Senin, 13 Februari 2017

Bermacam Gaya Cinta yang telah Saya Pelajari

http://ceritasexterseru.blogspot.com/
Bermacam Gaya Cinta yang telah Saya Pelajari

Cerita Dewasa – Ia mengangkat mukanya dan tersenyum kearahku sambil menjilati air mani yang masih tersisa di bibirnya. Gila ini orang! “Enak kan?!” Tanyanya. Saya tidak menjawab, tapi hanya mengacungkan jempolku. Ia lalu menarik tanganku, menyuruhku berdiri. Saya berdiri dan ganti ia duduk bersandar. Tak berkedip aku menatapnya.

Tubuhnya begitu putih, indah, padat dan menggairahkan. Payudaranya montok menggantung dan menantang dengan putting yang mungil ditengah lingkaran kecoklatan. “Gantian” katanya. Hah?! “Apa?” tanyaku tak percaya. “Gantian dong. Sekarang situ yang kenyot nonok saya” katanya. Gila! Ini persetubuhanku yang pertama, tapi sudah disuruh menghisap vagina perempuan. Bagaimana caranya?

Supaya ia tidak kecewa saya lalu berlutut diantara kakinya. Kuusap kedua pahanya yang putih mulus dengan kedua tangan. Tak percaya rasanya malam ini saya benar-benar menyetubuhi wanita. Sebelumnya saya hanya menyaksikan tubuh wanita lewat film-film BF. Ia tertawa melihat kemaluan saya yang mengecil. Saya lalu mendekati kemaluannya.

Saya lihat jembutnya begitu tebal dan indah menghiasi barangnya. Tapi kemudian ia memegang kepala saya dan menariknya ke arah dadanya. “Ini dulu” katanya. Saya tidak menolak. Saya meremas kedua teteknya yang kenyal dan dan kencang itu dengan lembut dan mulai mengulum pentil kanannya. “Ahhh… ” lirihnya lembut.

Saya memutar lidah menggelitik putting itu. Ia menggelinjang kegelian. Lalu kusedot-sedot seperti bayi menyusu. “Ahh… ahhh.. terus …yang kiri..” Akupun pindah, menyedot pentil sebelah kiri, sambil terus meremas. Tangan kanannya memegang kepalaku sedang yang kiri menjamah batangku, mengurutnya dengan gemas.

Kontan batangku yang tadinya kecil mulai mengeras lagi. “Asyiiik… keras lagi… ah… ah” lirihnya girang sambil menikmati hisapanku di buah dadanya. Ia semakin semangat mengurut penisku. Cairan mulai keluar lagi dari ujung helmnya. Aku kemudian berganti- ganti kiri dan kanan menghis! ap teteknya. Ia menikmatinya dan matanya terpejam saking nikmatnya. “Turun” katanya pendek.

Sayapun menurunkan kepala saya ke arah perut dan terus kebawah. Tangannya terlepas dari batang kemaluanku. Tangan saya mengelus pinggangnya kiri kanan. Kini saya berada tepat di atas kemaluannya yang berambut tebal itu. Bau aneh saya rasakan tapi saya tidak perduli. Nafsu saya sudah naik lagi.

Ini kesempatanku untuk tahu bagaimana rasanya menghisap kemaluan perempuan. Saya menyibak rambut hitam lebat yang menutupi vaginanya. Karena gelap, saya tidak bisa melihat dengan jelas. Karena itu saya coba merabanya. “Ooooh…” ia mengerang lembut. Terasa ada cairan basah di bawah belahan vaginanya. Saya mengusap-usap bibir labianya. Pinggulnya bergoyang menahan geli. “Jilat dong… ooohh..” pintanya lirih.

Saya mulai menyentuh bibir vaginanya yang basah itu. Terasa lembut, asin dan kenyal. “Nahhh… gitu… hhh… aw… geli… enak… oooohh…” rintihnya. Kini bibirku yang mengecup, mengulum dan menyedotnya seperti mencium dan memagut bibir wanita.

Ia menggelinjang, menggoyang pantatnya, kegelian. “Terusssh… ahhh… ahhh… ahh” Tangannya turun membantu menarik selangkangannya, sehingga bibir vaginanya ikut terjewer. “Atasnya… atasnya… hisaaap… ohhh” Aku tidak tahu yang mana yang atasnya.

