengan teman2nya. Itu tidak masalah sebenarnya, tetapi jika dia meninggalkan latihan gitarnya, itu masalah buatku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada orang yang bilang kalo personilnya ngaco, berarti bandnya yang ga bener. Itu membuatku menjadi gemas ketika Dinda selalu membuat kesalahan ketika latihan bermain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sampai disini dulu ya, hari ini sampai disini saja”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
aku membereskan semua perlengkapan musik dan buku musik ku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“tapi kak…” Dinda memotong ucapanku</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi kenapa… pokoknya minggu depan kita latihan lagi yang tadi ya, jangan sampe ga bisa kayak sekarang”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku segera bergegas keluar, memakai jaket , dan keluar untuk menyalakan mesin motorku. Sudah mau petang rupanya. Dinda kemudian menyusulku keluar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak… maafin aku ya…. Aku emang lagi banyak kegiatan akhir2 ini, jarang latihan….” Ucapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oke deh… minggu depan perbaikin oke” aku memakai helmku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku cabut dulu ya” aku mengendarai motorku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari spion aku bisa melihat Dinda masuk ke dalam mobilnya nya. Pertemuanku dengan Dinda bermula ketika aku mengisi acara yang diadakan oleh BEM kampusnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia menjadi panitia, Culun Band. Berawal dari ngobrol2 Dinda rupanya bermain gitar juga dan dia ingin belajar dariku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena aku mengajar di salah satu sekolah musik yang mentereng di Jogja, kusuruh saja dia daftar, dan dia pada akhirnya mendaftar untuk menjadi personilku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya Dinda menyenangkan, senang melucu dan mudah akrab. Tetapi kekurangannya ya itu, malas berlatih, entah hari2nya dihabiskan oleh apa selain kuliah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah itu main, pacaran, aku tidak terlalu tahu, karena obrolan antara aku dan Dinda hanya berkisar musik, lokal maupun musik global. Aku kembali ke kos ku, kunyalakan laptop hasil tabungan sendiri itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya aku bukan dari keluarga yang kurang mampu, hanya saja ayahku orangnya disiplin dan tidak memanjakan anaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu aku SMA di Semarang dulu, ketika mampu mencari uang sendiri, aku sudah mulai meringankan beban orang tuaku dengan tidak meminta uang jajan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika sebelum aku SMA, ayahku meninggal dan wasiat terakhirnya adalah agar aku terus meneruskan sekolah. Kujalani pesan ayahku, dan nyatanya, walaupun hanya dari mengajar dan bermain music di band, aku bisa menabung, membayar uang kuliah, dan menyicil motor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walaupun uang untuk kos masih dibantu oleh ibuku. Sedangkan Dinda, bisa dilihat hidupnya amat mudah. Orang tua yang kaya, dan memanjakan anaknya, terlihat dari Gitarnya yang terlihat baru dan kinclong, beda dengan peralatanku yang hasil nabung sendiri itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Naik mobil kemana, jalan2, pacarnya pun aku kenal, walau hanya sebatas tahu sama tahu saja. Anak orang kaya juga, kehidupan mereka berbeda jauh denganku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tampaknya apa2 saja yang mereka inginkan mudah didapat. Pada saat itu ketika sedang hujan, aku menunggu hujan reda dulu . Jam 5 harusnya aku sudah di tempat musik itu. Tapi karena aku memakai motor, maka aku hanya bisa menunggu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu terus berlalu. Hujan tidak reda. Maghrib sudah tiba, dan aku sudah menelpon ke stempat musik itu untuk membatalkan latihan hari ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidur2an di kasurku, malas untuk keluar kemana2 lagi. Tiba2 handphoneku berbunyi. Aku melihat layar handphoneku. Ternyata nomor Dinda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Halo kak….” Dinda yang mengawali pembicaraan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh kamu, ada apa ? udah tau kan latihannya ga jadi ? “ jawabku</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku ada di depan kosan kakak” lanjutnya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh…. Ngapain ? “ aku heran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda memutus telponnya dan segera aku bergegas keluar dari kamar kosanku. Dan kulihat Dindaa dengan basah kuyup terguyur air hujan, berdiri di depan gerbang kosanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa pikir panjang aku mengambil payung, lari dan membuka pintu gerbang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lho kamu kenapa ? kok kehujanan ? mobil kamu mana ? “ tanyaku agak cerewet.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun Dinda hanya diam saja dan menggigil menahan dingin, sekilas kulihat matanya memerah dan ada bekas tangisan. Untung saja tidak ada orang yang lihat, jadi Dinda bisa masuk ke kamarku. Karena kamar mandinya ada di dalam kamar, kusuruh Dinda untuk mandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lupa kuberikan kaosku yang ukurannya agak kecil dan celana pendek, juga handuk yang biasa kupakai. Aku agak khawatir sebenarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena di kosan ini tidak boleh membawa tamu cewek ke dalam kamar. Aku tidak tahu apa yang bakal terjadi kalau orang2 kosan mengira aku dan Dinda melakukan hal2 yang tidak di inginkan .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya diam menatap pintu kamar mandi. Suara air mengalir dari shower bisa kudengar dengan jelas. Tak berapa lama Dinda keluar, dengan memakai baju yang tadi kusiapkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia sedang berusaha mengeringkan rambutnya dengan menggosok2annya dengan handuk. Bisa kulihat matanya masih merah. “Kenapa sih kamu ?” aku memberanikan diri bertanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ceritanya panjang kak….” Katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sembari duduk disampingku, di pinggir ranjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalo ga mau cerita ga usah dipaksain deh” aku lalu berdiri dan memakai jaket.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saya beli makanan dulu ya, kamu diem disini dulu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan ikut keluar, soalnya di kos ku ini ga boleh ada tamu cewek masuk ke dalam kamar”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan berisik ya, nanti dikirain saya nngumpetin kamu ke dalem” kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingatkan aku tidak habis pikir. Apa yang ada di pikiran Dinda sehingga dia nekat datang ke kos ku. Aku berjalan dengan payung di tengah hujan, menuju tukang nasi goreng untuk memesan 2 porsi, dibawa pulang. Aku kembali ke kamar kosku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hujan telah reda dan Aku membuka kunci kamar, dan melihat dinda sedang menerima telpon dengan air mata yang menetes.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku segera menutup pintu kamar dan menyiapkan makanan. Dinda pun hanya diam saja, dan kemudian menutup telponnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“oiyaa… makan dulu…” aku menegurnya Dinda hanya diam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejenak kami berdua terdiam beberapa saat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak… ada tisu ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda akhirnya membuka mulut. Aku segera mengambilkan tisu dari laci meja belajar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda mengusap air matanya dan menarik nafas panjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sory ya kak aku bikin repot”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda mengambil makanannya dan mulai makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ga papa kok, santai aja”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ntar kalo bajunya dah kering saya anter kamu pulang ya” jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ga usah kak…. Aku mau disini aja” pernyataan Dinda membuatku kaget.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi, saya kan udah bilang, kos ku disini ga boleh nerima tamu cewek sebenernya “.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sengaja mempertegas kata2ku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku gak akan ribut kak. Janji” jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya menghela nafas sambil ogah2an menyantap nasi gorengku. Apa sih maunya dia, begitu pikirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalo mau minum ambil sendiri ya gelasnya di rak di deket pintu kamar mandi” ucapku setelah Dinda menyelesaikan makanannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda menurut dan mengambil gelas, dan menuangkan air dari dalam kulkaas. Aku tidak menghabiskan makananku, dan menyalakan laptopku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jujur saja aku bingung bagaimana harus menghadapi Dinda. Aku jarang pacaran, ketika sekolah aku malah tidak sempat pacaran. Sibuk dengan mata pelajaran dan musik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apalagi sekarang, kuliah, musik, ngajar. Itulah yang menyebabkanku agak canggung hanya berdua di kamar dengan seorang cewek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau mau baca2 majalah itu ada di rak di atas kasur”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku berkata seperti itu karena Dinda terlihat hanya duduk di tepi ranjang dan memandang lantai dengan tatapan kosong Tapi Dinda seakan tidak menggubris ucapanku. Dia masih melamun</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dinda sebenrnya ada apa sih ?” Aku makin penasaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda nampak kaget mendengar pertanyaanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hmmm…. Aku heran kak… apa sih yang dimauin sama cowok cowok” dia membuka dialog</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa gitu. . . . . ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