Yang aku tahu adalah ujung atas bibir kemaluannya. Kecil, sebesar biji kacang. Mungkin ini yang disebut kelentit. Kumainkan dengan telunjuk, kuhisap dan kukenyot-kenyot. Ternyata benar, reaksinya luar biasa. “Aaawww… ahh.. iya.. ituu… ahh.. teruuuuss… ssstt… enaaaak…” rintihnya keras sambil menggoyang pinggulnya. Ia lalu menaikkan kakinya dan kedua belakang lututnya mampir dipundakku.

Aku semakin hot. Lalu silih berganti, kujilat vaginanya dan kuhisap kelentitnya. Rasa asin ! cairan yang keluar dari vaginanya itu tidak kuperdulikan lagi bahkan kadang kutelan karena napsuku yang membara. Kemaluanku sudah tegang lagi, siap untuk babak berikutnya.

Tiba-tiba ia menurunkan kakinya dan menarik kepalaku dengan tangannya. “Nggak tahan…” katanya. Lalu bangkit berdiri dan menyuruhku duduk menyandar seperti tadi. Aku menurut saja. Batang penisku kelihatan berdiri tegak dan garang seperti menara. Ia lalu duduk menghadapku mengangkangi pinggulku.

Dicengkeramnya penisku dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang bahu kiriku. Lalu digosok-gosok ujung penisku itu di permukaan kemaluannya dan kelentitnya. Aku terangsang hebat dan meremas kedua payudaranya yang bergelayut di depan mukaku. Kuhisap dan kukenyot pentilnya berganti-ganti. Dengan penuh napsu ia mulai menurunkan badannya dan membimbing batang penisku masuk ke dalam vaginanya. “Blesss… ” Penisku langsung amblas.

Aku merasakan lubang kemaluannya hangat dan berdenyut hebat. Nikmat sekali. Antara geli dan hangat. Ia mengangkat pantatnya perlahan lalu menurunkannya lagi. Akhirnya ia seperti main kuda-kudaan, mengangkat dan menurunkan pantatnya dengan cepat, hin! gga selangkangannya beradu dengan selangkanganku dan mengeluarkan suara keras. “Plok …plok… plak… plak…” Mulutnya merintih-rintih dan mencari mulutku.

Segera kusambut dengan pagutan penuh napsu. Lidahnya meliuk- liuk ke dalam mulutku. Kadang-kadang bibirku dikenyotnya. Napsu kami sudah begitu membara dan hanya itu cara melampiaskannya. Aku merasakan penisku seperti diurut-urut. Apalagi ketika pinggulnya melakukan gerakan memutar.

Ya ampun nikmatnya. Terasa dipilin-pilin. Tanganku pun jadi liar, meremas-remas pantatnya yang kencang dan padat itu. Kadang-kadang mengusap badan belakangnya. Ia memegang kedua payudaranya dan memasukkan mukaku diantaranya. Hangat dan kenyal.

Aku gesek-gesekkan kedua pipiku di antara dua bukit daging itu. Ia pun semakin napsu menggoyang pantatnya. Kepalanya sering terkulai kebelakang saking nikmatnya. “Ahh.. ahh.. ooo… aww… kontolnya… besaar… enaakk…” Tiba-tiba ia berhenti.

Tanpa mencabut kemaluanku, badannya berputar dan kini membelakangiku. Dengan bertumpu ke kedua lututku ia menggenjot lagi pantatnya turun naik. Mulutnya merintih lagi.. “Ahh… ahh… enaak… nikmaat… aww… terussshh…” Gila. Kini kemaluanku terasa sekali menggesek dinding vaginanya. Rasanya menggerinjal memijit-mijit kulit atas batang penisku. Pemandangan didepankupun demikian indahnya.

Pantatnya yang putih dan montok menghadap wajahku. Ditengahnya lubang dubur yang kehitam-hitaman dan dibawahnya lubang kemaluannya sedang asik menghisap-hisap batang penisku. Aku meremas-remas pantat montok itu dan kedua ibu jariku menarik kedua bibir pantatnya didekat vaginanya.

Kelihatan penisku sedang mengebor lubangnya maju mundur dengan gagah dan garang. Batangnya licin dan mengkilat karena dibasahi cairan kami yang sudah bercampur jadi satu. Nikmatnya sulit dilukiskan kata-kata. Lalu ia menegakkan badannya dan melipat kakinya.