aku turun dari kursi dan duduk di karpet. Dinda pun turun dari pinggir ranjang dan duduk di hadapanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tadi aku rencananya aku gak ikut ke tempat muik kak….” jawab Dinda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Terus. . . . ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku jalan2 sama pacarku tadi. Pas jam 5, jam harusnya aku ke tempat musik, aku di dalem mobil pacarku, dia lagi nyetir, rencananya mau jalan cari makan terus nonton” Dinda melanjutkan ceritanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Entah kenapa handphone dia ditaruh di dashboard. Aku pinjem, mau main game yang ada di hapenya. Dia ngebolehin, tapi entah kenapa aku tiba2 pingin buka inbox smsnya”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Halah….. Pasti cowoknya selingkuh, begitu pikirku dalam hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku ngeliat sms2 mesra kak. Gak cuman satu tapi beberapa cewek” Buset. Pikirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jagoan banget tuh cowok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku kurang apa sama dia coba ? bela2in bolos ke tempat musik, bela2in dia, selalu aku temenin, kok dia begitu sama aku ?” diapun mulai menangis lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jijik liat sms2 itu, sayang2an segala macem orang pacaran aja”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mengambilkan Dinda tisu lagi karena airmatanya mengalir deras.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Terus gimana. . . .. . ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan aku memintanya melanjutkan ceritanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku marah kak. Tapi dia cuman diem aja dan gak ngomong apa2. Akhirnya di lampu merah aku keluar dari mobil”.ucapnya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kan ujan.. . . .. ?” jawabku sedikit tidak antusias.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entah mengapa kasus ini sangat klasik pada orang2 yang pacaran. Tapi tampaknya Dinda sangat terpukul oleh kejadian tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Biarin aja kak. Aku jalan, ngejauh dari mobil, aku bisa denger sih dia nglakson terus….. tapi setelah jauh dari mobilnya, aku bingung mau kemana. Tapi aku inget kalo tempat tadi deket sama kos nya kakak. Makanya aku kesini. ”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang dulu Dinda pernah kesini diantar oleh pacarnya, mengambil partitur lagu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Terus ? kok kamu malah kesini ? Ga pulang aja ?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil berusaha meyakinkan dia agar pulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Males nanti ditanyain sama orang tua…. kemana si pacar, kok pulang sendiri. Ribet “ jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lah kalo dicariin gimana . . . .?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
aku jadi bingung doonk..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku udah bilang sama orang tua aku… mau tidur di rumah temen”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tenang aja, mereka percaya kok…..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aduh, Entah kenapa kalo menurutku Dinda berlebihan dalam menghadapi masalah ini. Kenapa gak putusin aja cowok itu, cari taksi, pulang, tidur, besok lupa. Tapi dia malah repot2 pergi ke kos ku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Terus kamu mau ngapain disini ?” tanyaku dengan malas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku mau nenangin diri dulu kak…..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Lahh….,Bukannya lebih enak di rumah ? “</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disitu kan bisa nangis jungkir walik di depan orang tua. Dijamin bakal ditenangin, abis nangis besoknya lega deh. Aku bingung melihat cengengnya menghadapi masalah ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oke lah terserah kamu aja” kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi inget, jangan ribut, jangan keluar kamar, besok pagi saya anterin ke rumah”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya kak” jawabnya…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam2 berikutnya diisi dengan obrolan2 yang biasa kami lakukan, soal musik, teknik bermain gitar. Tak lupa aku menyetel musik keras2 dari laptop dan menyalakan tv agar suara kami tidak terdengar. Tanpa terasa sudah jam 11 malam. “</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku ngantuk kak….” Kata Dinda</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hmm…. kamu tidur di atas aja, saya biar tidur di karpet” jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Enggak kak… aku kan tamu. Aku aja yang tidur di karpet”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hmmm malah enak di aku . Aku pikir mengiyakannya dan aku menyibakkan selimut cadangan di karpet, untuk alas tidur agar agak empuk, dan memberinya selimut tipis serta bantal yang berlebih di ranjang. Kemudian aku mematikan lampu, dan juga naik ke ranjang, bersiap untuk tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan dimimpiin kejadian yang tadi ya..” kataku mengingatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya kak….”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan aku hanya menatap langit2 atap sambil memikirkan caranya besok pagi keluar tanpa ketahuan yang jaga kos. Kebetulan aja tadi hujan besar sehingga penjaga kos tidak memperhatikan pintu gerbang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku agak kesal dengan sikap Dinda, sudah malas latihan, dan tidak berpikir panjang. Sebenernya muncul rasa kasihan yang besar dalam diriku. Dia belum dewasa, belum bisa mengambil keputusan dengan matang, dan akibatnya seperti ini. Ada di kos ku , dan tidur di lantai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yasudah lah, barang kali Dinda butuh teman malam ini, begitu pikirku. Entah kenapa aku tidak bisa tidur malam ini, harus kuakui kehadiran Dinda malam ini merusak pikiranku. Bukannya membaik namun pikiranku menjadi kotor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pernah melakukan seks, sekali2nya waktu baru kuliah dulu. Pengalaman itulah yang membuatku sedikit membayang2kan bagaimana kalau aku bermain cinta dengan Dinda. Dinda memang cantik, kulitnya putih dan mukanya manis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan fakta2 itulah yang membuat pikiranku menjadi kotor. Coba kalau dia laki2, pasti aku santai2 saja. Lama aku tidak bisa tidur, ku sengaja menghadap ke tembok agar tidak melihat Dinda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan tiba-tiba breeeegh...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku merasa ranjangku dinaiki orang. Aku kaget, sedikit penasaran tapi aku berhasil mehanannya. Rupanya Dinda menaiki ranjangku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak… aku tidur sama kakak ya……” katanya dengan nada merajuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bujuuk buseet..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak bisa menolak karena dia sudah naik ke atas ranjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“yauda nih kalau mau pake selimut".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memberikan bagian selimutku pada Dinda. Dia tampak agak malu, dan segera mengambil bagian selimutnya, dan tidur membelakangiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gilaa. . . . Apa2an ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa dia naik ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
apa karena kedinginan ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
atau keras ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
atau kenapa ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku merasakan gerakan di sebelahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak… maaf… aku sebenernya masih pengen ngobrol”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“boleh kan ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah Dinda Cewek Manis Yang Nakal </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku membalik badanku dan mendapati bahwa jarak mukaku dan muka Dinda tidak berjauhan. Matanya yang memerah menatapku penuh harap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu ya… Dengerin. Kenapa sih mesti gini ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
kamu sekarang ada di kamar cowok, tidur bareng satu kasur. Ga pantes tau. Apa saya tidur di bawah aja ya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Aku berusaha bangkit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini yang aku suka dari kakak…” tiba2 Dinda berkata seperti itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh……..” Aku heran dan terdiam sejenak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kakak orangnya tegas…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Gak kayak dia…. egois… udha gitu gak pernah bisa tegas dan gak punya pilihan”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dinda… tapi.... .. .”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Kata2ku terhenti ketika tangannya menyentuh pipiku dengan lembut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku suka sama kakak” pengakuannya membuatku kaget. Apakah benar ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
apa Dinda Cuma terbawa perasaan akibat baru mengalami kekecewaan dalam berpacaran ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terdiam aaja. Dan di dalam hati aku mengakui bahwa sosok Dinda yang manis membuatku tertarik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi selama ini aku selalu melupakan saaja perasaan itu karena yang pertama dia sudah punya pacar, dan kedua di amerupakan cewek yang kaya sedangkan aku hanya orang biasa saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak. . .” tangannya terus mengelus pipiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pun luluh. Tiba2 kami berdua saling memajukan wajah kami masing2. Kami menutup mata dan bibir kami pun bersentuhan dan kami berciuman dengan pelan dan lembut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda terus maju ke dalam pelukanku dan Aku meraih pinggangnya, dan menggenggam tangan satunya. Telapak kaki kami saling bersentuhan dan saling bertautan di dalam selimut itu. kami berciuman dengan hangat.. Walaupun umur kami tidak berbeda jauh, hanya empat tahun, namun rasanya ini seperti ketakutan yang aneh dalam satu band .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami berciuman sangat lama. Entah kenapa kami berdua tidak berciuman dengan nafsu dan tergesa2. Tangan kiriku yang menyentuh pinggang Dinda, tiba2 mulai nakal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanganku masuk ke dalam kaos yang dia pakai. Menyentuh kulit halusnya. Dinda tidak berontak. Dia malah terus menciumiku. Dinda pun tidak protes ketika tanganku masuk kedalam celana pendeknya dan memegang pantatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dasyaat….!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rupanya dia tidak memakai celana dalam dan BH.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku melepaskan ciumanku, dan mulai menciumi telinga dan lehernya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ahh… Kak… ‘</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda tampak menikmati aksiku . Tanganku terus bermain mencoba membuka celana pendeknya. Dinda tidak berontak, kakinya malah bergerak dengan aktif dengan membantuku melepas celana pendek itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhirnya aku melempar celana itu ke lantai. Aku mulai menyentuh pahanya yang sangat mulus. Aku memeluknya erat, menempelkan perutnya di perutku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak….. “ Dinda memanggilku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada Apa… ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menghentikan ciumanku di leher </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau mau itu,… pelan2 ya…. aku belum pernah…” jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan nada pelan dan pasrah dan tatapan penuh harap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa Masih perawan ? aku kaget.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kupikir setidaknya dia pernah tidur dengan pacarnya. Pantas saja dia tidak bisa menyikapi kelakuan pacarnya dengan benar, pengalamannya sangatlah minim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terdiam Dan tidak bisa berfikir sehat lagi. Tidak dapat berpikir dengan jernih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dinda… kalau kamu gak mau, jangan….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Aku mundur “Gak apa2 kak, kalau sama kakak aku mau..” Dinda meraih tanganku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu belum pernah…. jangan dipaksa kalau gak mau….” aku berusaha berpikir jernih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda terdiam, tetapi dia malah masuk ke pelukanku kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku mau….” jawabnya pelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku Cuma minta kakak perlakukan aku dengan lembut”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
aku masih bertahan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak…. aku mau kasih ke kakak malem ini”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Itu karena aku suka sama kakak”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari pertama ketemu, tapi kakak tampaknya cuek sama aku…. tapi aku makin suka karena tau kakak orangnya tegas, dewasa“.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dinda, itu cuman perasaan pelarian aja…” jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda hanya diam, Tetapi dia menjawab dengan semakin masuk ke dalam pelukanku. Dia memelukku dengan erat, dan tidak mau melepasku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku mau ngelakuinnya cuman sama kakak” Dinda tetap gigih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami berpandangan sangat lama. Hingga akhirnya aku menciumnya kembali. Pertahanan akal sehatku runtuh. Tanganku terus melingkari pinggangnya yang ramping itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda perlahan2 bergerak menindih tubuhku. Badannya naik ke atas badanku. Tangannya mencoba membuka kaos ku tapi tampaknya dia agak canggung melakukannya. Aku melepaskan tanganku dari pinggangnya dan membantunya membuka atasanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu aku berusaha bangkit dan duduk. Dinda memegang bahuku dan mencoba maju menciumku. Aku menahannya dan memegang kedua tangannya. Aku menatap matanya lekat2.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda menatapku malu2 dan Aku sedikit tegang. Malam ini kedua kalinya aku berhubungan seks. Dan ini yang pertama bagi Dinda. Jantungku berdetak hebat luar biasa. Aku menggenggam ujung t shirt yang dia pakai. Pelan2 kutarik keatas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda menurut dengan mengangkat tangannya. Dinda sudah telanjang bulat di atas pahaku . Kedua tangannya disilangkan, menutupi buah dadanya yang kecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia sedikit menunduk dan tampak sangat malu. Pasti ini pertama kalinya dia telanjang bulat di depan cowok. Aku memegang dagunya dan mengangkat wajahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak berapa lama segera ku cium bibirnya lembut. Aku menggenggam kedua tangannya dan mulai menciumi lehernya, terus sampai ke payudara yang kecil dan Aku menciumi putingnya. Kurasakan badannya agak gemetar, entah karena geli atau agak takut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Uhh….. Kak… geli…..” Dinda mendesah kecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku berbisik kepadanya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan terlalu berisik ya…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah Dinda Cewek Manis Yang Nakal </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
nanti bisa gawat kalau ketahuan penjaga kos…” Dinda mengangguk pelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku melanjutkan menciumi payudaranya. Sempat kulihat Dinda menggigit bibirnya. Menahan agar dia tidak ribut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ngggh…. mmmhhh…” Dinda terus mendesah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aduh, bagaimana nanti ketika kami sampai ke inti permainan ?. Aku menyuruh Dinda untuk turun dari atas pahaku. Aku segera melepaskan celanaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda nampak agak kaget ketika melihat tititku . Ini pertama kalinya juga dia melihat titit cowok langsung. Dinda duduk di sampingku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dinda, kalau kamu emang gak siap, mendingan gak usah….”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menatap wajahnya yang tampak malu bersemu merah,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Ga apa2 kak…. udah sampe sini….”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