Posisinya jadi berlutut membelaka! ngiku. Dengan santai ia merebahkan badannya ke belakang, ke arah dadaku. Dengan bertumpu kedua tangannya ia mengayuh lagi. “Ahh… nikmatnyaa… uhhh… kontolnya…. besarr… hh…. enaaak…” Batang kemaluanku kini keluar masuk dengan ujung helmnya menelusuri dinding depan lobang vaginanya.

Tak terkatakan betapa geli dan enak bersetubuh seperti ini. Pantatnya kini beradu dengan selangkanganku dan menimbulkan suara keplok, menambah semangatku untuk menggenjotnya.. Cewek ini benar-benar profesional dan tahu banyak cara bersetubuh.

Tanganku meraih buah dadanya dari bawah ketiaknya. Kuremas-remas dengan gemas dan penuh napsu. Ia memalingkan kepalanya keaarah wajahku dengan bibir terbuka. Segera kusambut dengan bibirku. Kami berpagutan sekenanya karena kepalanya bergoyang-goyang mengikuti irama pinggulnya. Benar-benar nikmat. Beberapa saat kemudian dia berhenti lagi. Tepat saya hampir mencapai klimaks. Ia seperti tahu bahwa aku mau keluar.

Mau apa lagi ni orang , fikirku. Ternyata ia berdiri dengan cepat dan meninggalkan batang kemaluanku yang bergoyang seperti bandulan. Tegak dan keras, tapi mengkilat dan basah oleh cairan. Ia menarik tanganku sebagai isyarat agar bangun.

Aku pun berdiri mengikuti tarikannya. Lalu ia bersandar di dinding gerbong dan mengangkat kaki kirinya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menarik bahuku. “Ayo masukin…hhh …” perintahnya pendek. Diamput! Ini benar-benar malam istimewa.

Baru pertama kali bersetubuh sudah diajari bermacam-macam gaya untuk mendapat kenikmatan. Akupun merendahkan tubuhku agar burungku bisa masuk dari bawah. Kaki kirinya melingkar ke pinggulku dibantu oleh tangan kirinya. Tangan kanannya melingkar di bahuku dan mulutnya mencari-cari bibirku.

Dengan menuntun batangku dengan tangan kananku kutempelkan ujung helm penisku itu di depan liang vaginanya. “Bless… clep… clep…” Dalam sekejap batang penisku langsung menancap sarungnya. “Aaaawww….” jeritnya merintih, merasakan kenikmatan yang dialaminya.

Kini batangku merasakan seluruh dinding vaginanya seperti memijit mijit. Geli dan nikmat. Sedangkan bulu-bulu kemaluannya menggelitik selangkanganku. Aku tidak perduli. Aku merasa dorongan dalam diriku seperti tidak tertahan. Aku mungkin akan orgasme.

Aku memagut bibirnya dengan kuat. Kembali lidahnya meliuk-liuk liar dalam mulutku. Ketika lidahnya ditarik, ganti lidahku yang menjelajah dalam mulutnya. Begitu terus. Kedua tanganku meraih pantatnya yang kencang dan menekannya kearah selangkanganku. Lalu kugenjot dengan irama yang teratur.

Matanya terpejam, tak kuasa menahan rasa enak yang datang dari vaginanya. “Mmmmfff… mmmfff…” Ia merintih tertahan, karena mulutnya tersumpal lidah dan bibirku. Ini tidak berlangsung lama karena kaki kanannya mulai bergetar. Akupun merasa lututku lelah. Gejolak menuju puncak kenikmatan jadi tertahan karena pegal. Perlahan-lahan kucabut batangku dan iapun menurunkan kaki kirinya.

Mulutnya masih memagut bibirku, seperti takut kehilangan. Akupun tak mau melepaskannya dan memeluknya erat-erat. Mesra sekali rasanya. Batang kemaluanku tertekan diantara perutku dan perutnya. Ia lalu menggoyang badannya kiri dan kanan, menggesek batang penisku keperutnya.

Amboi! Ia lalu melepaskan ciumannya dan merebahkan badannya celentang dengan kaki terbuka lebar. Vaginanya jadi terlihat jelas dibawah rimba hitamnya. “Ayoh.. hhh… terusin… ” katanya. Ia pun nampaknya sudah hampir mencapai klimaks. Tanpa menunggu perintah dua kali akupun menindihnya.