dia tersenyum kecil walau aku bisa merasakan bahwa dia merasa gugup dan deg2an. Aku memegang lembut tangannya dan mencium keningnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu aku menariknya pelan agar kembali duduk di pangkuanku. Dinda duduk membelakangiku. Punggungnya sungguh mulus dan bersih. Aku mulai menciumi bahunya, terus sampai keleher.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kupeluk erat pinggangnya dan bisa kurasakan tangan Dinda memeluk erat leherku. Lama kuciumi bagian belakang leher dan punggungnya. Tak tahan lagi, pelan2 kubimbing Dinda untuk berbaring di kasur. Aku memegang lututnya dan kulebarkan pahanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menindih badannya. Tangan Dinda menahan bahuku. Aku sejenak mematung memandangi Dinda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pantaskah ku renggt keperawanan perempuan manis ini ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Haruskah dia melakukannya denganku ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda balik menatapku dan berkata</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak….. pelan2 ya… aku tau pasti sakit pada awalnya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau kamu gak mau, bisa kita hentiin sekarang kok….. “ aku menjawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda menggeleng pelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku siap kak………..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian dengan kepala penisku yang menyentuh bibir vaginanya yang telah basah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pelan2 kugesekkan secara lembut kepala penisku di bibir vaginanya. Dinda mengejang2 geli. Aku memperbaiki posisi dengan menggenggam tangannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kurasakan pelan, penisku memasuki bibir vaginanya. Sempit sekali. Aku berkonsentrasi penuh memasuki vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Uhhh….Nggggh…….Ahhh….. “ Dinda menahan sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bisa kulihat dia menggigit bibirnya dan matanya sedikit berkaca2.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Uhhhh…..Ahhhh…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian dia menarik napas lega ketika penisku masuk penuh kedalam vaginanya. Aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan pelan. Dinda tampak menutup matanya, dan meringis seperti menahan sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menarik penisku, Kulihat penisku berlumur darah perawan Dinda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sakit.. .. .?” Kalau kamu ga tahan sakitnya ga usah dilanjutin…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Aku takut Dinda..“</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Gapapa kak…..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda tersenyum dengan mata agak berkaca2.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menarik nafas panjang, kuputuskan untuk tidak merubah2 posisi bercinta kami, terlalu dini untuk kami berdua. Ditambah lagi pengalaman kami berdua sangat minim. Aku kembali memasukkan penisku ke lubang vaginanya. Sudah lebih gampang, walau masih seret dan sempit. Kurasakan dinding vaginanya yang hangat menjepitt penisku erat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mmmhhhh….kak.. “</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda mendesah pelan, dia sudah tidak meringis atau menggigit bibir lagi seperti sekarang. Aku terus memaju mundurkan penisku dengan pelan namun temponya stabil. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Uhhh…..Ahhhh,,,Uhhh,,,Ahhhh…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda tiba2 mencengkram erat bahuku. Seakan ingin mencabik- cabiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mmmmhhh. . ... . ”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaki Dinda mencengkram erat pinggangku. Aku tahu dia akan orgasme. Terlalu cepat mungkin. Tetapi wajar. Karena ini pengalaman pertama bagi Dinda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia belum tahu bagaimana mengatur tempo, merubah posisi, ditambah lagi malam ini semuanya aku yang mengendalikan. Dinda terus bersuara kecil mengikuti tempo goyanganku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ngggoookk…… mmmmhh….nguuuuk”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba2 aku menghentikan gerakanku. Aku tak ingin aku bablas keluar di dalam. Kaki Dinda kuat mencengkram pinggangku. Malam ini adalah pengalaman pertamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wajar jika dia tampak tegang atau gugup. Aku tak mau jika ketegangannya mengakibatkan kecelakaan yang tidak diinginkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“AAh…. kenapa kak ?” tanyanya polos dengan nafas tidak teratur</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Enggak… tadi kamu ngejepit pingganggku terlalu keras… aku takut kalau nanti aku keluar di dalem…” jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh…. “Dinda “ “kamu santai ya sayang….”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
aku mengelus rambutnya lembut dan dia hanya mengangguk pelan. Pelan2 aku mengisyaratkan agar Dinda tidur tengkurap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari belakang aku memposisikan kepala penisku tepat di lubang vaginanya. Pelan2 aku masukkan kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“hmmhhh… aaahhhh…Ngooook…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda kembali mendesah ketika kumasukkan penisku. Aku memeluk pinggangnya dan membimbingnya naik. Kami bercinta dalam posisi doggy style.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tangan Dinda bertumpu pada kasur. Aku menggerakkan penisku maju mundur sembari memegang erat pinggangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Uuuuuh…. Ahhh….. uhh…yes…“</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda tidak bisa menahan lagi suaranya. Entah karena kesakitan atau keenakan. Tapi kalaupun kesakitan, dia tidak berontak. Dinda terus mengerang. Entah berapa lama kami melakukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak…. aku… ahhh” Aku tau Dinda akan segera orgasme.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi aku tidak mencebut penisku. Aku malah makin bernafsu menggerakkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tumpuan tangannya semakin lemas. Aku secara refleks malah menarik tangannya kebelakang agar posisi tubuhnya tetap stabil. Aku merasakan tubuhnya menegang dan vaginanya menjepit erat penisku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aaaaah….. aaaahh….. nggghh….”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinda mengerang tanpa mempedulikan keadaan kamar kosku yang mungkin saja suara malam itu bisa bocor ke kamar sebelah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ngggghh… aaaaaaaaaah….ngooookkk….”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak berapa lama aku langsung mencabut penisku dan spermaku lalu muncrat berantakan di luar vaginanya. Dinda langsung dengan lemas menjatuhkan diri ke kasur. Aku pun merebahkan diri di sebelahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami berpandangan dengan cukup lama dan berpelukan sampai kami tertidur. Kini, kami bukan sekedar anggota band saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi lebih dari sekedar itu. Kami sering menghabiskan waktu bersama di luar latihan, karena kami sekarang menjadi sepasang kekasih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kejadian malam itu, tidak pernah terulang lagi sampai sekarang. Dan kami tidak pernah mengungkitnya lagi. Biarkan malam itu ada untuk dikenang saja dalam hati kami masing2. END.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-43789921149281247092016-11-16T02:02:00.002-08:002016-11-16T02:02:10.902-08:00Maya Pacarku yang Terpanas<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUflk-kvQvcwck_axLYLtrDfuv96rOQSgVTff6ThxBHaVEQaC4Ha6Q47B6o0buh9VCC_3GidmliwCutGwsOLuYx4lVWGV9Ey1bCX2-KqlECsrHMhXOexaWtB4-XjMQE_RwFwkaJfDeT2Qq/s1600/Maya+Pacarku+yang+Terpanas.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Maya Pacarku yang Terpanas" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUflk-kvQvcwck_axLYLtrDfuv96rOQSgVTff6ThxBHaVEQaC4Ha6Q47B6o0buh9VCC_3GidmliwCutGwsOLuYx4lVWGV9Ey1bCX2-KqlECsrHMhXOexaWtB4-XjMQE_RwFwkaJfDeT2Qq/s400/Maya+Pacarku+yang+Terpanas.jpg" title="Maya Pacarku yang Terpanas" width="226" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Maya Pacarku yang Terpanas</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aq Lukman, sekarang bekerja di perusahaan di semarang sebagai sopir taxi. Aq ingin menceritakan sedikit kisah tentang kekasihku yang dulu. Nama adalah Maya. Maya merupakan kekasih qu yang sangat hot dan eksotik yang bekerja beda lokasi dengan qu, tetapi untuk kota yang sama.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Sewaktu itu aq dan maya masih berhubungan dan dengan timpat tinggal di semarang yang aq kontrak di daerah ungaran. Pada suatu ketika hari sudah mulai malam sewaktu aq abis kerja, aq segera menjemput Maya untuk pulang dari kerjaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan rencana awal aq ingin berkumpul dengan nya, dan tepat untuk malam mingguan dengannya. Ketika aq sudah menjemput Maya, qu lihat Maya agak sedikit kesal dengan mimic mukanya dan sambil bermain gadget sambil menunggu qu. Dan sudah terlihat lalu aq segera memarkirkan kendaraan dan segera menemuinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Maaf, yank??udah lama nunggunya?? “Kata qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Gak juga kok , Cuma hamper 2 jam an”. Dijawab dengan tegas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Iya sayang qu , maaf ya ..macet tadi kok??”jawab qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Gimana yank , jadi jalan-jalan gak??”sapa qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kita cari makan yuk ??udah laper nih yank??” bujuk qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya , oke deh . kita makan di pizza hut ya??”jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Iya yank , terserah kamu aja ya ,aku ngikut aja ??” ucap qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang penting kita makan. Lalu setelah beranjak dari tempat janjian, aq segera mengambil kendaraaan yang aq parkir tadi kemudian menuju ke tempat makan pizza hut yang terdekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah abis makan di tempat itu , aq berniat mengajak Maya untuk nonton film 21 tpi sepertinya Maya untuk menolaknya Karena lagi badmod untuk nonton film.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
yauda, Maya segera memutuskan untuk pulang dulu di rumahnya karena Maya juga belom membersihkan badan. Terus aq berinisiatif,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa Pacarku, Maya Terpanas</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“kamu mandi di kontrakan qu aja yank , gimana??” ucap qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Rumah kamu kan lumayan jauh, kan lebih deket tan dari kontrakan qu , iya kan??”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hm…gimana ya?? Ntar malah jadi omongan tetanggamu malahan ??”ucapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ohh..kalo masalah itu gampang sayang, ntar aq tinggal bilang aja kalo kamu itu adikku aja” tutur qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Siap .oke deh!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi Maya gak mau ada apa-apa lho kalo terjadi sesuatu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oke sayang??” jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian setelah sesampainya di kontrakan qu, lalu aq suruh masuk dan bergegas untuk membersihkan badan. Karna aq pun gak mau acara nanti bisa jadi gagal untuk jalan-jalannya untuk malam mingguan nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu segera Maya menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan badannya dan aq pun sambil menunggunya sampai selesai dengan bersantai di kursi sofa sambil minuman es squash. Saat aq dudukan sambil santai terdengar suara kran air yang memancur di balik kamar mandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pikiran kotor qu langsung muncul seketika, lalu aq segera menuju ke arah kamar mandi untuk sekedar mengintipnya dari kisi kisi ventilasi kamar mandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan pemandangan yang qu dapet adalah kekasih qu Maya yang sudah telanjang bulat yang sedang meraba-raba tubuhnya sendiri sambil meremas- remas toket nya dan seketika rudal qu langsung mengacung ke atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu timbul pikiran kotor qu untuk bersetubuh dan menikmati tubuhnya Maya kekasih qu yang sangat panas. Lagi asik asik nya membayangkan saat bias menikamti tubuhnya tiba-tiba Maya agak teriak memanggil qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa Pacarku, Maya Terpanas</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Beb…., tolong ambillin handuknya dunk, dak ada handuk disini nih…??” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya , yank …aq kelupaan handuknya ..”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu ak menuju ke kamar untuk mengambil handuk sambil menjawab nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ iya , beb..tunggu bentar ya??</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aq segera ambilin ” jawab qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu ketika aq menghantarkan handuknya, muncul pikiran kotor buat pelampiasan biraki qu kepadanya. Kemudian aq langsung saja bugil dan menanggalkan semua pakaian qu semuanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ ini beb, handuknya..” sambil mengetuk pintu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berharap untuk pintu kamar mandi nya terbuka lebar. Lalu sebagian tangan Maya menjulur ke luar untuk mengambil sebuah handuk dan pada saat sebagian tangannya keluar, aq segera memegang tanganya dan qu buka pintu kamar mandi nya sehingga dengan leluasa aq bisa ikut masuk ke dalam untuk mandi juga dengan nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“uh..apa apaa ini yank, kamu kok ikutan masuk juga sih ???keluar aja donk!!”Jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aq yang sudah sangat birahi dengan orgasme memuncak langsung saja aq memeluk tubuhnya dan segera mencumbu nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“emmmm…ashhh….shh…..ah…..”cukup beb!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sedikit berontak dan berupaya untuk menghentikan qu dari pelukan. Namun segera ku pepetkan Maya ke arah didinding bak kamar mandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Udahaaan ah….mhh…..shhhh…..” ucapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Maya sepertinya menggeliat ketika aq mainkan jari-jari qu kea rah memeknya yang basah karena sabun dan air, semakin licin aja akibat dengan bantuan sabun itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lama kelamaan berontaknya jadi agak lemah dan begitu ada kesempatan aq langsung menerjang dan segera menjilati sebagian dari permukaan kulitnya yang bias membuat terangsang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu aq juga segera memainkan memeknya dan seakan-akan Maya sudah begitu pasrah untuk aq jelajahi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Gimana beb???enak kan beb??” ucap qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat aq berbicara dengan nya , Maya sepertinya tidak menjawab , hanya ada suara desahan saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa Pacarku, Maya Terpanas</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Mhhhhh….Shhhh…..Assh………Uuhh….”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah aq yakin kalo dia sudah tak berkutik lagi, aq kembali untuk menciumnya dan memegang teteknya kanan dan kiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu aq juga sedot-sedot juga putting nya sampai dia mendesah tak karuan dan saat itu yang qu rasakan rambut kepala qu di jambak-jambak sedikit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seakan-akan tidak mau aq hentikan dan lepaskan pilinan putting nya dengan mulut qu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak berapa lama kemudian setelah aq memainkan permainan qu di bagian memeknya, tubuhnya seakan-akan mengejang dan pahanya terasa menjepit tanganku di bagian memeknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Arrrrhh….Ashhhh….SShhh…….Mhhhh…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maya pun menggerang saat birahi nya meletup-letup dan maya lamah dan lemas dalam pelukan qu. Saat dia sudah tidak berdaya lagi, lalu segera qu arahkan rudal qu ke arah lubang memeknya yang sudah membasah karena ulah qu tadi dan menikmati sisa-sisa birahinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, ketika kepala rudal qu menerjang tameng memeknya, Maya sedikit sadar kembali dan sambil melotot ke arah qu. Namun dengan naluri kejantanan qu, aq langsung menekan keras rudal qu masuk ke memeknya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aaaaarrrggghh… UUhhhh….SShhh…..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maya berteriak sambil menutup matanya, qu diamkan beberapa saat rudal qu masuk kedalam memekya sampai ku rasa Maya sudah tak tegang lagi, Pelan tapi pasti segera ku goyang-goyang perlahan rudal qu saat menembus memeknya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ahh..uhhh…ahh..uuhh…ahh..uh…ahh..”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Desahanya membuat qu semakin semangat memompanya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa Pacarku, Maya Terpanas</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“argggh…ohh..ohh..ahh..uhh..” Enak bnget memek mu beb”,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Shhhh…Ahh… Ahh… Ahh… Udah cepet beresin deh “,jawabnya sambil tetep merintih,,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
entah karna enak atau sakit,, Lalu qu coba percepat pompa qu,sekitar 10 menit kemudian dia menggerang keras,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aaaaaaaarrrrggghhh… Aku mau muncraaaat…!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teriaknya saat dia mendapat orgasmenya yg ke 2 kalinya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ohh aq juga mau keluar Beb,,”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohh.. Ahh.. Ah.. “</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku gak kuat lagi…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan,cepet di cabut ”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
stop teriaknya, Aku yg sudah di tepi kenikmatan dan tak menghiraukan teriaknya dan qu percepat tempo genjotan qu ke memeknya,,,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Uhh….Assshh…Aahh… Ahh.. Aaaahhhh aq mau muncraat sayang”,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan akhirnya aq tekan masuk kedalam rudal qu ke dalam memek nya dan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“croott…crooott…croottt…jrooot…jrooot…criiit…. “</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
semburan pejuh qu tumpah dalam memeknya…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan akhirnya aq pun juga lemas,lalu segera ku cabut rudal qu dari dalam memeknya dan duduk di atas bak mandi, namun sementara Maya duduk bersimpuh di lantai kamar mandi sambil merintih dan menangis , qu lihat dari lubang memeknya pejuh qu keluar bercampur darah perawan Maya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan setelah mengatur nafas qu, segera qu dekati Maya, dan ku peluk dia tpi dia berusaha menolak dan mendorongku,akhirnya qu peluk paksa dia sambil meminta maaf kepada Maya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Beb maaf ya,aq khilaf, aq gak bermaksud memperkosa kamu”,bujukqu namun dia diam saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“aq sangat mencintaimu dan aq sayang kamu”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“aq akan bertanggung jawab atas apa yang aq lakukan padamu sayang”, Maya tetap diam saja,akhirnya aq paksa dia berdiri dan qu tatap matanya sambil berkata bahwa aq akan melamarnya Akhinya dia menjawab,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu sudah dapatkan apa yg selama ini aku jaga,kamu dah buat aku tak bersih lagi,bahkan kamu sudah menumpahkah pejumu ke dalam rahimku.jika nanti sampai aku hamil berarti kamu sudah berhasil membuat hidupku hancur”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