This is the real ecstasy, fikirku. Dengan memagut bibirnya dan mendekap erat tubuhnya aku berusaha memasukkan penisku yang masih tegang itu ke dalam vaginanya. Tanpa dituntun, kali ini batang kemaluanku nampaknya sudah hafal menuju tujuannya sendiri.

“Blesss……….” Amblas lagi, tanpa rintangan sedikitpun. “Ahhh…. ” rintihnya lepas. Kedua kakinya melingkar di belakang pinggulku. Aku berhenti sejenak untuk melepskan pegal, tapi ia menggoyang-goyang pinggulnya, tanda ingin digenjot. Akupun menggenjotnya turun naik. Makin lama makin cepat.

Ciuman dibibirkupun makin menggila. Aku jadi ikut memutar pinggulku mengiringi putaran pinggulnya. Suara yang timbul pun ramai. “Plak.. plok… plak… plok…” ! Kali ini aku tidak tahan lagi. Nampaknya iapun begitu. “Aaaaaw…. ah! ah! ah!” Tiba- tiba ia mengejang dan mendekapku kuat- kuat. Tangannya mencengkeram rambutku. Bibirnya memagutku liar. Kedua kakinya yang melingkar di pinggulku menekan kuat.

Vaginanya seprti menyedot batangku dengan kuat. Seiring dengan itu Cret! Cret! Cret! Cret! Kurasakan batangku tersiram cairan hangat didalam vaginanya. “Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….!” jeritnya. Aku membalasnya dengan menghunjam penisku sedalam-dalamnya. Aku orgasme! Cret! Cret! Cret! Nikmat! “Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….”

Kutembakkan seluruh air maniku ke dalam vaginanya. Aku terhempas dalam lautan kenikmatan yang tiada duanya. Aku terkapar dengan kepuasan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Diatas tubuh molek dan montok tak tertutup selembar benangpun.

Aku hampir tertidur di atas tubuh bugilnya jika ia tidak membangunkanku dengan sebuah ciuman mesra di pipiku. “Puas?!” tanyanya berbisik. “He-eh” hanya itu jawabku. “Mau diterusin?!” tanyanya menantang, sambil menggoyang pinggulnya kedepan. Penisku masih tertanam dalam vaginanya, tapi sudah mulai mengkerut.

“Ampun deh!” jawabku. Ia tertawa. “Kalo gitu bangun dong” pintanya. “Ntar dulu ah, masih enak nih” kataku manja. Ia tak berkata-kata lagi. Hanya tangannya mengelus rambutku, mesra. Sesekali ia mencium pipiku. Kemudian kami berpakaian.

Saya menyelipkan uang lima puluh ribu, bukan duapuluh ribu seperti yang dimintanya. Ia bertanya kenapa, saya jawab bayaran itu memang pantas untuk layanan yang telah diberikan. Ia berterima kasih sambil berkata bahwa saya tidak perlu sedermawan itu, karena ia sendiri mencapai kepuasan yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.

Kebanyakan pelanggannya langsung pergi setelah klimaks, tanpa memperdulikannya. Yang penting dibayar, pikir mereka. Ia bertanya apakah saya mau pulang, saya jawab ya. Ia lalu minta diantar dulu ke tepi jalan untuk cari kendaraan umum. Ia juga ingin pulang. Saya tanya kenapa tidak cari langganan lagi.

Dia bilang sudah puas, untuk apa lagi. Saya tanya apakah minggu depan ia ada disini, ia jawab ya dan ia akan tunggu di tempat yang sama, jika saya mau datang. Sebelum keluar gerbong ia memeluk dan menciumku, lama sekali. Seperti tidak mau berpisah denganku.

Minggu depannya saya datang lagi kesitu, dan menunggu di bangku stasiun. Lama saya menunggunya, tetapi ia tidak muncul. Saya tanyakan kepada teman-temannya kemana dia pergi, kata mereka ia sudah tidak “jualan” lagi sejak malam bersama saya itu.

Saya tanya apakah ada yang tahu rumahnya, mereka bilang dia sudah pindah entah kemana. Mereka menggoda agar salah satu dari mereka dijadikan pengganti, tapi saya tidak mau. Sejak itu saya tidak pernah menemuinya lagi sampai saya kawin dan berkeluarga.

Terima kasih Marni… Kau telah memberikan kenikmatan sekaligus pelajaran yang pertama buatku.