, jawabnya dengan penuh amarah,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tadi aq kan bilang bahwa aq akan bertanggung jawab atas apa yang aq lakukan, aq akan meminangmu ”, qu coba menenangkannya tpi di luar dugaan dia berkata :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudahlah kamu tak perlu melamarku , kamu tak perlu lagi datang ke rumah qu dan kamu tak perlu lagi menemui qu” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi kenapa??? Aq tau aku memang salah,aku mau bertanggung jawab”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya dia memberikan ponsel nya dan menunjukkan sms dari Ibunya sambil memakai bajunya dan berucap : “ Aq pikir kamu adalah pilihan terbaik ku,tapi ternyata aq salah!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Kamu sama saja seperti laki-laki pada umunya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya dia meminta untuk di antar pulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan aq tak bisa menolaknya,sebab isi sms dari Ibu nya kurang lebih isinya bahwa Maya akan di jodohkan dgn teman Ibunya. Akankah aq bias Iklas dan merelakan jika Maya jadi milik orang lain, Tunggu kelanjutannya ya guys…</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-449666097000070784.post-13588747177782584672016-11-16T01:31:00.000-08:002016-11-16T01:31:58.476-08:00Dicabuli oleh Bapakku sendiri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLFiXIBUAU9_FlDhQIf5OxLDDRaLXKcfvI-QEkxLaUwz7SM4JwkNH87UaaAF7h6dmlXXVXdnetL4y9WxMWiWIpSDGhkPUPseXyAEKbl8GxWLrt0mZdAnDopDJAScVGfebZd25D2YlwlvOZ/s1600/Dicabuli+oleh+Bapakku+sendiri.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Dicabuli oleh Bapakku sendiri" border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLFiXIBUAU9_FlDhQIf5OxLDDRaLXKcfvI-QEkxLaUwz7SM4JwkNH87UaaAF7h6dmlXXVXdnetL4y9WxMWiWIpSDGhkPUPseXyAEKbl8GxWLrt0mZdAnDopDJAScVGfebZd25D2YlwlvOZ/s400/Dicabuli+oleh+Bapakku+sendiri.jpg" title="Dicabuli oleh Bapakku sendiri" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b>Dicabuli oleh Bapakku sendiri</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat usiaku menginjak 14 tahun, kedua orang tuaku sudah bercerai. Ibu ku kawin lagi dengan pria dambaan nya membawa adit, yaitu adikku kandung. Mereka pun tinggal di tengah kota, dirumah barunya. Sejak itu pula aku hidup bersama Bapakku dirumah kami dikampung dekat pesisir, Sebagai perempuan yang tumbuh di antara keluarga miskin dilingkungan pesisir, saya terbiasa hidup dan kerja keras membantu bapak ibuku sebagai nelayan. </div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Kampung kami di pesisiran pantai sekitar jepara dan agak jauh dari kota, saya pun tumbuh menjadi gadis kurang pergaulan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Panggil saja saya Emi, wanita berusia 17 tahun, saya yang sudah menikah dan sedang hamil. Saya berani mengisahkan cerita ini karena Bapak kandungku sendiri sudah di dalam penjara 7 bulan, setelah sempat di hajar sama suamiku sendiri Mas Narto. Pada Kehidupanku sebelumnya bersama Bapak berjalan sangat normal sekali . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk makan sehari-hari, Bapak masih sanggup mencari nafkah sebagai nelayan, sedangkan saya turut membantu bulek berjualan apa aja dipasar. Hingga aku menginjak usia 16 tahun, dan tumbuh menjadi gadis yang cantik di kampung. Dan saat Diusia 16 tahun saya di lamar Mas Narto , ponakan bulek ku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dimalam pertama kami, saya benar-benar sangat bahagia dan senang sekali bersama Mas Narto. Malam itulah saya berikan semua yang saya miliki padanya, sangat indah buat ku. Mas Narto mengecup di dahi ku saat kita di dalam kamar, usai pesta pernikahan kami di malam itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku Sayang kamu Emi..” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Saya juga Mas Narto.." jawabanku tulus dan kami pun saling memadu kasih dengan berpelukan mesra . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kecupan Mas Narto didahi ku terus menjalar ke arah bawah yaitu pipi, hidung, dan selanjutnya Mas Narto mengecup bibirku dan mengulumnya dalam- dalam. Tangannya mulai melucuti pakain yang saya pakai, melucuti BH yang saya pakai, lalu menyentuh puting susu ku, dan meremas serta mencubit kecil puting susuku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
" Aduhh Mass Narto, gak kuat Mas," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Geli…………….” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan saat ini lah tubuh ku baru di jamah lelaki yaitu suami ku sendiri , hati dan perasaanku campur adukk tapi berasa enak dan plong. Mas Narto terlihat bringas sekali, seoertiu hewan buas yang siap untuk menerkam mangsanya kemudian melepaskan seluruh pakaian yang saya kenakan dan kemudian melepaskan seluruh pakaian saya juga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tenang ya istri ku Emi sayang, sedikit sakit kok.. ??”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ nanti juga lebih hangat " </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kemudian Mas Narto menindih tubuhku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Uuuuh….auuuuchhh mass, sakit sekali Mas,!!!!" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Enaakkkk Masss….!!!!!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sedikit menjerit saat benda yang keras dan tumpul itu menerjang meki ku . Waktu malam pertama itu saya di jamah Mas Narto dengan nafsu yang buas, dan tak memberikan saya kesempatan untuk mencapai klimaks yang saya butuhkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi saya pikir tidak apalah dan tidak masalah. Saya sangat bahagia hidup bersama suamiku, namun rasa hormat saya pada Bapak tak pernah saya lupakan . Walau saya dan Bapak saya hidup beda rumah, dengan jarak 500 meter. Kadang kala saya bawakan Bapak makanan dan minuman. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Mas Narto mengingatkan ku untuk menyuruh saya untuk tetap memperhatikan Bapak yang mulai tua, dan jarang nelayan lagi. Dan selama itu segelanya masih lancar2 saja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat itu , lima bulan setelah aku tlah menikah, saya berkunjung kerumah Bapak yang jaraknya agak sedikit jauh dari tetangga dikampung . dan Saat itu saya telah mengandung dua setengah bulan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Saya bawakan lauk dan nasi. BApak tidaak usah masak lagi untuk nanti malam tinggal panasin saja," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sahut saya tiba dirumah Bapak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
" Makasih ya Nak. Kamu ini benar-benar anak baik," kata Bapak seraya menghampiri dan mengecup pipi ku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pikir kecupan itu pertanda kasih sayang seperti yang selama ini diberikan saya selama ini , lantas saya biarkan saja itu dan kemudian saya menuju ke belakang untuk meyalin makanan dari rantang yang kubawa ke tempat makanan yang ada di rumah bapak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ternyata Bapak mengikuti saya ikut ke dapur, lalu disaat saya sibuk menyalin makanan dimeja makan, kemudian Bapak memelukku dari arah belakang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kamu sudah hamil ya Nak" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
tanya Bapak sambil memeluk dan memegangi perutku dari belakang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya nih Bapak, sebentar lagi saya akan kasih Bapak cucu," jawab saya </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
membiarkan Bapak tetap memeluk, karena saya pikir Bapak sangat menyayangi saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kalau sudah mulai hamil, perutmu harus sering diusap dan dipijit pelan supaya bayinya tidak nyungsang ," Bapak berkata itu </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sambil mengusap perutku dengan posisi tetap memelukku dari belakang. saya biarkan saja Bapak melakukan itu sementara saya masih tetap sibuk memindahkan makanan untuk Bapak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Si Narto sering mijitin kamu dak Nak ???” Bapakku bertanya lagi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahhhh Bapak ini, Mas Narto kan kerja, pulangnya capek mana sempat mijitin saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukannya saya sebagai istri yang harus mijitin Mas NArto?" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
saya jawab Bapak dan melepaskan pelukan Bapak, lalu saya pindah ke ruang tengah . Seperti biasanya sebelum pulang saya sempatkan untuk berbincang bersama Bapakku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain menanyakan kebutuhan apa saja yang harus saya bawakan, saya juga curhat tentang sikap mertuaku, ibu Mas Narto yang sampai saat itu belum bisa saya akrabi sebagai menantu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eh, Bapak justru membicarakan masalah kehamilan saya saja, masalah perawatan janin diperut saya , termasuk masalah harus rajin di usap dan dipijat perut nya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Nah.. saat suami mu kan nanti malam melaut, kamu datang saja dan kemari saja supaya Bapak bisa pijitin kamu ya Nak ," begitu pinta Bapak sebelum saya pulang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
saya pun Ok OK saja, soalnya biasanya Mas Narto pulangnya agak siang setelah melaut. Lagian , dirumah mertua saya sering bingung mau melakukan apa- apa aja, maklum mertua saya kan belum senang dengan kehadiran saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu setelah Mas Narto pamit melaut, saya langsung kerumah Bapak. Tentu saja saya pamit ke ibu mertua untuk menengok Bapak, kata saya pada mereka, Bapak sedang sakit. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat saya datang, Bapak sedang mendengarkan siaran radio sambil dudukan dengan santainya . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ Halo Bapak…Malam??. kok malah ngelamun aja sih?" tegur saya sambil menatap pandangannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya Nak , Bapak lagi ingat masa muda dulu," ucap Bapak .. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tuh kan Bapak jadi cerita, jadi dak nih mijitin saya? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
katanya sayang sama cucu yang masih diperut ini?" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
saya merajuk menghentikan ceracau Bapak tentang hidupnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya..iya, Nak..tapi sekarang kamu mandi dulu sana," suruh Bapak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Langsung saja saya mandi dan terus ke kamar Bapak. Saat itu seluruh pakaian saya lepaskan dan hanya menggunakan kain sarung milik Bapak untuk menutup tubuhku. Biasanya dikampung ini, melilit tubuh dengan sarung sudah jadi tradisi tiap wanitanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sekarang berbaring diranjang itu ya Nak, Bapak ambilkan minyak telon dulu,"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pandangan Bapak ke arah tubuhku dengan senyuman, lalu meninggalkan saya sendirian dikamar, saya pun menunggunya sambil berbaring diranjang. Tak lama kemudian Bapak datang membawa sebotol kecil minyak telon. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Memang susah anak muda sekarang, nggak perhatian sama istrinya yang sedang hamil," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak bicara terus sendiri ketika duduk ditepi ransaat mau mijitin saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya, untung saya masih punya Bapak yang perhatian ya Pak," ucap saya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tangan Bapak segera melepskan kain sarung yang saya kenakan dibagian atas, sehingga payudara ku terlihat. Tetapi saya sama sekali tak malu karena sejak kecil sampai gadis pun saya sering dilihat mandi telanjang oleh Bapak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jemari Bapak yang gede mulai mengusapi perut saya dengan minyak telon, sesekali tangannya memijit di bagian perut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
" Laiya kan? Posisi bayimu agak sungsang, kamu sering merasa sakit ya?" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak bertanya sambil tangannya terus memijiti di bagian perut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"iy Bapaak.., sering capek juga badan ini," jawab saya menikmati pijitan Bapak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya sudah, nanti Bapak pijitin seluruh badanmu ya," Bapak mengatakan itu, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
lalu pijitannya pindah ke arah betis, pijatannya bergantian betis dan perut. Sambil dipijit, saya dan Bapak tetap sambil ngobrol, mulai masalah bahan baku yang sedang tak stabil, sampai masalah masa lalu Bapak dengan ibu saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"adUhh.. aduuuh…aduuuh…sakit BApak ," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
saya agak berteriak saat merasakan sakit dibagian perut saat tangan Bapak memijit. Bapak menghentikan pijitannya, tetapi tangannya tetap berada diatas perut saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa Ini ya yang sakit Nak ? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wah.. ini bisa bahaya, kalau dibiarkan nanti anakmu bisa cacat lho kalau lahir," kata Bapak dengan raut wajah serius. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"gak normall? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi gimana dong Bapak, Emi tidak pingin kejadian itu terjadi Bapak???” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya takut sekali waktu itu, takut menanggung malu jika kelak melahirkan anak yang tak normal. Bapak tak langsung menjawab pertanyaanku, ia kelihatan sedang berpikir, tapi kemudian tersenyum. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Bisa kok Bapak obatin, tapi Bapak harus siapin obatnya dulu ya," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak kemudian meninggalkan saya sendirian dalam kamar. Tak lama Bapak datang lagi dan membawa ramuan herbal . Bapak kemudian menjelaskan padaku bahwa ia akan mengobati kehamilanku dengan pengobatan tradisional. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tapi Bapak harus masukan ramuan herbal ini kedalam rahimmu ya sayang, kamu bisa tahan sakit sedikit kan?" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak mengatakan itu dengan sangat meyakinkan. Saat itu saya sedikit ragu, apalagi Bapak bilang kalau dia akan memasukan ramuan herbal itu dengan cara menyemburkan nya di meki saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi saat saya ragu Bapak berkali-kali meyakinkan saya . Sampai sekarang saya pun tak tahu pasti apa kata Bapak itu benar atau hanya sekedar akal-akalan nya saja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi yang jelas, saat itu saya menurut saja ketika Bapak menyingkap sarung yang saya kenakan dibagian bawah dan meminta saya untuk membuka kaki dalam posisi terlipat, seperti posisi wanita yang hendak melakukan hubungan intim. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak sendiri naik keranjang dengan posisi bersimpuh dihadapan selakangan kaki saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terus terang saya sangat malu dan kikuk menyadari betapa memek saya terpampang jelas tanpa penghalang didepan mata Bapak saya sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kamu tenang saja ya Nak, tidak lama kok," katanya, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
lalu meneguk ramuan herbal yang di dalam mulutnya yang menggelembung. saya kok sangat penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya, apalagi saat kepala Bapak mulai merunduk melewati dua pahaku, mendekati memek saya yang tak memakai apa apa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa detik kemudian saya rasakan dingin mejalar dipermukaan bibir memek saya, rupanya Bapak sudah menyemburkan ramuan herbal ke dalam tepat di bagian memek saya. Yang saya rasakan selain dinginnya ramuan herbal, juga perasaan geli dibagian itil . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak mengulangi lagi meneguk ramuan herbal itu dan menyemburkan ke memek , beberapa kali. Hal itu menimbulkan perasaan tak menentu padaku, jadi geli, dingin bercampur enak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Gimana Nak, sudah agak membaik rasa sakitnya?" Bapak bertanya padaku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun belum sempat saya jawab tangan kanan Bapak tiba-tiba menggerayangi memekku . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sabar ya, Bapak harus pastikan ramuan herbal ini masuk sampai kerahimmu Nak," katanya, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sambil tangannya terus mengusapi bibir tempik ku . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usapan tangan Bapak di memek yang sudah basah terkena ramuan herbal membuat sensasi tersendiri saat saya rasakan,saya pun tak bisa berkata-kata lagi karena mendadak lemas seluruh sendi tubuhku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"OOOUhh Bapaak sudah ya BApaak.., </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Emi sudah nggak tahan geliinya," ucap saya </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
meminta Bapak menghentikan aksi usapnya, tetapi kedua tangan saya tak menahan tangan Bapak yang aktif, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
tetapi tangan saya justru meremas remas sarung yang saya kenakan . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Disini ya sayang yang geli itu," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak bertanya sambil jempol kanannya menekan klitiku dan memeilin milin zona sensitifku itu memutar kecil. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"AArrrrghhhNnnghh.. iya Bapak.. geli sbanget deh disituhh," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan nafas mulai tak teratur menahan geli yang nikmat dibawah usapan jempol Bapak dibagian klitiku. Rasa gatal yang sangat saya rasakan di ujung kedua puting sudah mengembang pertanda birahi yang mau saya alami. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak meneruskan garapannya mengusapi klitiku dengan jempolnya, usapan itu perlahan melemah dengan posisi jempol beranjak menjauh dari klitiku . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu saya sudah sangat terangsang sekali oleh Bapak, pinggul saya kini yang naik mengejar jempol Bapak agar tak meninggalkan klitiku . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya menggelepar dengan napas sudah sangat tidak teratur lagi, pikiran saya sudah melayang dan tak ingat lagi bahwa yang merangsangku adalah Bapak saya sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi disaat saya sudah sangat terangsang seperti itu, Bapak justru menghentikan garapannya di klitiku . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pinggul saya yang tadinya sedikit mengangkat mencari jempol Bapak langsung nyungsep lagi, saya terpejam menahan birahi yang bergelora ditubuh ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Auchh Bapak,?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
mendadak malu saat Bapak menatapku, malu karena saya seperti meminta hal yang lebih dari Bapak ku sendiri . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Nak... sepertinya ramuan herbal itu kurang masuk benar di dalam rahimmu. Bapak ulangi lagi ya nak ," kata Bapak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Bapakk.. sudah ya, Emi.. udah gak tahan dengan gelinya," pintaku, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
tapi anehnya tubuh syaa masih ingin berbaring seolah tak ingin menjauhi Bapak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak tak menjawab permintaan yang saja ajukan dan kembali meneguk ramuan herbal lalu ditampung dimulutnya. Lantas saya memejamkan mata saat kepala Bapak kembali tunduk mendekat ke selakangan kembali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan saya kembali merasakan dingin di permukaan meki saya saat Bapak mulai menyemburkan kembali ramuan herbal tersebut tapi kali ini lain, setelah semburan itu saya merasa ada benda kenyal nan lembut menjilati permukaan meki . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
saya pikir itu jemari tangan Bapak, tetapi tidak, itu bukan tangan, sesuatu yang lembut, hangat, dan kenyal itu adalah lidah Bapak. Ya, Bapak mengusapi tepatnya menjilati permukaan meki dengan lidahnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Uhhhh…..Aiiiissh…..Ihh.. mmpphh Pakk,,,,,,,,,,," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya gak kuat menahan rasa nikmat yang dijilati oelh Bapak, terus terang sejak kawin dengan Mas Narto belum pernah saya merasa ini dan diperlakukan seperti itu. Mas Narto selalu main to point, tanpa rangsangan lebih dulu sehingga selama ini saya sendiri belum pernah merasakan apa yang disebut klimaks orgasme. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jilatan Bapak mulai mendalam , kini lidahnya justru sering menelusup belahan bibir memek yang mulai banjir. Cairan bening kental dari meki disedot abis oleh Bapak seperti menyeruput kopi hangat dari gelasnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"AAiisssshhhht .. BApaaak.. “ </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Emi gak tahann banget .. “ </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“OOouhh.." </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mulai menggelinjang tak menentu rasanya. Namun disaat saya mulai meningkat tinggi, Bapak menghentikan lagi garapannya di memek, membuat saya lemas dan lepas landas menahan birahiku sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Nak….Bapak agak sulit masukan ramuan herbal itu kerahimmu. Tahan sebentar lagi ya," katanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"BApak .. cepetan ya, Emi gak kuat lagi, geli sekali Pak ," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
saya merasa semakin lemas karena birahi ini dipermainkan seperti itu oleh Bapak. Saya berkhayal seandainya Mas Narto ada tentu dialah yang akan memuaskan dengan rudal nya , karena saya merasa sudah siap betul dan ingin sekali untuk disetubuhi lelaki. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi pikiran itu saya hilangkan , karena bukankah Bapak yang sedang mengobati kandunganku? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tak berpikir bahwa Bapak pun terangsang saat itu. Lalu saya rasakan nafas Bapak kembali mendekati memek , setelah meneguk ramuan herbal yang hampir habis . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak tidak lagi menyemburkan ramuan herbal itu dengan berjarak dari meki , tetapi bibir Bapak langsung menempel dibibir meki ku dan bapak menyemburkan ramuan itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kurasakan aliran air itu masuk hingga ke dinding rahim, rasanya sama seperti saat Mas Narto meletupkan pejuh nya ketika kami melakukan seks. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu bibir Bapak melumati bibir mekiku, lidahnya mulai masuk dibelahan mekiku membuat nikmat yang sangat dasyat dibagian sensitif itu, saya sangat benar-benar lunglai dibuat Bapak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini jemari tangan Bapak turut menggrayangi mekiku, membukanya lebar dan lidahnya menyapu kliti ku dari atas kebawah dan sebaliknya dari bawah keatas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ouccchh.. Aiiiiiisshhhh……..Pak.. suddhah yaa PAk, ..??” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Emi mau pipis rasanya ah.." </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
seluruh sendi2ku terasa ngilu dan mengembang bersama kedutan kecil didinding mekiku, saya hampir sampai di puncak birahi ku . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya Nak, sudah selesai kok," lagi-lagi Bapak menghentikan garapannya , tapi saat saya buka mata ternyata kali ini tubuh Bapak sudah berada diatas tubuh saya dengan bertopang pada dua tangannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Pak.. kok Bapak begitu? Ouchh Aiiishhh…..Pak….. ahh," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belum habis kagetku karena Bapak menindih, saya merasakan ada benda tumpul yang keras yang sedang menerjang ke arah mekiku. Ternyata Bapak sudah melepaskan celananya dan penisnya yang tegang dimasukan ke meki saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya yang hendak berontak karena hal itu sangat lah aneh dikampungku dan dimanapun, bukankah seorang Bapak tak boleh melakukan itu pada anak gadisnya . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perang bathin yang saya alami saat itu, saya ingin mendorong tubuh gempal Bapak namun saya sudah sangat lemas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara dorongan birahiku ingin segera terpuaskan dengan hubungan intim bersama pria. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"AAhhhh, Nak .. angap saja Bapak ini , Narto ya Nak.. ??” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“OOOouhh Bapak gak tahhann….," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak tetap menindih dan kini pinggulnya mulai naik turun diatas tubuh membuat penisnya bebas keluar masuk diliang meki yang sudah licin dan becek oleh cairanku sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Aiiiissshht……..Nghhg.. aahsstt, Pak.." </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
saya pun tak kuasa lagi menolak kontol Bapak yang mulai mengobati rasa gatal banget di mekiku. Dengan mata terpejam saya malah ikut mengimbangi goyangan Bapak dengan goyangan pinggul saya . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Merasa saya tak melawan, Bapak pun semakin bringas melakukaan adegan seks , anak kandungnya sendiri . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini sambil menggenjot ku, bibir Bapak menjelar menghisapi puting susu, sehingga adegan seks kami sempurna dan kenikmatan yang saya rasakan pun semakin melayang bila dibanding adegan seks dengan suami ku sendiri . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak memang sudah sedikit tua, namun dengan fisiknya yang masih kuat dan perkasa saya rasakan kontolnya pun masih normal dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari punya Mas Narto. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Pakk.. Emi sepertinya mau kencing Pak AAahhh….uuh..sstt," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Syuuuururrrr,,,,,,criiitttt,,,,,,criiiittt…” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepuluh menit ngeseks, saya rasakan kenikmatan mulai berpusat di pangkal paha, bokongku , ujung-ujung jari kaki ku, dan juga di lubang meki . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedutan semakin terasa didinding mekiku, dan akhirnya saya rasakan kejang dibagian pinggul sampai kakiku, kakiku kemudian saya gunakan untuk menjepit pinggul Bapak dan menekannya agar lebih dalam penisnya bersarang di mekiku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tangan ku memeluk tubuh Bapak yang berkeringat , Dalam kondisiku yang puncak ini, Bapak masih saaja menghantam dan menggejot dengan kontolnya beberapa kali sebelum akhirnya Bapak mengejang dan mengerang diatas tubuh ku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Arrrrggggghhh NAk.. ahhhhh," </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak kemrocos dan berbaring disampingku yang juga lemas tak bertenaga. Semua Tulang2ku seakan dicopoti saat itu, namun saya akui itulah kali pertama saya mengalami puncak nikmatnya ngeseks. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu saya tidur bersama Bapak dirumahnya, dan paginya kami seperti melupakan kejadian itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pun pulang kerumah mertua pagi harinya, dan bersikap seperti biasa saat Mas Narto pulang melaut. sekian </div>
Unknownnoreply@blogger.com